THALIA KAMARATIH (c)

1.4K 115 19
                                    

Thalia terlihat canggung saat perempuan yang berciuman dengan pamannya berciuman di mobil tadi masuk ke ruang.

"Kamu kok tegang gitu? Kayak habis liat hantu" ucap sang dosen.

"Bukan hantu Bu, saya tadi liat ibu adu mulut" jawab Thalia.

Perempuan itu mengerutkan kening tidak mengerti ucapan Thalia.

"Ciuman?" Tanya dosen itu langsung.

Thalia mengangguk. Senyum manis terbit dari bibir sang dosen.

"Saya kok bisa sih ketahuan ciuman dengan paman kamu. Padahal udah kucing-kucingan"

Thalia terdiam mendengar ucapan Varsha.

"Saya harus manggil ibu apa sekarang? Yang saya dengar ibu simpanan paman saya"

Varsha tertawa pelan. Ia tidak marah jika di cap sebagai perempuan simpanan, memang itu sudah jadi kenyataannya.

"Kalau Tante terdengar enak di telinga" goda Varsha.

Thalia menggeleng. Saat ini ia masih dilingkungan universitas harus menghormati tenaga pengajar.

Varsha mengeluarkan amplop berisi dokumen. Thalia hanya melirik tidak tahu apa yang akan ia lakukan.

"Saya udah dengar ayah kamu dilaporkan ke polisi. Nah karena ruang gerak paman kamu dibatasi istri pertamanya, saya kasih jalan untuk bisa membebaskan ayah kamu"

"Kamu sepakat menerima tawaran saya. Kebetulan perusahaan ini butuh analisis teknikal, saya rekomendasikan kamu bekerja di sana"

Varsha seperti biasa saja menghadapi ponakan suaminya. Tiga tahun jadi dosen akademik, Varsha sangat tahu seluk-beluk kehidupan Thalia.

"Saya belum lulus Bu. Tidak mungkin bisa bekerja di sana" Jawab Thalia ragu.

"Tenang aja. Dengan koneksi saya, mereka sudah siap untuk menerima kamu bekerja"

Thalia dengan ragu menerima surat rekomendasi dari Varsha. Walau status perempuan itu istri kedua pamannya, Thalia  canggung menerima tawaran dari Varsha.

Dengan berat hati Thalia menerima tawaran dari Varsha.

"Terima kasih Bu untuk bantuan selama ini. Saya gak tahu harus berbuat apa atas kebaikan bu Varsha"

"Hahaha...Thalia saya tuh pengen sekali punya adik seperti kamu. Tapi ternyata kamu ponakan suami saya"

"Saya akan senang kamu manggil saya Tante"

Varsha merengkuh tubuh Thalia. Melihat perjuangan Thalia berkuliah di universitas ternama Varsha dibuat kagum.

"Terima kasih Tante"

Senyuman manis mengembang di wajah Varsha. Ternyata menyenangkan menggoda gadis ini pikir Varsha.

Thalia mematut diri di depan kaca. Stelan kerja yang dipinjamkan Varsha terlihat mahal tidak seperti mahasiswa yang akan melakukan magang.

Menempuh rute yang jauh, Thalia berjalan mendekati meja informasi.

"Selamat pagi dek....ada yang bisa kami bantu"

"Saya mau...."

"Thalia"

Ucapan Thalia terpotong ketika seorang perempuan menghampiri gadis itu.

"Ikut saya. Tadi Ibu Varsha sudah mengabari jika kamu datang hari ini"

Thalia hanya bisa mengikuti langkah perempuan yang bernama Intan. Ia tidak tahu mau dibawa kemana. Karena gedung ini berlantai lima belas.

SHORT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang