Hidden Love (2)

1K 76 1
                                    

"kamu kenapa sih dari kemaren susah dihubungi?"

"aku sibuk Sherin, kamu harus mengerti aku pegawai biasa harus siap sedia di beri kerjaan di luar job desk"

Menggeggam hangat tangan sang kekasih, Adit menikmati wajah lembut Sherina, mereka berdua sudah berpacaran dari zaman kuliah.

"pantas aku khawatir, kamu tuh pacar aku, terjadi apa-apa gimana?"

"maaf" ucapnya lemah.

"besok-besok nggak akan aku ulangi lagi, tapi bagus juga sih dengan begini aku tahu seberapa dalamnya cinta kamu" ucap jumawa Adit.

"apaan sih" elak Sherina berusaha menutupi rona wajah.

"oh ya, besok aku mau dinas ke luar kota. kamu baik-baik di sini tanpa aku ya"

"kan aku udah tebak, kamu ngombalin aku ada maunya" ucap Sherina merajuk.

Baru saja bertemu, Adit kembali harus pergi lagi.

"gimana lagi, aku harus nabung buat kita nikah"

"aku udah bilang nggak perlu nikah mewah"

"kamu harus ingat Sherina, kamu bagian keluarga Labdajaya"

"hanya anak angkat" jawab Sherina pendek.

"jangan minder gitu dong, tanpa mereka kamu nggak mungkin seperti sekarang"

"ambil aja sisi baiknya"

"sampai kapan kamu dinas?" Sherina mengalihkan topik pembicaraan takutnya mereka ujung-ujungnya bertengkar dengan masalah yang sama.

"nggak tahu, aku janji ngasih kabar kamu, sekarang kan udah ada VC sama WA"

"janji ya, jangan lupa makan sama istirahat, jangan terlalu dipaksakan. aku nggak nuntut kamu banyak kok"

"iya sayang, makin cinta aku"

Seminggu berlalu, Sherina masih bertanya-tanya perubahan Adit. katanya mau menghubungi setiap hari tapi nyatanya hingga sekarang Adit tak pernah sedikit pun menghubunginya.

Kegelisahan dan ketakutan mengusik pikiran Sherina. Begitu banyak sekelipat bayangan buruk memenuhi kepala. hanya satu masih ia pegang teguh bahwa Adit dapat dipercaya ucapannya.

"apa aku samperin aja kantornya?" gumam Sherina menelisik nomor kontak Adit selalu di luar jangkauan.

Sherina mendatangi kantor Adit bekerja, dengan tekat bulat ia menanyai keberadaan Adit yang sudah seminggu tidak dapat dihubungi pada salah satu resepsionis.

Mereka saling bertukar pandang satu sama lain, melalui kontak mata, apakah perempuan muda ini bagian dari korban penipuan Adit.

"maaf Adit yang mbak maksud sudah di pecat seminggu lalu karena ketahuan menggelapkan uang perusahaan" jelas resepsionis gamblang.

"apa? enggak mungkin, Adit itu anaknya baik nggak neko-neko" sangkal Sherina belum bisa menerima ucapan resepsionis.

"terserah mbak percaya atau tidak, kami hanya mengingatkan bukan mbak aja cari Adit ada beberapa perempuan mengaku mencari keberadaan Adit dalam seminggu ini"

Sherina menatap lurus dua resepsionis yang balik menatapnya iba. Ia tidak sedikit pun menampakkan reaksi berlebihan saat mendengar siapa sebenarnya Adit.

Sherina belum percaya tetapi kenyataan menamparnya dengan keras. Ia bersyukur mengetahui lebih awal rahasia Adit. Merasa kecolongan tidak mengetahui sisi gelap pria yang telah menemaninya selama tiga tahun. tak sedikit pun terlintas di benak Sherina ia dikhianati sedalam ini.

SHORT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang