Happy Reading❤️
Aldafi datang dengan membawa bungkusan berwarna putih berisi beberapa minuman dan juga plester.
Raut wajah Dito seketika berubah menjadi seperti biasanya. Dia cengengesan saat melihat kakaknya menyodorkan plester ke arahnya.
"Pakek!" Suruh Aldafi.
"Pakein dong kak, gue mana bisa lihat," ujar Dito manja. Ia menatap Aldafi dengan wajah memelasnya.
"Najis banget, pakek sendiri!" Ujar Aldafi yang merasa geli melihat tingkah laku adik ajaibnya itu.
Dengan raut wajah kecewa, akhirnya Dito memakai plester itu sendiri dengan bermodalkan feeling. Merasakan bagian wajah mana yang berdenyut disko.
Aldafi beralih melihat ke arah Daizy yang hanya terdiam sejak kedatangannya tadi.
"Kamu kenapa?" Tanya Aldafi sambil menatap Daizy dengan lembut.
"Ah, enggak papa kok," Daizy memberikan senyum tipis ke arah Aldafi.
"Oh iya, aku mau bilang sesuatu ke kamu," tiba-tiba Daizy teringat tujuan awal ia mengajak Aldafi makan di luar.
"Apa?"
Daizy mengambil sesuatu di dalam saku celananya. Lalu, ia memperlihatkannya kepada Aldafi. Dito jadi ikut penasaran juga.
"Apaan tuh?" Tanya Dito.
"Ini kertas yang ditemuin di dalam mulut Dimas waktu dia meninggal," ujar Daizy. Ia menunjukkan selembar kertas yang sudah dilapisi plastik transparan itu.
"Apa, Dimas udah mati?!" Teriak Dito histeris.
Kini, mereka menjadi pusat perhatian karena teriakan Dito. Aldafi memberikan tatapan tajam ke arahnya, seketika Dito langsung kembali kalem.
"Jangan teriak-teriak, kalau ada yang salah paham, gimana?" Kesal Daizy.
"Maaf-maaf," ujar Dito.
Aldafi mengambil kertas yang ada di tangan Daizy. Ia membaca tulisan yang ada di kertas itu.
"Ini maksudnya apa?" Tanya Aldafi yang tidak mengerti maksud dari 3 kata itu.
Dito mengambilnya dan ikut membaca isinya.
"Yang aku bisa tangkap, Sukma Jaya itu adalah nama sekolah dasarku dulu dan Dimas adalah orang yang pertama kali mengajak aku berkenalan di sekolah itu," ujar Daizy, dadanya kembali terasa sesak.
"Jadi, dulu si pelaku juga bersekolah di sana?" Tanya Dito yang mulai mengerti akan korelasi ketiga kata yang ada di kertas itu.
"Aku rasa juga begitu," jawab Daizy.
Aldafi merasa tidak asing dengan nama sekolah itu. Tapi, ia tidak ingat pernah benar-benar mendengarnya atau hanya mendengar nama yang hampir sama dengan itu.
Mereka bertiga termenung, sibuk dengan pemikiran masing-masing.
🍁🍁🍁
Daizy berjalan terlebih dahulu, mendahului dua laki-laki yang sekarang berjalan pelan di belakangnya.
Daizy teringat bagaimana tajamnya tatapan Dito kepadanya. Tidak pernah sekali pun Daizy melihat raut wajah serius Dito seperti itu, kecuali pada malam ini.
"Kayaknya Kak Regan itu baik walau aku emang enggak yakin sih sama Si Anya itu," batin Daizy.
Dito melirik ke arah Aldafi yang ada sebelahnya, ia sedang mendorong motor Dito karena Dito memutuskan untuk ikut jalan kaki bersama Aldafi dan Daizy.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Neighbor 2
RomanceBaca Season 1 dulu, baru yang kedua. Karena ceritanya nyambung, oki doki.. Daizy dan Aldafi sudah mencapai hubungan yang baru, hubungan yang sama-sama pertama kali mereka jalani. Namun, masih ada banyak teka-teki yang belum terpecahkan menghantui ke...