Mangsa Kami

437 27 2
                                    

Park Sunghoon adalah seorang lelaki manis yang harus tinggal bersama dua lelaki di sebuah mansion megah atas permintaan ayahnya. Namun, lelaki manis itu merasa tidak nyaman tinggal di sana. Bahkan saat pertama kali ia menginjakkan kaki di mansion megah tersebut ia mendapat sambutan yang tidak terduga, terutama saat ia mengetahui identitas kedua lelaki tersebut. Sunghoon tidak pernah membayangkan jika ia harus tinggal bersama vampir.

Kedua vampir yang tinggal bersama Sunghoon tersebut bersaudara dan kembar. Meskipun keduanya memiliki wajah yang rupawan, namun sikap mereka sangat tidak ramah dengan Sunghoon. Bagi Sunghoon keduanya sangat menyeramkan dan ia selalu waspada jika berada di sekitar mereka. 

Ketika Sunghoon mengetahui identitas mereka sebagai vampir selalu membuatnya takut jika suatu saat mereka akan menghisap darahnya. Sunghoon rasanya ingin kabur dari mansion tersebut, namun ia tidak bisa. Ia telah menjadi tawanan mereka dan hanya perlu waktu bagi kedua bersaudara itu untuk menyecap rasa darahnya.

Kali ini akan kita lihat apa saja yang telah dilakukan oleh vampir kembar itu terhadap Sunghoon setelah ia tinggal bersama mereka. Serangan-serangan seperti apa yang mereka lakukan terhadap Sunghoon yang lebih mereka lihat sebagai mangsa daripada calon pengantin. Mungkin saja mereka mulai terpikat dengan lelaki manis itu atau hanya sekedar mencintai darahnya.

***

Suatu hari Sunghoon ingin kembali ke kamarnya, namun ruangan di samping kamarnya menarik perhatiannya. Selain itu ia sepertinya mendengar suara erangan seseorang. Ia mendekati ruangan tersebut dan memasukinya karena tidak terkunci. Sunghoon mengamati ruangan tersebut yang sangat rapi dan dikelilingi oleh rak buku. Selain itu juga terdapat berbagai macam botol dan tabung-tabung kimia di atas meja dan lemari kaca.

Seorang lelaki tengah tertidur di kursi dan menarik perhatian Sunghoon. Ia mendekati lelaki tersebut yang dikenalnya sebagai Ethan. Tangannya terulur dan menyentuh pelan bahu Ethan hingga membuat lelaki itu terbangun.

“Kenapa kau ada di sini?” Tanya Ethan ketika menyadari Sunghoon berada di ruangannya.

“Maaf,” ujar Sunghoon yang langsung menarik tangannya, ia tidak menduga Ethan akan terbangun.

“Dasar, bisa-bisanya aku terbangun gara-gara bau darahmu,” gumam Ethan sambil menutup buku yang berada di pangkuannya. Tampaknya ia tertidur saat membaca.

“Maafkan aku,” ujar Sunghoon merasa bersalah.

“Lebih baik aku terus mimpi buruk tadi,” gumam Ethan lagi. “Ada yang bisa kubantu?” Tanyanya.

“Aku ke sini karena dengar kau mengerang barusan,” jawab Sunghoon.

“Tunggu sebentar. Aku mau buat teh,” ujar Ethan yang segera bangkit dari kursinya.

Ethan membuatkan teh untuk dirinya sendiri. Sunghoon hanya memperhatikan pergerakan lelaki itu, tampaknya ia tidak berniat menawari teh untuk lelaki manis itu. Setelah itu ia kembali ke kursinya dan mulai menyesap tehnya. Sunghoon masih berdiri diam tanpa mengubah posisinya sejak tadi.

“Anu, aku,” ujar Sunghoon bermaksud membuka pembicaraan.

“Aku sampai lalai untuk menjelaskan posisimu saat ini,” sahut Ethan setelah meletakan cangkir tehnya di meja. “Tapi, harusnya kau tidak perlu sampai dijelaskan terus kan? Apa kau pikir aku mau membuatkan teh untukmu?” Ethan berkata datar tanpa menatap Sunghoon di hadapannya.

Ethan kembali membaca buku dan terlihat seakan mengabaikan keberadaan Sunghoon. Sementara Sunghoon hanya bisa diam mendengar setiap ucapannya. Lagipula ia sudah menduga lelaki itu tidak akan bersikap terlalu ramah padanya.

“Tolong jangan besar kepala. Lancang sekali pikiranmu. Kau bebas menikmati aromanya saja,” kata Ethan cuek.

Sunghoon hanya menghela nafas mendengar ucapan Ethan. Ia sungguh tidak berharap lelaki itu mendadak bersikap baik padanya. Keheningan tiba-tiba menyelimuti mereka dan membuat Sunghoon merasa canggung. Ia lalu mengamati sekeliling ruangan tersebut untuk mencari bahan obrolan.

Cerita Singkat-Kisah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang