TRI ARGA (b)

1K 70 5
                                    

Rubi mengikat tinggi rambut panjang memperlihatkan leher jenjangnya. Masih memakai lingerie hitam, ia memulai membuat sarapan.

Hari ini Rubi menyerahkan bukti hasil ujian pengukuhan gelar yang ia raih. Alasan Rubi tinggal di rumah pemberian Dhana ialah jarak kampus dari rumah dekat dan menghemat biaya.

Tinggal sendiri di rumah besar kadang-kadang Rubi sering merasa takut. Keamanan dua puluh empat jam berjaga sehingga Rubi bisa bernafas lega walau di rumah sendirian.

"Awww panas" Rubi mengibaskan tangannya karena menyentuh spatula terbuat dari besi.

Ketika ia berbalik dikejutkan sosok Arga berdiri Shirtless sambil berpangku tangan.

"Dari kapan Papa berdiri di sana?" Tanya Rubi gugup.

Arga tersenyum tipis. Matanya enggan berpindah dari belahan dada Rubi tampak nyata. Apalagi dua puting payudara Rubi membayang dari baju tipis berwarna hitam tersebut.

"Dari kamu keluar kamar" Arga membasahi bibirnya yang terasa kering.

"Kamu udah seperti istri idaman. Suami bangun udah tersaji sarapan" goda Arga.

Rubi memutar mata malas. Jurus godaan Arga tidak mampu membuat hati Rubi bergetar.

"Kayaknya Papa mulai cari pengganti Mama. Umur Papa kan masih kuat untuk produksi anak" Rubi membalas godaan Arga dengan ucapan menohok.

"Kalau kamu aja gimana? Papa dari semalam gak bisa tidur mikirin kamu" ujar Arga langsung.

Rubi menggeser tempat duduk tanpa menawari Arga. Ia lupa jika ayah dari Dhana, tunangannya menginap.

"Aku tunangan Kak Dhana, anak Papa. Aku gak mau terlibat hubungan terlarang. Tidak ada seorang mertua menikahi menantunya"

Arga mendekat dan membungkuk memberi tatapan intimidasi pada perempuan yang berhasil membuat Arga melanggar aturan.

"kasus kita beda. Kamu belum sah jadi istri Dhana. Jalan Papa untuk miliki kamu masih terbuka lebar sayang"

"Papa ih sekarang bukan April mop berhenti bercandaannya. Aku mau ke kampus" protes Rubi.

Sebaris senyum melengkung di pipi tegas Arga. Rona wajah Rubi candu untuk memandangnya.

"Aku antar ya. Kita berangkat bersama. Tunggu calon suami kamu mandi bentar" instruksi Arga tanpa peduli mimik muka Rubi menahan emosi.

"You're crazy? Sampai matahari terbit di barat pun kita tidak akan pernah menjadi pasutri seperti hayalan mu!" Kilatan amarah menguasai netra Rubi. "Kita terlarang Tri Arga Susanto"

Rubi tidak lagi peduli norma kesopanan kepada ayah dari Dhana. Arga yang sudah memancing emosi Rubi.

"Kamu baru calon istri belum sah jadi istri" Arga mencoba meraih pipi Rubi.

"Aku tahu karakter anakku. Dia pasti belum pernah menjamah kamu. Aku menang banyak melihat tubuh mulus kamu, Rubi Titania" seringai Arga licik.

"Stop it Papa atau keluar dari rumah ini"

Arga tertawa pelan. Ia semakin tertantang untuk menggoda tunangan putranya.

"Kamu cantik ketika lagi marah, sayang"

Dengan berani Arga mengecup dalam bibir Rubi. Dari tadi ia sudah tidak tahan ingin mencicipi bibir sensual perempuan berusia dua puluh satu tahun itu.

"Nah kalau mingkem tambah seksi. Aku gak sabar untuk menjadikan kamu istri"

"Arga gila" teriak Rubi kesal ketika Arga berlalu dari hadapannya.

Rubi tidak mengindahkan ucapan Arga. Ia sengaja lebih dahulu sarapan tanpa menunggu pria tersebut. Di dalam pikirannya saat ini mencari cara agar bisa mengusir si Duda nakal tersebut.

SHORT STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang