BEFORE to LATE (End)

718 50 0
                                    

Embun mengulas senyum simpul menghapus bibirnya dengan selempar serbet dengan anggun sesuai table manner, lantas maniknya fokus menatap Benjamin.

"mas sudah tahu tujuan Papa bertemu dengan partai rakyat jaya untuk memperkokoh kedudukan Mas di partai dan pemerintahan. Berita yang santer menyebutkan kita memiliki hubungan dekat. Jadi bagaimana jika kita realisasikan wacana itu Mas. setidak suara pendukung Papa akan bulat mendukung Mas" ucap Embun tanpa malu.

"selain bapak kamu yang tidak memiliki tahu malu anaknya pun sudah putus urat malu" ucap telak Benjamin tajam.

Embun tidak kehilangan nyali dengan ucapan pedas Benjamin, baginya sudah biasa menerima ucapan ketus dan pedas dari sang ketua umum. "aku ingin merealisasikan hubungan kita ke tahap lebih resmi bukan keuntungan buat Mas sendiri"

"kamu tahu aku tidak suka bersongkol dengan Srigala berbulu domba, jadi lupakan wacana busukmu itu aku tidak tertarik"

Benjamin meninggalkan Embun tanpa sepatah kata pun, ia muak menghadapi perempuan bermuka dua itu. "saya mau istirahat, tolong perketat penjagaan awasi selalu Dibyo dan Embun"

"baik Pak"

Benjamin berjalan cepat menuju kamar yang telah direservasi asistennya, ia memutuskan beristirahat sebelum menghadapi kongres partai besok malam. Benjamin butuh menenangkan pikiran setelah bertemuan menyebalkan dengan Embun.

Sebelum tapak kakinya menginjakan di depan pintu kamar, ia menemukan perempuan yang satu bulan lalu menghabiskan malam bersamanya. Menatap penuh keyakinan, ia mendekati perempuan itu tanpa rasa bersalah Benjamin meraup bibir perempuan itu membawanya ke dalam kamar.

******************

Mungkin muncul pertanyaan kenapa Hira mampu menjaga diri dan keperawanannya yang hidup di negara bebas seperti Amerika, alasannya ia tak mau terlibat cinta satu malam dengan laki-laki tidak jelas takutnya menularkan penyakit. Tetapi prinsip itu akhirnya terpatahkan dengan kepulangannya ke tanah kelahirannya. Begitu mudahnya memberikan sesuatu yang berharga bagi perempuan diserahkan secara cuma-cuma.

Hira meruntuki kebodohannya sendiri, sekarang sesal tidak lagi berarti, nikmat yang beberapa waktu lalu direngkuh lenyap seketika. Menyisakan penyesalan seumur hidup, setetes kristal bening jatuh tanpa sadar membasahi pipi sontak saja menyeka secepat kilat.

Besok Hira berniat memesan tiket penerbangan paling awal menuju Buston. Ini mungkin cara ampuh untuk menghilangkan kerisauan hati, sudah lama rasanya meninggalkan negara menjadi sumber pundi-pundi. Biarkanlah semunya berlalu, sesuai dengan ucapannya pertama kali bertemu Benjamin mereka akan saling melupakan apa yang terjadi.

Tidur yang lelap harus terenggut dengan suara bising tak jauh dari tempatnya tidur. jujur ia merasa terganggu dengan suara itu, pagi-pagi sudah menganggu tidur orang.

"silakan kalian tunggu di luar" itu suara Benjamin. Dengan siapa dia berbicara terdengar suara gaduh berangsur menjauh dan menghilang bersamaan penampakan sosok Benjamin terlihat sengar menggunakan bathtrobe membungkus tubuh liatnya.

Hira meringsut bangun menyandarkan tubuh tak lupa menutup seluruh dadanya dengan selimut ia tak mau mengulang adengan satu bulan lalu, pun rasanya yang semalam masih membekas dan terasa perih di sesap mulut Benjamin.

Benjamin mencuri kecupan di bibir Hira, ia menatap lembut perempuan menatapnya bingung. "mandilah bersihkan tubuhmu"

"jangan-jangan kamu mau menawarkan penawaran yang lebih fantastis lebih dari yang kemaren. Apa mungkin rumah, berlian atau sebuah pulau?" tebak Hira.

Benjamin tersenyum simpul enggan menanggapi lebih lanjut tebakan Hira. Ia tak punya waktu banyak masih ada acara yang harus dihadiri. Hira mendengus kesal melihat reaksi Benjamin bermain tebak-tebakan, masa bodolah sekarang tubuhnya butuh berendam membersihkan sisa aktivitas semalam.

SHORT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang