Siang ini, aku tengah berkutat di dapur. Sebab ibu mertua menyuruhku membuat camilan kesukaannya, cupcake keju. Awalnya semua baik-baik saja ketika aku mulai mengayak bahan-bahan keringnya terlebih dahulu.
Hingga masalah pun dimulai pada saat aku mulai memasukkan telurnya. Seperti biasa, aku tak menggunakan masker lantaran nyonya besar berdiri di sebelahku bak manekin di Pasar Tanah Abang guna mengawasiku.
Refleks, aku langsung menutup mulut begitu tercium aroma amis dari telur, yang langsung membuatku mual.
Mungkin saking refleksnya, hingga tanpa sengaja tanganku malah menyenggol mangkuk kaca berisi telur yang baru saja kupecahkan. Akibatnya, mangkuk kesayangan mama mertua yang katanya beli di India itu akhirnya jatuh ke lantai, dan akhirnya ....
Prang!
Pecah.
Sontak, raut wajah mama langsung berubah warna memelototiku.
"Kenapa kau pecahkan mangkuk kesayanganku, hah?! Itu telurnya berceceran ke mana-mana. Rugi saya rugi! Mana
bau amis lagi. Dasar bloon!" makinya.
Na'asnya lagi, aku tak dapat menahan rasa mual yang sudah sampai di tenggorokan.
"Hoek!"
Aku lalu muntah di saat itu juga.
Wajah mama semakin murka. Beliau langsung menampar pipiku.
Plak!
Aku tentu saja terkejut dengan perlakuannya barusan. Dan langsung memegang bekas tamparannya yang menyakitkan itu. Mamiku saja tak pernah menamparku.
"Kurang ajar! malah pake muntah di sini segala! Kau pikir kau siapa muntah di depan saya! kau jijik melihat wajahku?!" hardik mama.
Aku menangis.
"Maaf, Ma. Tapi bukan begitu maksud Yessi."
"Bukan begitu, lalu apa, hah?!"
Belum puas memakiku, mama pergi mengambil kemoceng lalu memukulku bertubi-tubi menggunakan gagangnya.
"Auw! sakit, Ma! auw!" pekikku mencoba menghindari pukulan mama yang kesetanan.
"Rasakan ini! dasar mantu tidak tau diri! udah mecahin mangkuk, numpahin telor, pake acara muntah lagi! kau rasakan lah ini akibatnya!"
Mama terus memukuli seluruh tubuhku. Sementara aku mencoba menangkis serangannya sampai terbungkuk-bungkuk di lantai, akibatnya telapak tangankulah yang acap kali terkena pukulannya. Sakit.
Lalu datanglah Bik Inah yang berlari tergopoh-gopoh melerai kami.
"Nyah! sudah, Nyah! kasian Non Yessi. Sudah, Nyah!"
"Heh, diam kamu! nggak usah ikut-ikutan! Kerjakan tugas kamu sana!" bentak mama, lalu kembali memukuliku.
Aku menangis dan meminta ampun padanya, namun tetap tak dihiraukan olehnya.
"Nyah! kasian Non Yessi. Cukup, Nyah!" jerit Bik Inah memohon, namun sepertinya percuma. Wanita ini seperti kesetanan menghajarku.
"Mama!" pekik seseorang. Mama lalu menghentikan pukulannya.
"Apa yang mama lakukan? dasar gila!"
Ternyata papa mertuaku. Beliau baru pulang dari kantor.
"Mantu papa itu nggak becus kerjanya. Numpahin telur, mecahin mangkuk kesayangan mama, mana muntah lagi! tuh! liat, tuh! berceceran ke mana-mana!" adu mama seraya menunjuk lantai yang sangat kotor, di mana pecahan kaca, cairan muntah, serta tumpahan telur yang berserakan di sana.
![](https://img.wattpad.com/cover/321105561-288-k243847.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Berselimut Noda
RomanceYessi harusnya menyadari jika Wira menikahinya hanya karena ingin menutupi aibnya saja. Adalah Yessi Ananda, seorang gadis cantik, baik hati serta ceria. Suatu hari ia menemukan jika dirinya tengah mengandung seorang janin. Menjadikan ayahnya yang...