Cinta atau Obsesi

521 30 2
                                    

Heeseung kini sedang berada di ruang kelas di kampusnya. Ia sama sekali tidak terlihat mendengarkan penjelasan materi dari dosennya atau bisa dikatakan tidak berminat mendengarkannya. Pikirannya melayang pada kejadian dimana seseorang yang sangat disukainya telah menolak perasaannya untuk kesekian kalinya. Hal itu tentu saja membuatnya kecewa walaupun ia tahu alasan sosok tersebut menolaknya.

"Huh, hatiku benar-benar sakit," gumam Heeseung sambil menghela nafas.

Pemuda yang duduk disebelah Heeseung mendengar ucapannya. “Kau bicara dengan siapa? Siapa yang menyakitimu?”

“Bukan urusanmu. Sana lihat ke depan,” hardik Heeseung, ia berusaha memelankan suaranya agar tidak didengar yang lainnya.

“Kau ini aneh sekali. Dasar orang aneh, bicara sendiri,” ujar Beomgyu, pemuda yang duduk disebelah Heeseung.

“Menyebutku aneh sekali lagi akan kutendang bokongmu,” ancam Heeseung yang membuat Beomgyu langsung menatap ke depan. Ia tidak mau berurusan dengan Heeseung yang suasana hatinya sedang buruk.

Mata kuliah pagi ini telah berakhir, semua mahasiswa mulai berhamburan keluar dari kelas. Heeseung segera berlalu keluar dengan tergesa-gesa sementara Beomgyu terlihat berusaha menyusulnya. Langkah kaki Heeseung begitu cepat, ia tidak tahu tujuannya mau kemana. Setelah ini ia hanya memiliki jadwal kuliah siang dan itu masih beberapa jam lagi.

Heeseung tidak berniat pulang, tidak berminat untuk ke kantin apalagi ke perpustakaan. Sebuah ide melintas di benaknya dan ia segera menuju gedung olahraga. Heeseung menyukai basket dan menurutnya ini cara pelepas stres yang baik. Kebetulan gedung olahraga sedang kosong dan ia bisa merasa bebas bermain sendirian. Heeseung tidak tahu sejak tadi Beomgyu diam-diam mengikutinya.

Heeseung mulai bermain basket sendirian. Beberapa bola yang dilemparkannya ke keranjang hampir semuanya masuk. Ia tidak berminat ikut tim basket kampusnya meski sering mendapatkan tawaran, baginya basket hanya sekedar hobi. Sejak dulu ia sering bermain basket bersama sosok yang disukainya itu. Lalu berkat bujukannya membuat Heeseung akhirnya mau masuk klub basket di sekolahnya.

Heeseung melakukannya hanya karena sosok itu menganggapnya keren saat bermain basket dan itu menjadi motivasinya. Kemampuan bermain basketnya lumayan bagus dan beberapa kali masuk ke kejuaran basket semasa sekolahnya. Meskipun orang itu kadang tidak bisa menonton pertandingannya, ia senang selalu mendapat dukungan dari sosok yang dicintainya.

“Bukannya tidak menyenangkan bermain basket sendirian?” seru Beomgyu yang tiba-tiba masuk ke gedung olahraga.

Kemunculan mendadak Beomgyu membuat Heeseung terkejut, ia menghentikan permainannya sesaat. Beomgyu berjalan mendekatinya dan mengambil bola basket dari tangan Heeseung. Ia mencoba untuk mencetak angka, tapi sayang bolanya tidak masuk.

“Ah, nyaris saja,” ujar Beomgyu kecewa.

“Sedang apa kau di sini?” tanya Heeseung, ia sedang tidak ingin diganggu oleh siapa pun termasuk Beomgyu.

“Suasana hatimu kelihatannya buruk sekali,” kata Beomgyu sambil memungut bola basket.

“Kalau kau sudah tahu aku akan merasa senang jika kau segera pergi,” sindir Heeseung, ia tidak peduli jika Beomgyu sakit hati mendengar ucapannya.

“Kau selalu dingin jika sedang kesal dan itu tidak mempan untukku,” balas Beomgyu yang mengulurkan bola basket pada Heeseung. “Lebih baik kita bermain bersama,” tawarnya disertai senyuman lebar.

Beomgyu tidak peduli jika Heeseung akan memarahinya karena sudah bersikap seenaknya. Ia sudah hapal kebiasaan Heeseung sejak pertama kali mengenal pemuda tersebut. Ia tahu Heeseung sangat populer dan banyak sekali yang menyukainya, tapi ia selalu terlihat seperti serigala penyendiri. Ia seakan membuat dirinya sulit untuk didekati. Hanya satu orang yang dapat membuat Heeseung tersenyum dan bersikap manja.

Cerita Singkat-Kisah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang