Stairway pertama beroperasi di Kyoto satu tahun yang lalu. Merekrut anggota dengan kemampuan luar biasa. Pencetusnya adalah pria bertato yang disegani banyak orang. Judi badminton sama seperti judi pada umumnya. Yang menang akan mendapat uang dalam jumlah tertentu. Hanya saja untuk menentukan siapa pemenangnya, seseorang harus bertarung di arena.
Yang menang disanjung, sementara nasib yang kalah ditentukan oleh Bos besar yang menaungi kelompok mereka. Hanaya Junji berdiri tegak sebagai pemimpin kelompok Athena sejak awal Stairway didirikan. Bersaing dengan beberapa kelompok penjudi lainnya yang punya anggota dengan skill bermain badminton yang mumpuni. Dia jauh dari kondisi jatuh bangun seperti saat masih memimpin kantornya dulu. Bisnis ini sangat menjanjikan.
Berpindah dari Okinawa ke Kyoto, Junji tak tertarik lagi untuk melakukan kegiatan haram ini di kota lain. Keberadaannya sudah sering tercium oleh pihak kepolisian.
Stairway umumnya menjadikan uang sebagai hadiah, sama seperti judi lain. Tetapi ada saat-saat barang mewah yang diperebutkan. Barang yang sulit didapatkan. Barang yang hanya bisa didapatkan di pasar gelap. Barang curian.
Kegaduhan terjadi disetiap sudut Stairway. Orang-orang menghabiskan uang mereka untuk menonton pertandingan badminton yang berlangsung. Kebanyakan orang-orang kaya. Berbeda dari penonton, yang bermain justru kebanyakan berasal dari kalangan menengah ke bawah. Junji sengaja mengumpulkan mereka semua. Kasta tidak penting di sini. Kenyataannya, banyak pion Athena maupun kelompok lain yang berasal dari kelas bawah menjadi terkenal setelah mereka bergabung ke dalam kelompok.
Pria itu tidak pernah main-main dalam urusan pekerjaan sampai hari ini. Tidak ada yang bisa menghentikan Junji, sekalipun istri dan keluarganya yang lain. Dia sengaja tidak membawa istri dan anaknya ke Kyoto, hanya tinggal berdua bersama keponakannya yang lugu, Hanaya Yukiko.
Junji melihat keponakannya itu melangkah mendekatinya. Wajahnya berseri-seri, terlihat senang sekali. Junji tahu sebabnya. Yukiko baru saja turun dari jeep merah yang familiar. Menatap keponakannya dengan raut wajah masam, Junji tak bergerak, menunggu Yukiko menghampirinya.
"Pulang dari resto?" Junji memandangi Yukiko penuh kecurigaan. Ekor matanya sesekali melihat jeep merah yang masih terparkir di luar pagar rumahnya.
"Ah, iya Paman," Yukiko menunduk takut. "Nanti malam boleh 'kan aku keluar bersama Matthew-"
"Sudah berapa kali kubilang, kau dilarang pergi ke manapun selain urusan pekerjaan atau hal-hal yang menyangkut kepentingan keluarga kita." Maju mendekat ke arah Yukiko, lelaki itu tak mengubah sedikit pun ekpresi di wajahnya. Yukiko nyaris memejam mata.
"Masuk ke dalam dan jangan temui pemuda itu lagi malam ini." Suaranya terus mendominasi. Jelas sekali dia tidak suka dengan kehadiran Matthew di sana. Yukiko berusaha membela diri.
"Tapi, aku dan Matthew tidak akan melakukan hal-hal yang aneh. Maksudku, kita hanya pergi untuk makan malam dan-"
"Apa kau ingin aku menghancurkan bisnismu dan mengembalikanmu ke rumah orang tuamu?"
Yukiko menunduk. "Tidak, Paman Junji. Maafkan aku."
Itu sungguh bukan sebuah gertakan semata. Junji tak pernah melarang Yukiko untuk mengurusi bisnis restoran dimsumnya. Hal itu dia lakukan agar keponakannya fokus dan tidak ikut campur ke dalam urusannya. Kecuali satu; fakta yang tidak bisa dia sangkal bahwa dia tidak suka pada kekasih keponakannya.
Punggung keponakannya menjauh dari lawang pintu. Raut wajah Yukiko menjelaskan segalanya. Dia tertekan dan tidak suka Junji melarangnya dekat dengan Matthew. Tapi Junji punya alasan yang tepat tentang ini. Atensi pria itu beralih dari keponakannya yang sudah masuk ke dalam rumah, tajam mematai pergerakan imigran Denmark di dalam mobil. Mata biru Matthew balas menatap, pertanda sesuatu. Junji tak gegabah, sudah biasa menangani ini. Pemuda itu punya maksud lain dan Junji tahu sebabnya. Itu jelas mengacu pada urusan bisnisnya, bukan Yukiko. Dia sama sekali tidak bersikap seperti seorang paman. Dia tidak melindungi Yukiko. Dia hanya melindungi dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Path Of Life
RomanceTakdir menarik keduanya bak kutub magnet, menciptakan benang merah yang sulit mengendur walau mereka ada di jalan yang berbeda. Mungkinkah dua insan yang berdiri di persimpangan akan bergandengan menempuh jalan yang sama. [Adult romance, crime, badm...