LOSE YOU to LOVE ME (End)

1.2K 68 1
                                    

Tujuh tahun bukan perkara mudah bagi Serra melupakan masa lalunya. Memilih pergi dari kehidupan Erlangga menurutnya adalah pilihan terbaik dan kembali diterima keluarga Sutanto dengan tangan terbuka.

Ruri Sutanto menerima dengan tangan terbuka kembali sang putri ke pelukannya. Serra melanjutkan pendidikan yang sempat tertunda setelah menikah dengan Erlangga.

Selepas perpisahannya tujuh tahun silam, Serra tidak mengetahui bagaimana keadaan Erlangga menjalani hidup tanpa dirinya.

"Serra...Papa udah siapkan laki-laki terbaik untuk kamu. On time nanti malam"

Ruri menghapus bibirnya setelah menu sarapan terakhir habis tidak bersisa.

"Siapa lagi Pa? Aku belum pengen buka hati. Fokus aku sekarang lagi memperbaiki diri setelah perceraian tujuh tahun lalu" keluh Serra.

"Papa gak peduli. Kamu kan yang pulang ke rumah ini sambil nangis-nangis gak bahagia dengan bajingan tengik itu"

Serra terpaksa terdiam. Ayahnya sejak awal tidak menyukai Erlangga yang notabene anak dari saingan bisnisnya.

"Irfan jauh lebih baik menurut Papa. Dia sopan, mandiri dan tulus. Kamu mau mencari kemana lagi sosok pria baik seperti Irfan, Serra"

"Kamu coba kenalan dulu. Kalian kan belum saling kenal"

Ruri beranjak berdiri dan bersiap untuk pergi bekerja. Meninggalkan dua orang perempuan yang terdiam membisu. Annisa sebagai istri tidak mampu berbuat apapun untuk bisa membela putrinya.

"Kok gak dihabisin? Gak enak?" Tanya Annisa melihat Serra tidak berselera menyentuh sarapannya.

"Enak kok. Masakan Ibu paling juara" kilah Serra.

"Trus kenapa belum dimakan? Ada sesuatu yang menjanggal di hati kamu. Cerita sama Ibu"

Tiba-tiba air mata Serra jatuh ke pipi membasahi wajahnya. Di umur dua puluh tujuh tahun baru kali ini Serra menangis patah hati menyesali pilihanya.

"Aku...aku pikir minta pisah dulu sama dia bisa bikin aku bahagia" dengan suara bergetar Serra mulai menceritakan isi hatinya pada Annisa.

"Sampai saat ini hal-hal terkecil dari perhatiannya masih aku ingat. Dulu aku tidak peka menyadari bahwa dia memberikan perhatian sangat berarti dan itu bikin aku gak bisa melupakan dia"

Serra mengusap air matanya. Teringat wajah lelah Erlangga pulang bekerja mengurus Serra yang kala ini mengalami sakit perut datang bulan. Dengan telaten pria itu merawat Serra.

Berlinang air mata Serra meratapi pilihan yang ia sesali seumur hidupnya yakni meminta pisah kepada Erlangga.

"Apa kamu masih mencintainya?" Tanya Annisa langsung.

Serra menatap lama bola mata ibunya. Menyampaikan isi hatinya melalui tatapan mata.

Annisa tersenyum. Sekarang ia mengerti Serra belum bisa membuka hati untuk pria lain. Ada sosok Erlangga yang menguasai perasaan putrinya.

"Berjuanglah. Ibu akan bahagia bila kamu bahagia. Jika dia yang bisa buat kamu bahagia kejar cinta kamu. Jangan pedulikan soal perjodohan yang dilakukan Papa"

"Sekarang bukan lagi jaman Siti Nurbaya. Papa kamu kolot. Ibu heran apa sih yang dilihat dari pria itu?" Gerutu Annisa.

Serra tersenyum dalam tangisnya. Ucapan Annisa sebuah angin segar bagi Serra. Sebab ia mendapat dukungan penuh dari ibunya.

******

Serra turun dari taksi online yang sengaja ia pesan dari kantor. Ia sengaja tidak membawa mobil untuk menguji pria pilihan ayahnya.

SHORT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang