"Aku mendengarmu, Yuuri-san. Tolong maafkan aku, sekarang aku tidak bisa pulang dulu."
Sakura mengabaikan panggilan suaminya yang berjarak beberapa meter dari tempat persembunyian. Sakura justru langsung menarik tangan Masaki ke arah lain dan mengajaknya berlari lagi. Pria itu sama sekali tidak berkutik, tidak tahu harus merespon wanita itu seperti apa. Sejak tadi, Masaki tahu kalau Sakura tengah memikirkan sebuah rencana untuk melarikan diri, jadi dia mengikutinya. Sakura tidak kejam seperti Aruto. Detektif itu mungkin akan benar-benar membawanya pada sang adik.
"Dengar, kupikir kali ini aku tidak bisa langsung membawamu kepada Nami. Dia aman di kediaman Klan Amado. Tapi jika kau pergi ke sana, aku yakin mereka tidak akan melepaskanmu. Walaupun kau bukan keturunan asli Klan Handa, tapi kau sudah lama jadi pengikut mereka." Sakura kembali berucap dengan terengah-engah setelah keduanya berhasil meninggalkan area sekitar makam dan melewati gang sempit di ujung jalan.
"Sekarang begini saja ... kau ikut bersamaku rumahku, ya!"
Kedua mata Masaki terbelalak ketika Sakura mengatakan tentang rumah. "Hah, rumahmu? Rumah mana yang kau maksud!?" tanyanya bingung.
"Rumah orang tuaku. Kau ikut denganku ke sana, ya."
"Tidak mau! Mana mungkin aku pergi ke rumah orang tuamu!? Kalian adalah detektif. Jika aku ke sana, bukankah artinya aku juga membahayakan diriku sendiri?"
Sakura tidak berpikir demikian. Menurutnya, Klan Amado memang sulit dikendalikan, sebab mereka punya masalah serius dengan Klan Handa, dan dia hanya menantu di sana. Tetapi keluarganya mungkin bisa diajak bicara baik-baik. Dia yakin membucarakan hal ini pada orang tuanya akan jauh lebih mudah daripada bicara pada ayah mertuanya. Walaupun dia tidak akan mendapatkan dukungan dengan mudah kali ini, tapi dia akan berusaha.
Mungkin jika dia bicara pada ayahnya, dilema di hatinya bisa hilang.
"Argh! Asal kau tahu, ya ... aku juga sangat frustrasi, sama sepertimu!" Sakura berteriak sambil mengacak rambut pendeknya.
"Kau frustrasi, tapi kenapa?"
"Di satu sisi, aku sangat ingin membantumu sebagai seorang detektif. Aku ingin kau berkumpul lagi dengan adikmu agar kalian bisa hidup bersama. Tapi di sisi lain, aku juga tidak bisa mengabaikan fakta kalau kau adalah anak buah Handa Aruto. Yuuri-san bisa menawarkan perlindungan pada adikmu karena sebelumnya mereka pernah bertemu di arena judi. Tapi kau ... kau benar-benar asing untuknya! Walaupun kau memiliki kebaikan di hatimu, aku tetap tidak yakin Yuuri-san akan menolongmu saat kau benar-benar memutuskan untuk meninggalkan Klan Handa. Segalanya tidak sesederhana itu, Masaki-san."
Dari caranya bicara, Masaki yakin kali ini Sakura memang tidak berbohong. Dia terlihat sangat frustasi dan tidak tahu harus bagaimana. Kondisi itu sebenarnya sudah Masaki sadari sejak awal, tapi dia pikir wanita itu sangat pandai menyembunyikannya hingga hanya terlihat sedikit.
"Aku baru kali ini bertemu dengan seseorang yang benar-benar penuh kebimbangan sepertimu," kata Masaki, menghela nafas sebelum melanjutkan kalimatnya. "Aku pikir kau hanya kasihan padaku karena aku terluka dan tidak punya kesempatan untuk bertemu dengan adikku karena ancaman dari Tuan Aruto. Ternyata kau memikirkan yang lebih rumit daripada aku, ya. Tapi jujur saja, pemikiran kita sama. Aku juga berpikir hal yang kita jalani tidak sesederhana kelihatannya. Tujuannya mungkin cukup sederhana; yaitu membuatku dan adikku berkumpul kembali. Tapi, cara untuk mewujudkan semua itu ... aku rasa itu mustahil."
Wajar rasanya jika kini Masaki putus asa. Dia pasti sudah melalui banyak hal yang tidak Sakura ketahui sebelumnya. Jika saja dia tidak terjebak dalam dilema seperti ini, dia tanpa ragu akan langsung membawa Masaki kepada adiknya. Tapi masalah ini bukan hanya tentang mereka, tapi juga tentang pertikaian Klan Amado dan Klan Handa. Perang akan kembali pecah dan korban akan berjatuhan semakin banyak. Sakura tidak bisa membiarkan banyak orang terluka lagi karena pertikaian kedua klan. Yuuri juga akan sangat sedih dan hancur jika dia terus kehilangan lebih banyak anggota keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Path Of Life
عاطفيةTakdir menarik keduanya bak kutub magnet, menciptakan benang merah yang sulit mengendur walau mereka ada di jalan yang berbeda. Mungkinkah dua insan yang berdiri di persimpangan akan bergandengan menempuh jalan yang sama. [Adult romance, crime, badm...