Bab 22-Diary Rika

137 21 0
                                    

Happy Reading❤
.
.
.
.
.

Rey segera memperlihatkan tangkapan layar yang sudah ia perjelas ke Daizy. Ruri dan Okan yang ikut penasaran langsung mendekatkan diri ke arah Daizy.

"Ini beneran Kak Rika?" Tanya Ruri sambil memicingkan matanya berusaha untuk memperjelas penglihatannya yang jelas-jelas tidak ada bedanya karena memang foto itu yang buram.

"Hmmm, kayaknya sih iya. Menurut lo gimana Zy, kan dibanding kita bertiga yang paling sering ketemu Rika, elo?" Tanya Okan dan semua perhatian beralih ke Daizy.

Daizy terdiam sambil terus melihat ke arah foto itu. Daizy menarik nafasnya dalam-dalam sebelum mengeluarkan suara.

"Ya, dia Kak Rika."

🍁🍁🍁

Daizy berjalan dengan lunglai di trotoar sambil menundukkan kepalanya melihat sepatu berwarna putih yang ia kenakan. Sepatu itu Galang beli saat ia bertugas ke luar kota tahun lalu.

Ada setitik noda di ujung sepatu itu, tapi bukan hal itu yang mengganggu pikiran Daizy.

Daizy merasa terpukul karena memikirkan tentang kemungkinan jika semua perlakuan baik Rika kepada dirinya dulu itu palsu.

"Apa Kak Rika sengaja nyusun rencana buat nyelakain aku?" Batin Daizy.

"Tapi kenapa?"

"Untuk apa?"

Daizy mendudukkan dirinya di halte bis yang sepi karena biasanya di jam-jam seperti ini tidak ada bis yang lewat.

Ia menyenderkan tubuhnya yang terasa sangat lelah. Memejamkan mata berusaha untuk mengistirahatkan dirinya k sejenak dari semua persoalan rumit ini.

"Alasan, aku harus nyari tahu alasannya apa."

Bukannya istirahat, pikiran Daizy malah bekerja dua kali lipat saat ia memejamkan matanya. Tiba-tiba hal-hal yang ia lupakan saat membuka mata, datang begitu saja.

"Diary! Iya, aku kan dikasih Diarynya Kak Rika sama Anya!"

Daizy menyentakkan tubuhnya dan segera membuka mata. Ia segera menggeledah tasnya sendiri, mencari buku diary Rika yang selalu berada di dalam tasnya. Selain karena takut hilang, Daizy juga takut jika ibunya membaca buku diary itu.

"Huft, gimana aku bisa lupa sama diary ini?" Batin Daizy, ia menepuk keningnya sendiri.

Sebelum membukanya, Daizy merasa sungkan untuk membaca privasi orang lain. Ia bimbang.

"Apa aku boleh baca diary ini?"

Daizy merenung sejenak, sebelum memantapkan hatinya. Ia menarik nafasnya dalam-dalam, lalu mengembuskannya dengan kuat, "Ijin liat ya, kak."

Daizy segera membuka buku diary yang sudah berada di tangannya itu dan matanya langsung disambut dengan tulisan berantakan khas anak-anak.

"Rika Serilya Betari, kelas 3 SD Sukma Jaya," ujar Daizy membaca tulisan di halaman depan itu. Perkenalan khas anak-anak.

Daizy kembali membuka lembaran kertas berwarna putih yang sudah kekuningan itu ke halaman berikutnya.

My Cold Neighbor 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang