RISALAH HATI (2)

1.3K 87 0
                                    

"Papa minta aku jadi ketua tim sukses. Papa kecewa dengan Ayah, Mas"

Wajah kuyu Gemi tidak menutupi bahwa perempuan itu memiliki beban pikiran.

"Papa minta aku kembali pulang"

Wajah Vian langsung berubah. Ia terkejut mendengar ucapan sang istri.  Pertanyaan kontroversi sang ayah membuat Anwar murka.

"Gemi...aku tidak siap untuk itu"

"Mas aku seperti makan buah simalakama. Kamu dan Papa orang yang aku sayangi"

Vian memejamkan mata, memijit pangkal hidungnya. berpisah dengan Gemini tidak pernah ada dalam kamus hidupnya.

"Gemini Grizel aku yakin ujian ini bisa kita lewati berdua. Aku tahu kamu tidak bisa menolak perintah Papa"

"Untuk kebaikan kita. Kamu aku pulangkan sementara" putus Vian.

"Gak Mas. Kamu jangan bercanda. Aku gak mau pisah sama kamu" tangis Gemi pecah mendengar ucapan suaminya.

Vian menarik tubuh Gemi.  Memeluk penuh perasaan. Belahan jiwa yang sudah menemaninya sepuluh tahun terakhir.

"Aku mencintaimu"

Vian mencium bibir Gemi dengan penuh hasrat. Air mata pria itu turun membasahi pipi. Menekan perasaan sedih Vian memberikan kenangan manis untuk istrinya.

"Kamu hanya milikku. Aku bersumpah tidak ada yang bisa menggantikan posisi kamu di hatiku"

Gemi menarik tengkuk Vian. Ia menyerahkan tubuhnya untuk Vian. Untuk kesekian ia harus mengalah dan meninggalkan pria itu.

"Ahhh...lebih cepat Mas"

Pergulatan panas suami istri itu dengan durasi yang panjang. Vian menggempur tubuh sang istri tanpa ampun.

"I love you baby"

Vian mengecup lama kening Gemi. tidak yang bisa mengalahkan titah Anwar. Gemi harus tunduk dengan perintah pria itu.

Perpisahan Gemi dan Vian harus mengorbankan seorang putra yang tidak tahu apa yang terjadi pada kedua orangtuanya.

"Daddy aku mau ikut Mami...please Daddy. Mami gak boleh pergi"

Vian menahan tangan putranya yang akan mengejar Gemi. Tangisan putra mereka tidak bisa menyurutkan amarah Anwar kepada keluarga Vian.

"Daddy jahat...Mami gak boleh pergi dari kita"

"Aku tidak memaafkan Daddy"

Gara berlari ke dalam rumah. Anak itu berpikir ibunya pergi karena sang ayah. Gara tidak tahu dunia politik itu kejam.

Vian menarik nafas lelah. Menyisakan sakit di hatinya. Suara tangis histeris Gara seperti suara pilu seorang anak yang akan ditinggal selamanya oleh ibunya.

Satu bulan Gemi pergi dari rumah, Vian terus memantau istrinya melalui orang dalam yang bekerja di rumah Anwar.

Hari pemilihan umum sudah didepan mata, Vian tidak bisa lagi menahan kerinduannya pada Gemi. Matanya menatap sendu wajah Gemi di layar besar. Stasiun televisi sedang menayangkan hasil hitung cepat pemilihan gubernur.

Dari tatapan mata Gemi, Vian tahu istri tersiksa akibat tekanan dari Anwar. begitu juga dengan ibu mertuanya yang tampak murung.

Ditambah pemberitaan tentang rumah tangga Vian retak dan penangkapan salah satu orang partai Anwar yang tertangkap tangan melakukan penyuapan salah satu anggota komisi pemilihan umum.

"Pak...ibu...ibu..."

"Kenapa Ibu?" Tanya Vian cepat.

Salah satu asisten rumah tangga Anwar melaporkan kejadian yang menimpa Gemi di rumah Anwar.

" Ibu dan Nyonya sedang disiksa Tuan Anwar. Kami ketakutan Pak"

"Ibu tidak sadarkan diri tapi Tuan Anwar masih mencambuk punggung Ibu"

Vian tidak menduga Anwar akan melakukan hal kejam itu kepada anak dan istrinya. Vian meruntuki dirinya karena membiarkan Gemi memilih pulang ke rumah Anwar.

Dengan mata kepala Vian menyaksikan istrinya tidak berdaya. Sedangkan ibu mertuanya berteriak kesakitan karena siksaan dari Anwar.

🌼🌼🌼

PDF RISALAH HATI Ready. Jumlah halaman lebih kurang 550 lembar.

Sakkala juga mempublish di KaryaKarsa.

SHORT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang