LEMBAYUNG SENJA (end)

1.2K 92 0
                                    

Lamunan Misela tentang masa lalunya terhenti akibat tepukan pelan di bahunya. Lima tahun pergi menjauh dari kehidupan Rexi, nyatanya Misela kembali bertemu pria yang dulu pernah menjadi teman ranjangnya.

"Sel...kamu diminta untuk ikut rapat nanti sore. Gue dengar gosip direktur keuangan mau dirolling"

"Loh kok gak ada masuk ke notif ponsel aku?"

Teman Misela yang satu divisi tersebut hanya bergedik tidak mengerti.

Menarik nafas sebanyak-banyaknya, Misela yakin ini pasti ada campur tangan Rexi sebagai general manager.

Desas desus yang menyebar dikalangan karyawan, direktur keuangan yang menjabat sekarang sedang gencar-gencarnya mengejar si anak pemilik perusahaan. Bila memang Rexi bukan jodoh pilihan Tuhan untuk Misela, ia akan ikhlas menerima takdir yang ditakdirkan untuknya.

Tidak ada yang berubah dari awal Misela mengenal Rexi. Pria itu tampak lebih berkarisma semakin bertambah usia. Misela menyiapkan mental berhadapan langsung dengan pria yang mampu membuat dirinya melupakan batas. Misela dengan berani menyerahkan diri hanya untuk Rexi. Tidak hanya sekali mereka bercinta, bahkan Rexi sering tidak memakai penggaman saat keduanya bermain.

Mata Misela mencari kursi yang belum terisi. Sialnya ternyata hanya satu kursi belum terisi yakni kursi di samping Rexi. Apa pria itu sengaja mengatur skenario agar ia duduk di sampingnya.

Menarik kursi dengan pelan, kaki Misela tidak mampu berpijak dengan benar. Mata elang Rexi langsung menghunus bola matanya, menyampaikan sebuah kebencian yang sudah lama tersimpan.

"Rapat pemilihan direktur keuangan di buka. Semua hadirin diharapkan bisa mencatat poin dari pertemuan kali ini"

Suara moderator rapat membuat Misela menarik kursi lebih luas agar ia bisa duduk.

Ditatap lekat oleh Rexi fokus Misela terbagi dua antara rapat dan aroma intimidasi yang dipancarkan netra Rexi.

"Hai...apa kabar Misel?" Rexi berucap pelan mungkin hanya dia dan Misela yang bisa mendengar.

"Baik" jawab Misela pendek dan padat.

Rexi tertawa pelan. Seharusnya dirinya bersikap dingin kepada Misela. Tanpa alasan perempuan di sampingnya ini meninggalkan dirinya.

"Lima tahun tidak melihatmu. Mataku tercemar dengan dada bulat kamu sayang. Masih ingatkan bagaimana aku memperlakukan mereka berdua?"

Dengan kurang ajarnya Rexi mencolek bagian samping payudara Misela. Tidak ada yang melihat aksinya, sebab fokus para peserta rapat terpusat pada layar monitor.

"Anda jangan kurang ajar Pak Rexi! Saya bisa melaporkan tindakan anda barusan" ucap Misela geram.

"Kamu munafik Misel. Aku tahu tubuhmu merindukan sentuhan. Bahkan aku bisa membubarkan rapat ini dan mengulang yang pernah kita lakukan tanpa pakaian" bisik Rexi.

Misela mengambil air meneral dan meminumnya sekali teguk. Rexi pria yang berpengalaman menaklukkan wanita, dan wanita itu Misela yang berhasil menjadi teman ranjang pria yang memiliki rahang tegas ini.

Selesai rapat tangan Misela ditarik Rexi untuk mengikuti keruangan bertulis General Manager. Rexi seakan tuli ketika Misela berusaha untuk melepaskan genggaman tangannya.

"Ini kesempatan aku bisa mendengar penjelasan kamu"

"Aku butuh penjelasan kamu menghilang lima tahun lalu Misel. Kita berdua sudah sepakat untuk menjalin hubungan tapi kenapa kamu tidak menganggap aku? dan lebih mirisnya aku ditinggal tanpa alasan"

Rexi menanti Misela buka suara sambil berpangku tangan. Seandainya ia tidak marah pasti Rexi sudah mencium bibir Misela yang berwarna merah muda itu.

"Bolehkah  saya minta satu permintaan bila pertanyaan Pak Rexi saya jawab?"

SHORT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang