Banyak Hal Yang Mengejutkan

610 28 0
                                    

Ketika akan memasuki pekarangan rumah, tak sengaja kami pun berpapasan dengan mobil milik papi yang terlihat baru saja keluar dari pintu pagar.

Sontak, aku pun terkejut. Tumben? ada keperluan apa papi ke sini? 

"Mas, itu mobil Papi ya, kan?" Aku menunjuk mobil yang dikendarai oleh Pak Heru selaku ajudan papi tatkala melintasi mobil kami. Akan tetapi aku tak melihat keberadaan papi yang biasanya duduk di sebelahnya.

"Sepertinya iya," sahut Mas Wira singkat.

Hatiku bertanya-tanya seiring dengan berlalunya mobil berwarna hitam itu hingga hilang dari pandangan.

Sepertinya papi memang tidak ikut. Ah, mana mungkin juga papi mau ikut ke sini? memangnya aku terlalu istimewa, sampai-sampai papi rela datang ke sini demi mengunjungiku yang ia sebut sebagai anak nakal pencoreng nama baik keluarga? itu benar-benar mustahil. 

"Mas Wira dari mana aja, sih?" seru Priska sembari bergelayut manja di lengan Mas Wira, begitu kami turun dari mobil. 

Ya Tuhan, anak ini. Tidakkah dia melihat  bahwa ada aku di sini? seandainya aku tidak ada di sini pun ia tak pantas melakukannya, mengingat statusku yang merupakan istri dari Mas Wira.

Aku sempat melirik Mas Wira sekilas. Ia terlihat kikuk dan serba salah. Tak ingin berlama-lama, aku pun memilih masuk terlebih dahulu ke dalam rumah.

"Yessi sudah pulang kalian, Nak?" Mama tersenyum ramah menyapaku. Dahiku lantas mengernyit melihat perubahan sikapnya yang sangat tiba-tiba itu. Jangan-jangan ini hanya sekadar sandiwaranya akibat meniru kisah di serial India yang kerap ditontonnya setiap hari.

Mama lantas berjalan mendekatiku. Sementara aku masih terdiam di tempatku berdiri. Antara bingung tetapi juga penasaran ingin melihat lebih jauh apakah perubahan sikapnya ini benar-benar tulus ataukah hanya pura-pura saja.

Belum hilang rasa bingungku, tangan mama kemudian mengusap kepalaku dengan penuh rasa sayang. Aku semakin terkejut dibuatnya. Apakah setelah ini rambutku akan dijambak seperti sebelum-sebelumnya? 

"Yessi ... kenapa diam saja, Nak? kamu pasti capek kan habis jalan-jalan? Ya udah, sana kamu istirahat dulu di kamar," ujarnya dengan suara lemah lembut penuh senyuman.

"I-iya, Ma. Yessi ke atas dulu, ya?" sahutku bergegas meninggalkannya naik ke lantai atas.

Sungguh aneh mertuaku. Secepat itu dia berubah? Rasanya benar-benar seperti bukan mama. Aku sampai harus menoleh ke belakang lagi demi memastikan jika kakinya memang benar-benar menapak di lantai.  

Bukannya senang, aku justru takut dengan perubahan sikapnya yang mendadak baik terhadapku. 

Siapa tahu jika yang  tadi itu ternyata jin yang menyaru sebagai mertuaku. Namun melihat kakinya yang menapak di lantai, aku mendadak lega karena artinya itu benar-benar mertuaku.

Atau memang mertuaku sedang mengalami gangguan otak, ya? ah, tak tahulah. Semoga saja  beliau memang sudah benar-benar berubah.

Di samping itu, aku juga masih terus kepikiran dengan kedatangan Pak Heru ke rumah ini. Ada keperluan apa ya, kira-kira? Wah, sungguh banyak kejutan hari ini. Kedatangan Pak Heru, dan juga perubahan sikap mama yang spontan itu nyatanya mampu membuat benakku terus diliputi tanda tanya.

Aku bergegas membuka kemeja serta celana panjangku. Dan hanya menyisakan tanktop beserta celana pendek legging sebatas paha yang biasa kugunakan sebagai dalaman.  

Setelah itu, aku kemudian berjalan menuju lemari guna mencari baju ganti. Pilihanku jatuh pada dress rumahan berwarna biru dongker. Selain karena modelnya simpel, aku juga tetap bisa tampil modis meskipun hanya dibawa 'nginem' di rumah.

Pernikahan Berselimut NodaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang