Fatamorgana (End)

1.1K 84 3
                                    

"Mahawira kamu dengar Papa nak?" Ranu mencoba membangun Wira.

Ranu datang ke kontrakan Wira untuk mengetahui kehidupan putranya setelah menikah. Pria paruh baya itu melihat dengan jelas tubuh Wira menggigil dan kurus.

Wira sama sekali tidak bergerak dan membuka mata. Ranu langsung mengambil langkah cepat membawa ke rumah sakit.

Rumah sakit ketergantungan obat pilihan terbaik dilakukan Ranu untuk menyelamatkan Wira. Ranu baru mengetahui Wira mengonsumsi obat terlarang sudah berjalan satu tahun dari hasil pemeriksaan rambut Wira oleh tenaga kesehatan rumah sakit tersebut.

Berada di titik terendah dalam hidupnya, Ranu menyadari bahwa dirinya yang membawa luka terbesar dalam hidup istri dan anaknya. Tawa dan kebahagiaan Wira dan Sonia hilang setelah ia dengan egois memilih mengikuti kata hati.

Setelah memastikan Wira dalam pengawasan tim medis, Ranu keluar dari rumah sakit untuk mencari seseorang. Demi seorang Mahawira, Ranu mencari sosok yang bisa mengembalikan Wira yang dulu kembali.

Mengendarai mobil sendiri dengan hujan yang turun deras, Ranu memasuki tempat tinggal mantan istrinya. Sonia tinggal di sebuah rumah sederhana lima tahun belakangan, perempuan yang masih dicintainya apa masih mau menerima  Ranu hanya memberi tahu kondisi Wira.

Mengetuk pintu rumah, Ranu menghapus air yang membasahi wajahnya. Ia berharap tidak ada penolakan lagi dari Sonia untuk bertemu.

Pintu terbuka, seorang perempuan cantik yang mirip Wira berdiri menghadang kedatangan Ranu.

"Mas Ranu ada apa malam-malam bertamu ke rumah aku? Kamu gak kapok berusaha membujuk aku" ucap Sonia tajam.

"Nia... biarkan aku masuk sebentar. Aku gak mau warga melihat kita, bisa jadi fitnah juga bagi kamu"

Sonia menatap tubuh Ranu yang basah, apa pria itu kehujanan untuk menemuinya. Rumah Sonia memang tidak bisa dimasuki mobil karena berada di gang sempit.

Membiarkan pintu terbuka, Sonia memberi jalan untuk Ranu masuk.

Manarik nafas panjang, Ranu tampak cemas ingin menyampaikan kondisi Wira.

"Kamu pasti lagi mikir cara bujuk aku balikan lagi. Aku gak mempan dengan akal bulus kamu, Mas"

Sonia memalingkan wajah saat matanya bertemu netra sendu Ranu. Netra itu memancarkan kesedihan yang mendalam.

"Saya udah pasrah kamu gak mau balikan. Seribu kata maaf tidak mampu meluluhkan hati kamu. Saya tahu diri Sonia, terlalu banyak dosa pria tua ini melukai kamu"

Ranu berdiri dan berniat untuk bersimpuh di kaki Sonia.

"Karena keegoisan saya Wira menjadi korbannya. Wira...Wira kini dirawat di rumah sakit ketergantungan obat. Saya mungkin tidak bisa menyelamatkan pernikahan kita. Tapi saya ingin menyelamatkan hidup Wira, karena Wira harta berharga yang saya punya dengan kamu, Sonia"

"Saya minta maaf Sonia...saya tidak bisa menjaga putra kita. Mungkin ini hukuman yang pantas saya terima setelah mengkhianati kamu"

Air mata Ranu meleleh di pipi, ia tak sanggup lagi berdiri dengan kekuasaan yang ia punya. Melihat tubuh Wira tidak berdaya, kekuasaan dan harta tidak lagi berarti dalam hidup Ranu.

"Pria tua tidak berharap banyak, saya hanya ingin Wira sembuh dari ketergantungan obat dan bisa kembali merasakan kasih sayang keluarga walau kita tidak kembali bersatu. Wira butuh kamu Sonia, hanya kamu yang tahu isi anak itu"

Sonia tampak menahan kesedihan. Putra yang lima tahun lalu menangis memanggil nama untuk tidak meninggalkan sendiri. Putra yang meminta Sonia bertahan di sisi Ranu.

Ranu sudah sekian kali datang ke rumah Sonia untuk meminta kembali rujuk, namun Sonia tidak pernah mengubris permintaan mantan suaminya. Mendengar nama Wira, seluruh pertahanan yang dibangun Sonia hancur seketika.

Menarik tubuh Ranu untuk duduk di sofa, Sonia menatap dalam netra sendu Ranu.

"Aku berharap kamu tidak berbohong dengan kondisi Wira, Mas. Aku tahu kamu seorang pembohong. Aku udah sering kamu bohongi dari dulu"

Sonia tampak berpikir lama untuk mengatakan sesuatu kepada Ranu.

"Jika kamu masih suka bermain api, aku tidak segan-segan mengkebiri burung kamu itu. Sonia yang sekarang tidak takut hidup tanpa seorang Ranu, sebaliknya seorang Ranu takut kehilangan Sonia"

Ranu terkejut mendengar ancaman Sonia. Cukup satu kali merasakan di khitan saat umur sembilan tahun.

"Aku sudah memikirkan permintaan Mas Ranu. Aku mau kembali tapi ada syaratnya. Syaratnya aku kasih tahu setelah melihat kondisi Wira"

Sonia berlalu masuk ke dalam kamar. Perempuan berganti pakaian untuk ikut Ranu ke rumah sakit.

Ranu lega Sonia mau menerimanya kembali dengan syarat yang diberikan mantan istrinya. Ranu tidak tahu seperti apa syarat yang ingin di minta Sonia. Ranu berharap Sonia memberi syarat ia harus sanggup memberikan adik untuk  Wira, Ranu pasti dengan senang hati mengabulkan permintaan sang mantan istri. Yang pasti proses pembuatan enak dan nikmat.

Wira menatap kosong, pikiran melayang jauh. Bagaimana keadaan bayi di dalam perut Azzura? Apakah Azzura mengalami pendarahan setelah ia dorong? Dan dimana Azzura sekarang?

Hanya Ranu dan Sonia menemani proses pemulihan kesehatan Wira. Satu atau dua kata yang bisa keluar dari bibir Wira ketika sang ayah membawa serta ibunya. Sorot kesedihan tergambar jelas pada netra Sonia. Ibunya berusaha tegar di depan Wira. Namun Wira tahu ibunya menangis dan sang ayah yang akan menjadi tempat sandaran.

Satu tahun Wira menutup diri. Satu kebahagiaan yang ia rasakan, kedua orang tuanya kembali rujuk. Ranu membawa Sonia dan Wira ke rumah lama mereka yang sudah lama tidak di huni.

"Mahawira kok bengong? Kue Mama gak enak yah?" Sonia masuk ke kamar Wira.

"Enak. Aku hanya rindu Zura, Ma" keluh Wira.

Sonia memeluk tubuh Wira. Sebagai ibu, Sonia bisa merasakan kerinduan yang dipendam Wira untuk istrinya.

"Wira cerita sama Mama kamu dulu cara dekatin Zura gimana? Apa sama seperti Papa kamu?" Pancing Sonia.

"Papa kamu kalau dekatin Mama ajak nonton. Trus Papa kan anak band tuh. Kalau udah tampil pasti cewek-cewek pada teriak histeris. Mama ingat momen Papa kamu habis nyanyi langsung samperin Mama, katanya dia udah punya pawang"

"Mama kalau kangen kamu pasti liat video kamu kolab bareng Zura yang trending di yucup. Papa kamu mewarisi jiwa musisinya kepada kamu, nak" 

Wira terkenang awal ia bertemu Zura.  Ia berduet bersama Zura mencover sebuah lagu band legendaris.

"Papa gak di ajak berpelukan. Adanya Wira kan akibat Mama sering minta peluk Papa" Ranu masuk ke kamar Wira yang terbuka.

"Iya ya akibat otak mesum Papa. Wira jadi di rahim aku" balas Sonia.

Ranu ikut mendekati Sonia. Pria paruh baya itu melihat Wira sedang asyik menonton video yang satu tahun lalu trending.

"Mahawira Papa punya ide. Gimana kita duet. Kamu upload di youcup, jarang-jarang loh anak dan bapak kolap. Papa udah lama gak olah vokal. Biasa olahraga malam sama Mama kamu"

"Mas ucapan kamu gak bisa dijaga ya. Mentang-mentang udah ada aku bisa dipeluk, kamu gak ingat perasaan Wira" peringat Sonia.

Wira tersenyum mendengar perdebatan orangtuanya. Satu kebahagiaan yang belum diraih Wira. Bertemu kembali dengan Azzura, mengucapkan permohonan maaf.

Sampai saat ini Wira berharap anak yang ada dikandung Azzura sudah lahir dalam keadaan selamat. Ia berbesar hati jika tidak bisa menemani Azzura melahirkan, mungkin itu harga yang harus dibayar Wira akibat perbuatannya.

End

🌼🌼🌼

Versi tamat di Wattpad berbeda dengan di PDF.

Kisah lengkap Fatamorgana (Wira-Zura) bisa dibaca di Karyakarsa. Ada dua part 21 di publish di Karyakarsa Sakkala ❤️










SHORT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang