Bab 23-Berubah?

121 16 11
                                    

Happy Reading❤️
.
.
.
.
.

Langit yang entah sejak kapan mendung dan udara dingin yang seperti menusuk kulit Daizy, seakan mendukungnya untuk kembali mengingat kejadian demi kejadian buruk yang ia alami.

Tangan Daizy gemetar sampai buku diary yang ia pegang ikut terguncang.

Dengan rasa terkejut yang masih menyelimutinya, ia celingukan ke kanan, lalu ke kiri dan baru sadar jika ia sendirian berada di area ini.

Daizy segera memasukkan buku diary itu ke dalam tasnya, lalu mengambil ponsel yang ia letakkan di saku baju yang ia kenakan.

Baru saja Daizy ingin menelepon Aldafi, tiba-tiba notifikasi pesan darinya muncul.

My Sugar Muffin
Kamu pulang sama Kak Galang
kan?                                           15.30

Aku masih kerja kelompok.    15.30

Daizy Inara
Di mana?     15.31

My Sugar Muffin
Di Kafe Bintang.    15.31

Daizy merasa sedikit bingung karena tidak biasanya para mahasiswa-mahasiswa dari kampusnya melakukan kerja kelompok di Kafe Bintang.

Bukan karena apa, tapi jarak Kafe Bintang dengan UNBA yang terbilang cukup jauh. Biasanya para mahasiswa lebih memilih untuk kerja kelompok di Kafe Kenanga yang lebih dekat dengan kampus.

"Tapi ada juga yang kerja kelompok ke sana sih. Kali aja di Kafe Kenanga lagi banyak pengunjung," pikir Daizy mencoba untuk berpikir positif.

"Tadi Kak Galang bilang enggak bisa jemput, apa aku samperin Aldafi dulu ya?"

Daizy berpikir sejenak.

"Tapi, nanti aku ganggu kerja kelompok dia," Daizy mengembuskan nafasnya dengan lesu, "Kangen...."

Tiba-tiba, rasa rindu ingin melihat Aldafi muncul. Setelah mengetahui beberapa fakta tentang Rika membuat Daizy lelah, ia hanya ingin melihat Aldafi. Melihat wajah laki-laki yang sudah seperti memberikan energi tambahan untuknya.

"Aku liat dari jauh aja deh, setelah itu pulang," gumam Daizy. Ia menganggukkan kepalanya setuju dengan usulannya sendiri.

🍁🍁🍁

Daizy memilih naik bus untuk pergi ke Kafe
Bintang. Sembari menyandarkan tubuhnya yang terasa sangat lelah dan letih, Daizy melihat ke arah luar jendela bus. Jalanan ramai seperti biasanya.

Daizy turun di halte bus yang berada tepat di depan Kafe Bintang. Saat bus itu telah pergi dari hadapannya, Daizy berniat untuk menyebrang namun terhenti saat melihat Aldafi dari kejauhan.

Senyum Daizy langsung merekah sampai kedua matanya menyipit, ikut tersenyum juga. Namun, senyum itu tidak bertahan lama saat ia melihat siapa lawan bicaranya.

Bisa Daizy lihat dengan jelas siapa orangnya, dia adalah Anya.

Daizy mengerutkan keningnya, tergambar dengan jelas di raut wajahnya jika ia tidak suka.

"Ngapain Anya di situ?" Gumam Daizy. Tangannya mencengkeram dengan erat tali tasnya.

Dada Daizy terasa panas, ia tidak terbiasa melihat Daizy dan Aldafi bersama. Apalagi mereka bertemu di belakangnya. Daizy merasa dibohongi.

My Cold Neighbor 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang