"Oh, mantan pacar, ya?" sahutku setelah sempat termangu beberapa detik.
Setelahnya, aku membantu Bik Inah menyiapkan bahan-bahan untuk diolah menjadi menu makan siang.
"Nggak usah, Non. Biar bibik aja. Non duduk aja liatin bibik sambil kita ngobrol-ngobrol," tolak Bik Inah.
"Nggak apa-apa, Bik. Justru sambil ngobrol, tangan juga harus bekerja," sahutku sembari menyiangi sayur bayam.
"Bik ...!" panggilku lagi.
"Ya, Non."
"Memangnya mantan pacarnya Mas Wira sering main ke sini, ya?" tanyaku akhirnya, tatkala rasa penasaran tidak bisa kutahan lagi.
"Dulu sering sih, Non. Cuma semenjak Non Priska kuliah di luar negeri, ke sininya ya cuma pas libur doang," sahut Bik Inah sembari mengupas bawang merah.
Oh, kuliah di luar negeri?
Aku manggut-manggut seraya mengusap kedua mataku yang perih akibat terkena hawa bawang merah yang sedang dikupas oleh Bik Inah.
Beliau yang mengupas, mataku yang perih.
"Nggak usah nangis, Non. Non Priska kan cuma masa lalu. Kalau Non Yessi kan masa sekarang dan masa depannya Mas Wira," ucap Bik Inah terdengar puitis.
"Yee bibik mah ... mata saya pedih kena bawang yang lagi dikupas sama Bik Inah. Bukan lagi nangis," protesku.
"Oh, kirain Non lagi nangis sedih karena saya cerita gitu." Bibik tertawa. Sementara aku hanya pura-pura cemberut.
Tapi, memang benar sih, tiba-tiba saja sudut hatiku terasa berdenyut nyeri begitu mendengar kenyataan itu. Kenyataan yang manis bagi mereka namun pahit bagiku.
"Non ... tapi bibik sebel kalau Non Priska tinggal di sini. Dia bawel, tukang ngatur," bisik Bik Inah.
"Memangnya Priska tinggalnya di sini, Bik?" tanyaku merasa heran.
Bik Inah mengangguk.
"Biasanya sih gitu, Non. Kalau pulang dari Luar Negeri pasti nginepnya di sini. Soalnya Non Priska udah dianggap anak sama Nyonya Mak Lampir. Kabarnya mamanya Non Priska sama Nyonya itu temen deket," sahutnya sembari menempelkan kedua jari telunjuknya. Seolah memberi isyarat betapa dekatnya hubungan mereka.
"Memangnya orang tua Priska tinggal di mana, Bik?" tanyaku kemudian. Heran saja, kenapa tidak pulang ke rumah orang tua kandungnya? Malah lebih memilih pulang ke rumah orang lain yang bukan siapa-siapanya. Memangnya tidak rindu dengan keluarganya sebab lama tidak berjumpa?
"Orang tuanya tinggal di luar negeri juga, Non. Non Priska datang ke sini ya memang khusus mau liburan di sini."
Oh. Aku manggut-manggut lagi. Aku sudah salah sangka rupanya.
Ternyata memang sudah sedekat itu. Tapi di lain sisi aku juga penasaran kenapa mereka tidak menikah. Padahal jika mendengar cerita dari Bik Inah, hubungan kedua keluarga itu sudah sangat dekat satu sama lain.
"Kenapa mereka tidak menikah, Bik?" tanyaku akhirnya.
"Kalau itu bibik nggak tau, Non." Bik Inah angkat bahu.
Setelah gosip kecil-kecilan itu berakhir, kami pun kembali menyibukkan diri pada tugas masing-masing.
Tiba-tiba saja, terdengar suara sedikit heboh memasuki dapur. Aku dan Bik Inah refleks menoleh ke asal suara tersebut.
"Kamu pasti capek, kan? duduk di sini dulu. Mama udah pesen dessert buat kamu," ucap mama sembari menarik kursi untuk seorang gadis yang baru saja datang bersamanya. Kutebak jika itu adalah Priska. Cantik, berkulit putih mulus, tinggi semampai, dan juga berpenampilan modern. Mantan kekasih Mas Wira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Berselimut Noda
RomanceYessi harusnya menyadari jika Wira menikahinya hanya karena ingin menutupi aibnya saja. Adalah Yessi Ananda, seorang gadis cantik, baik hati serta ceria. Suatu hari ia menemukan jika dirinya tengah mengandung seorang janin. Menjadikan ayahnya yang...