My Possessive Brother (b)

677 57 0
                                    

"kamu nggak pulang udah seminggu loh sayang, Mama Papa kangen" ucapnya lirih dari seberang sana.

"iya Ma, aku pulang nengokin Mama-Papa" jawabnya tersenyum pasti ibunya tengah merajuk.

"benaran kamu, pokoknya nginap nggak ada bantahan" ucapnya sebelum menutup sambungan telpon.

Bintang menghela nafas panjang, lima tahun setelah kejadian di kamar Nehan semuanya berubah. Nehan memutuskan pergi melanjutkan pendidikan ke luar negeri. sama sekali belum pernah pulang, hanya kedua orang tuanya yang mengunjunginya beberapa kali. Bintang selalu disibukan pekerjaan yang selalu memaksa agar tetap stay di Indonesia.

Karir Bintang menanjak setelah mendapat promosi jabatan salah satu Bank, sebuah prestasi bagi Bintang yang masih berumur di bawah tiga puluh tahun. ia pun melanjuti pendidikan mengambil strata dua sebagai menambah wawasan pengetahuan dan mengalaman merupakan bagian syarat pekerjaannya.

Bintang menjadi perempuan gila kerja, waktunya di habiskan untuk membagun relasi dan mitra. Menginjak umur pertengahan dua puluhan, sudah memiliki aset atas namanya sendiri. sebuah apartemen di beli hasil keringatnya selama bekerja sebagai Bankir.

Segala pencapaian yang diraih diluar bayangan Bintang, ia memutuskan hidup mandiri di apartemen karena beralasan dekat dari kantor menjadikan mobilitas Bintang lancar tanpa hambatan macet. kedua orang tuanya memutuskan tinggal dan menetap daerah pinggiran kota karena sudah jenuh dengan kehidupan kota.

Bintang tersenyum membayangkan hidup bersama tambatan hati menikmati masa tua seperti orang tuanya, bersama orang yang di cintai. Bola mata Bintang tertuju pada cincin emas tersemat di jari manis, dia sudah memiliki tunangan dan beberapa bulan lagi akan melaksanakan pernikahan.

Beruntung Bintang bertemu Mavi, anak penguasaha mebel yang awalnya hanya sebagai nasabah prioritas berjalannya waktu seiring intensitas pertemuan yang sering benih cinta tumbuh dan berkembang di hati masing-masing.

Sebulan yang lalu Mavi memberanikan diri melamar Bintang dihadapan Garda dan Taya setelah berpacaran lebih dari dua tahun. keinginan Mavi disambut baik kedua orang tua Bintang mengingat umur anak perempuan mereka sudah melewati umur untuk menikah.

"sayang aku nginap di rumah Mama Papa" tulisnya melalui pesan instan.

"ok honey take care aku nggak bisa nganterin kamu ketemu camer maaf ya" sesal Mavi.

"no problem, see you" balas Bintang.

Bintang memberesi pekerjaan segera mengakhiri rutinitas segera pulang. mengendarai mobil seorang diri melewati jalan tol. Bintang akhirnya mahir membawa roda empat tanpa menemuikan kendala.

Butuh sekitar dua jam sampai ke tempat tujuan karena beberapa kali Bintang terjebak macet mengingat jam pulang kantor, pasti para karyawan berebutan pulang menguasai dan meramaikan jalanan.

"sayangnya Mama, udah lama nggak nengokin Mama sama Papa" rajuk Taya melihat kedatangan Bintang.

"maaf Ma, aku lagi haitic ngejar setoran" tersenyum mengaruk tengkuk yang tak gatal.

"nggak boleh gitu kamu harus mentingin kesehatan, uang bisa di cari kesehatan sulit didapati" omel Taya mengiring Bintang masuk menemui Garda yang asyik dengan tanaman hiasnya.

"anggrek terus yang kerjai sampai anak sendiri datang diacuhin" sembur Taya.

Garda yang sedang asyik merawat anggrek dikejutkan dengan suara Taya dan kedatangan Bintang.

"anak gadis Papa udah pulang" sambut Garda dengan pelukan hangat.

"kangen Papa" balas Bintang dalam pelukan Garda, ia menemukan sosok orang tua sesungguhnya dalam keluarga ini.

SHORT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang