Tentang Dia

540 25 0
                                    

POV Wira.

Aku mengenalnya sebagai seorang gadis yang ceria dan juga cantik. Pertama kali melihatnya adalah ketika ia menjadi salah satu siswi baru di sekolahku. Pada saat itu aku langsung tertarik padanya. Hingga secara kebetulan, aku dan dia saling berkenalan ketika kami sedang sama-sama menunggu jemputan sepulangnya dari sekolah.

"Yessi." Suaranya terdengar merdu ketika menyebutkan namanya.

Keakraban pun terjalin di antara kami. Tanpa kusadari, rasa tertarik yang sebelumnya kurasakan, lambat laun tumbuh menjadi cinta. Meski aku juga pernah merasakan jatuh cinta pertama kalinya saat masih duduk di bangku SMP, namun entah mengapa kali ini rasanya amat berbeda.

Gelombangnya begitu kuat, sampai-sampai aku susah tidur akibat memikirkannya. Akan tetapi, aku cukup tahu diri untuk tidak mengungkapkan padanya. Dengan tubuh super gendut yang kumiliki, gadis mana yang bersedia menerimaku. Andai pun mau, mungkin saat itu dia sedang dalam kondisi tidak sadarkan diri alias terhipnotis.

Yessi yang cantik, ceria, dan juga sangat ramah meskipun berasal dari keluarga kaya sungguh membuatku tergila-gila. Hatinya sangat baik dan tidak tegaan. Membunuh semut saja dia tidak tega, apalagi membunuh seekor kecoak. Yang kutahu dia akan melompat sambil menjerit-jerit ketakutan ketika bertemu dengan serangga menjijikkan tersebut, dan berakhir dengan kematian tragis si serangga akibat kupukul dengan buku tebal milikku.

Pesonanya selalu membayang di benakku siang dan malam. Cinta yang kupendam terlalu lama akhirnya menimbulkan banyak jerawat di wajahku. Entah ada kaitannya atau tidak, konon kata orang begitulah dampak kalau sedang jatuh cinta namun memilih untuk memendamnya sendirian.

Dampak yang lain adalah aku jadi semakin tidak percaya diri dengan kondisi fisikku. Sudahlah gendut, jerawatan pula, ah lebih baik memang seperti ini saja dulu hubungan kami. 

Hingga suatu hari, papa mengabarkan jika kami harus pindah ke Kalimantan guna membuka usaha barunya di sana. Mau tak mau, aku pun ikut pindah ke sana meskipun hatiku sangat sedih karena harus berpisah dengan Yessi.

Aku sengaja tidak memberi kabar padanya karena jujur saja aku tidak sanggup untuk mengucapkan kata perpisahan. Iya kalau responnya bagus dan ia sedih karena berpisah denganku. Kalau malah datar-datar saja bagaimana? Apa tidak membuatku semakin merasa sedih karena tidak dianggap? 

Maaf Yessi kalau aku pergi tidak bilang-bilang. Namun, jika suatu saat kita bertemu lagi, kupastikan saat itu aku sudah berubah menjadi insan yang lebih baik dari sekarang. Seekor ulat yang kamu takuti saja bisa berubah menjadi kupu-kupu yang indah setelah melalui banyak proses.

Itulah janjiku yang kutulis di sebuah buku pelajaran sekolah dan selalu kujadikan motivasi setiap hari.

Suatu hari, setelah melewati tahun demi tahun, aku dan keluargaku kembali ke kota kelahiran. Kota di mana aku dan Yessi pernah mengukir sebuah kenangan.

Entah sebuah kebetulan atau bukan, namun saat itu aku merasa terkejut sekaligus bahagia begitu menyadari bahwa kami berada di satu kampus yang sama. Namun sayangnya, Yessi sudah tidak mengenaliku lagi. Agaknya si ulat bulu itu memang telah menjelma menjadi kupu-kupu.

Aku telah berhasil memangkas habis bobot badanku yang sebelumnya 100kg lebih, kini menjadi ideal. Tubuhku yang dulunya gembrot, kini berubah atletis, kata orang. Itu semua berkat usaha kerasku selama ini yang tidak main-main. 

Aku sudah tidak culun lagi seperti dulu. Banyak wanita yang antri tertib berharap diajak kencan olehku. Namun tetap saja, hanya Yessi seorang yang selalu duduk manis di singgasana hatiku. 

Agaknya, karena perubahan yang signifikan itulah akhirnya membuat Yessi jadi lupa padaku. Lantas kuatur strategi guna kembali menemuinya dan mengungkapkan jati diriku yang sebenarnya. Akan tetapi, sebuah kabar yang kudengar secara langsung, membuatku urung melakukannya. 

Pernikahan Berselimut NodaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang