Di suatu kafe yang tengah sepi pengunjung terlihat seorang lelaki tampan yang tengah duduk bersama seorang lelaki tampan lainnya, atau mungkin bisa dikatakan lelaki itu terlihat lebih manis. Lelaki tampan itu adalah Heeseung dan lelaki lain di hadapannya adalah Sunghoon. Lelaki berambut hitam kecokelatan itu tengah menikmati kopinya sambil menatap sosok Heeseung yang terlihat murung. Ia mengehela nafas sambil meletakkan cangkir kopinya dengan keras.
"Jangan bilang kau memanggilku kemari hanya untuk melihat wajah menyedihkanmu itu," sindir Sunghoon.
Sunghoon tentu merasa kesal karena hampir tiga puluh menit mereka berada di kafe itu ia hanya melihat Heeseung terdiam tanpa berniat membuka obrolan. Lelaki itu hanya mengaduk-aduk cangkir kopinya sambil melamun seakan mengabaikan keberadaan Sunghoon. Ia bahkan tidak bereaksi ketika Sunghoon menyindirnya.
"Kalau kau masih seperti ini aku akan pergi. Aku tidak punya waktu menemani lelaki malang yang baru saja patah hati," lanjut Sunghoon lagi sambil bersedekap dada.
"Kau kejam juga ya. Tidak berniat menghiburku?" Heeseung berkata tanpa menoleh pada Sunghoon.
"Maaf saja, Tuan. Aku sedang tidak berbaik hati untuk menghibur Anda," balas Sunghoon yang mendapat decakan dari Heeseung.
"Kau benar-benar dingin ya," sindir Heeseung.
"Terima kasih untuk pujiannya. Kau punya waktu lima menit atau aku akan pergi," ujar Sunghoon melirik arlojinya. "Jadi apa maumu?"
Heeseung menatap lelaki manis di hadapannya. Sunghoon adalah lelaki tampan, namun juga terlihat manis dengan kulit putih pucat serta rambut hitam kecokelatan yang terlihat berkilau. Tubuhnya lebih pendek sedikit darinya dan juga terlihat ramping. Lelaki itu sebenarnya ramah dan memiliki senyuman yang manis, namun ia juga dapat bersikap dingin dan berbicara tajam jika orang tersebut membuatnya kesal. Seperti yang dilakukannya pada Heeseung saat ini karena lelaki tampan itu telah menguji kesabarannya.
"Kau manis, Sunghoon," kata Heeseung tiba-tiba.
"Kau tahu kan kalau aku tidak akan terpengaruh bujuk rayumu," kata Sunghoon tenang. Jika ia orang lain atau penggemar Heeseung mungkin ia akan terbang melayang mendengar pujian lelaki itu. "Dan perlu dikoreksi kalau aku ini tampan."
"Aku serius. Bagaimana kalau kau jadi kekasihku?" Kali ini Heeseung menyatakan perasaannya dengan raut wajah datar.
Sunghoon menghela nafas, ia yakin saat ini Heeseung benar-benar kacau. Lelaki bermata rusa itu selalu bertingkah konyol di hadapannya jika ia sudah mengalami frustasi berat karena seseorang. Tentu saja Sunghoon tahu siapa orang tersebut. Tapi baru kali ini ia melihat lelaki itu seperti ini, seperti robot yang perlahan-lahan mulai rusak.
"Hentikan kekonyolanmu itu, dasar sister complex. Bukankah kau bilang akan menerima keputusan kakakmu itu?" Omel Sunghoon sambil menjentik keras dahi Heeseung.
"Aww, sakit. Apa yang kau lakukan?" Gerutu Heeseung sambil mengusap-usap dahinya.
"Hatimu pasti lebih sakit daripada jentikan di dahimu," ujar Sunghoon yang membuat Heeseung terdiam.
"Baguslah kalau kau tahu, makanya hibur aku," ujar Heeseung cemberut.
"Harusnya kau bersyukur aku sudah mau menerima ajakan kencan paksamu ini disaat besok aku harus berangkat ke Jepang," kata Sunghoon tidak mau kalah. Matanya mendelik tajam pada Heeseung.
"Kau selalu punya waktu untuk berlibur ya," ujar Heeseung.
"Tentu saja aku perlu berlibur setelah menyelesaikan novelku. Selain itu mungkin saja aku bisa mendapat inspirasi untuk bahan novelku selanjutnya. Tenang saja, aku akan membawa oleh-oleh untukmu. Ah, kau tidak perlu repot-repot merindukanku karena aku hanya berlibur selama dua minggu," canda Sunghoon yang membuat Heeseung kembali cemberut mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Singkat-Kisah Kita
Romansa"Hanya berbagai macam cerita seputar Heeseung dan Sunghoon" 🦌🐧