Personal Taste (a)

1.3K 63 2
                                    

Terdengar bunyi suara pintu terbuka, Maya menoleh dan tersenyum hangat.

"Ayah capek? Maya udah siapkan air hangat untuk mandi Ayah" ucap gadis berambut sebahu tersebut.

"Capek ayah hilang liat kamu" Doni merengkuh tubuh Maya masuk ke dalam pelukannya.

"Kamu wangi sayang" Gumam Doni.

Maya tersenyum mendengar pujian dari sang ayah. Pekerjaan Doni sebagai kepala koki mengharuskan berada di dapur, namun aroma parfum yang maskulin menusuk di penciuman Maya.

Duduk bersama Maya kebiasaan Doni menghilangkan penat. Ia menyukai aroma wangi yang menyugar dari tubuh Maya.

"Sayang kamu kok kelihatan sedih?" Tanya Doni heran.

"Oh aku tadi habis nonton drama keluarga. Ayah tahu kan aku suka melow kalau nonton yang begituan"

Doni menatap lekat putrinya. Dari netra Maya, gadis ini sedang berbohong pasti ada disembunyikannya.

"Ayah kenapa gak nikah lagi? Gak bosan tidur sendiri" Maya sengaja  mengalihkan pembicaraan.

Doni masih menatap lekat wajah putrinya. Malam ini Maya memakai bralette berwarna hitam sangat kontras dengan warna kulit Maya.

"Ayah belum kepikiran untuk ke sana" ucap Doni pelan.

Pria itu menggeser tubuhnya. Membelai wajah Maya. Kecantikan putrinya semakin hari membuat Doni getar getir siapa nanti yang akan menjadi suami Maya kelak.

Nafas Doni memburu tidak sengaja melihat puting payudara Maya. Ia kehilangan akal sehat saat melihat aset milik Maya yang begitu indah.

"Ayah hanya ingin hidup berdua denganmu sayang"

Maya membalas tatapan ayahnya. Sudah beberapa kali Doni menolak untuk menikah kembali setelah ibu Maya meninggal dunia.

"Itu gak mungkin ayah. Siapa yang akan memenuhi kebutuhan ayah" Maya seperti menggantung ucapannya.

"Kebutuhan itu loh. Gimana yah bicaranya" Maya menggerakkan tangan.

Doni tersenyum tipis.

"Seks maksud kamu sayang?"

Doni melihat rona merah langsung keluar dari wajah putih Maya.

"Iya itu. Ayah kan masih produktif. Masak gak ada satupun perempuan yang bikin ayah jatuh cinta"

Doni semakin merapatkan diri. Ia bisa merasakan tubuh Maya menegang.

"Kamu aja yang nikah. Ayah udah pengen punya cucu dari kamu"

Maya terdiam mendengar ucapan Doni. Teringat hubungannya dengan Vian yang semakin hari semakin dingin.

Kejadian tadi siang membekas di hati Maya. Kekasih yang sudah dua tahun dipacarinya melupakan janjinya untuk bertemu Maya. Padahal Maya sudah menyiapkan bekal makan siang yang ia buat sendiri.

"Maya putuskan pacar kamu itu" Doni tahu Maya tidak bahagia dengan kekasihnya.

"Ayah siap menggantikan dia"

Maya menoleh langsung disambut bibir basah Doni. Tangan Doni menahan tengkuk Maya. Jantung Maya berdebar kencang saat gerakan bibir Doni melumat bibirnya.

"First kiss?"

Maya hanya bisa mengangguk. Ia tidak tahu harus berbuat apa selain pasrah.

Doni kembali menyatukan bibirnya memaksa lidahnya masuk ke dalam rongga mulut Maya. Mencecap rasa pada mulut Maya dan bersilat lidah menghasilkan saliva.

Tangan Doni menurunkan bralette Maya. Meremas payudara ranum putrinya. Tidak hanya meremas Doni juga menarik-narik puting payudara Maya yang sudah tegang.

Tidak tahan lagi, Doni mengangkat tubuh Maya untuk duduk di atas pangkuannya.

Mata Doni berkilat gairah. Wajah Maya yang diselubungi nafsu menjadi  pemandangan yang berbeda malam ini.

Bibir Doni berpindah ke leher Maya menyesap melukis tanda kepemilikan. Satu hingga tiga jejak basah yang ditinggalkan Doni pada leher Maya.

Doni menggerakkan pinggulnya Maya yang menyentuh pusat tubuhnya. Doni menggeram lirih menikmati gerakan tubuh Maya.

Pria berumur pertengahan empat puluh tahun itu menarik punggung Maya dan mengulum puting payudara Maya.

Tubuh Maya menjadi sasaran hasrat Dini yang menggebu. Tangan yang lain meremas payudara Maya.

"Ahhhh ayah" Maya mendesah ketika ada sesuatu dari dalam tubuh menyesak ingin keluar.

"Berikan untuk aku Maya"

Doni semakin cepat menggerakkan pinggulnya Maya. Ia tahu Maya akan segera meraih pelepasan.

Tubuh Maya terkulai di bahu kokoh Doni. Baru kali ini ia merasakan lega begitu nikmat.

Berpindah dari tubuh Doni, Maya terkesiap melihat jari ayahnya mengusap inti tubuhnya dan menjilati sisa cairan orgasme miliknya.

Doni mencium bibir Maya dalam sebagai ungkapan rasa bahagianya.

"Ayah apa yang kita lakukan salah"

Maya tersadar dengan tindakan Doni kepada dirinya.

Doni menggelengkan kepala. Ia sudah jatuh pada pesona kecantikan putrinya.

"Tidak ada yang salah Helena. Aku melakukan dengan keadaan sadar"

Darah Maya berdesir mendengar kata aku yang keluar dari mulut Doni. Biasanya pria itu menyebut dirinya ayah.

"Aku putri ayah"

Doni menarik nafas panjang. Benar apa yang diucapkan Maya, ia adalah ayah Maya tidak ada seorang ayah yang melakukan hal seperti tadi kepada putrinya.

"Kamu menikmati apa yang aku lakukan Helena. Apa ada seorang ayah melakukan ini kepada anaknya"

Doni sengaja meremas payudara Maya yang tidak tertutup.

"Jangan naif Maya apa yang ayah lakukan kamu nikmati. Kamu tahu ayah sudah terpancing saat melihat ini"

Tubuh Maya kembali menegang saat tangan Doni membelai lembut inti tubuhnya.

"Aku tahu kamu menyukai tindakan aku sayang" suara Doni berubah parau.

Maya menggeleng samar. Melihat Doni yang memandangnya penuh damba.

"Kamu ayah aku Doni Julio" peringat Maya kembali.

"Stop menyebut aku ayah Helena" Doni menahan wajah Maya.

"Kini yang dalam otak aku hanya ingin menikmati momen kita berdua saat ini"

Doni kembali mencium buas bibir Maya. Ia tidak peduli dengan status dirinya sebagai ayah Maya.

Perasaan yang sudah lama dipendam keluar begitu saja dari dalam diri Doni. Mulai saat ini Maya adalah poros hidup Doni selamanya.

🌼🌼🌼

Kelanjutan kisah ayah dan anak tersebut (Doni - Maya) bisa dibaca di Karyakarsa. (Harga lebih murah di sana)




SHORT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang