Bab 16-Diary

173 30 1
                                    

Happy Reading❤️
.
.
.
.
.

Daizy turun dari jok motor Galang, lalu melepaskan helm yang ia kenakan. Galang merapikan beberapa helai rambut Daizy yang berantakan.

Daizy melirik ke arah Aldafi yang juga baru saja datang. Sejak berangkat dari rumahnya tadi, Aldafi terus mengikuti Daizy dari belakang, agak jauh agar Galang tidak curiga.

Aldafi pun turun dari motornya. Ia bertingkah seolah-olah tidak peduli dengan keberadaan Daizy dan Galang. Namun, saat ia berjalan melewati mereka, ucapan Galang membuatnya menghentikan langkahnya.

"Lain kali enggak usah ngikutin, kayak begal aja lo," sindir Galang.

Aldafi pun menoleh ke arah Galang dengan tatapan tajamnya. Daizy yang yang melihat hal itu langsung panik.

"Kak, jangan gitu. Tujuan kita kan sama, jadi wajar kalau Dafi lewat di jalan yang sama," ujar Daizy.

"Kamu bela dia?" Tanya Galang sensi.

"Enggak gitu. Udah ah, Daizy mau masuk aja, kakak hati-hati di jalan ya."

Daizy melambaikan tangannya sambil berjalan mundur. Saat posisinya dekat dengan Aldafi, ia berusaha untuk mendorong-dorong tubuh Aldafi agar ia pergi berjalan masuk juga.

Saat tubuh Galang sudah tidak terlihat, Daizy mendekat ke arah Aldafi.

"Kamu marah ya? Jangan dengerin kata-kata Kak Galang," ujar Daizy sedih.

Aldafi menghentikan langkahnya, ia menoleh ke arah Daizy.

"Iya, dia ngatain aku begal."

"Kan emang bener."

"Kamu juga ngatain aku begal?"

"Iya, begal hati aku."

Aldafi langsung mengalihkan pandangannya dari Daizy. Ia salting.

Daizy tersenyum senang melihat Aldafi yang salah tingkah. Ia pun jadi salah tingkah karena gombalannya sendiri.

"Nanti pulang bareng aku," ujar Aldafi tiba-tiba.

"Hmm, maaf. Tapi aku ada janji," ujar Daizy.

"Sama siapa?"

Daizy bingung harus mengatakan apa. Ia tidak ingin berbohong, namun di sisi lain Daizy tidak bisa berkata jujur jika ia ada janji dengan Anya.

"Itu..."

"Ada yang kamu sembunyiin dari aku?" Aldafi yang melihat gerak-gerik Daizy yang tidak seperti biasanya pun merasa sedikit curiga. "Ada hubungannya sama Anya lagi?"

"K-kok?" Daizy tampak tidak percaya karena Aldafi seperti bisa membaca pikirannya, "Kok, kamu bisa tahu?"

"Kamu selalu seperti ini saat ada yang disembunyiin dari aku. Semenjak Anya dateng, kamu sering nyembunyiin sesuatu dari aku dan dia selalu menjadi alasannya," dada Aldafi memanas karena amarah. Ia memalingkan wajahnya dari Daizy.

"Maaf," ujar Daizy pelan, "Dia bilang mau ngomong sesuatu tentang kasusku sama Dimas."

"Aku ikut!" Ujar Aldafi tanpa mengalihkan pandangannya yang nyalang lurus ke depan.

My Cold Neighbor 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang