Bab 25 Gaga dan Kue ulang tahun

116 51 220
                                    

Hallo,,, selamat malam eperibadi...🤗

Hari ini sehatt???😇

Ya udahlah gak usah panjang x lebar😂

Mari kita baca cerita ini dengan hati berbunga-bunga🍇🍈🍉🍊🍋🍌🥭🥝🫐🍓🍒🍑🍏

Siapkan jantung kalian dan jangan baperr🥳🥳🥳

~HAPPY READING~

Livia dan Stella berjalan beriringan sembari menuntun sepedanya masing-masing. Kedua gadis itu sedang berada di kawasan taman kota untuk berolahraga. Pagi ini mereka janjian bertemu karena nanti siang Livia sudah harus kembali ke Jakarta. Livia sungguh kesal, jatah liburnya jadi berkurang satu hari gara-gara Bastian memintanya untuk kembali ke apotek sebagai imbalan telah menjadi pacar pura-puranya semalam.

Sejak tadi Livia mengembusakan napasnya gusar tiap kali menjawab pertanyaan dari Stella. Sebetulnya, kejadian tadi malam sudah ia ceritakan kepada sahabatnya tanpa ada yang terlewat sedikitpun.

"Kalo menurut pengamatan gue, kayaknya Bastian beneran naksir deh sama lo." celetuk Stella menarik kesimpulan.

Livia menggelengkan kepalanya kuat. "Nggak mungkin! Dia udah punya tunangan La!"

"Ya emang kalo udah punya tunangan gak bisa suka sama cewek lain? Yang nikah aja banyak yang cerai gara-gara selingkuh. Apalagi cuma baru tunangan." Lagi-lagi pernyataan Stella kembali menyentil dadanya membuatnya sesak. Bukan tenang, tambah pusing iya.

"Udahlah, aku mau beli cilok dulu. Kamu mau apa enggak?" ujar Livia lelah. Ia tidak ingin berdebat lagi dengan Stella perkara Bastian dan sikapnya. Ujung-ujungnya nanti Stella akan bilang kalau Bosnya itu memang menyukainya. Ia hanya tidak ingin salah paham dengan tingkah Bastian yang suka berubah. Apalagi dirinya seorang perempuan yang punya hati setipis tisu dan mudah terbawa perasaan.

Selesai membeli cilok, Livia berjalan menghampiri Stella yang sudah duduk di kursi taman di bawah pohon beringin. Di samping Stella juga ada 2 cup es boba ukuran jumbo dan rujak buah yang baru saja Stella beli dari penjual makanan yang baru buka. Seperti biasa, usai olahraga mereka akan jajan sepusanya. Mengisi lagi tenaga yang terkuras dari efek kecapean dan keringat yang bercucururan. Jangan heran, karena mereka memang tidak berniat ingin berolahraga tapi sekadar cuci mata dan cari perhatian cowok tampan.

"Liv, lo sendiri sebenarnya suka nggak sih sama Bastian?" tanya Stella memasang wajah serius sebelum menyeruput es boba miliknya.

Livia merasa beruntung karena belum memasukkan cilok atau boba ke dalam mulutnya. Ia bisa saja tersedak gara-gara pertanyaan Stella yang masih penasaran dengan perasaanya. Gadis itu segera memalingkan wajahnya menatap Stella dengan tatapan tajam. "Enggak!" pekiknya.

"Jujur, gue masih kepikiran Revan, La. Dia pasti benci banget sama gue sekarang." lanjut Livia merasa kecewa. Ia sedikit menyesal telah membohongi Revan.

Stella yang mengetahui perubahan raut Livia enggan meneruskan rasa keponya perihal Bastian. Sepertinya, apa yang ada di pikirannya salah. Livia memang tidak menaruh rasa terhadap Bosnya. Padahal jelas-jelas dari semua cerita yang gadis itu beberkan, Bastian sedang berusaha menarik perhatian Livia. Kenapa temannya ini tidak peka sekali?

"Ya bagus dong kalo Revan benci sama lo. Berarti usaha lo buat jauhi dia berhasil." sahut Stella malas. Topik pembahasannya menyimpang dari hal yang masih ingin ia ulik. Ia lebih suka membahas hubungan cewek itu dengan Bastian ketimbang Revan.

"Bukan gitu La, masalahnya Revan pasti jadi mikir yang aneh-aneh tentang aku."

"Udah sih, biarin aja. Ngapain juga lo mikirin Revan. Mending mikirin cita-cita lo yang udah ada di depan mata." ujar Stella tak ingin melihat kesedihan di wajah sahabatnya.

365 Days (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang