Bab 18-Green Flag

164 28 1
                                    

Happy Reading❤️
.
.
.
.
.

Daizy memalingkan wajahnya saat sadar ia tengah meneteskan air mata. Daizy langsung menghapus air mata itu dengan cepat.

"A-ah, maaf om, saya jadi menangis," ujar Daizy, ia merasa malu.

"Tidak apa-apa, kamu tidak perlu sungkan ke saya," jawab Marco.

Daizy hanya tersenyum.

"Oh iya, kenapa dulu om melakukan itu?" Tanya Daizy, ia masih belum mendapatkan jawaban dari pertanyaan itu.

"Aaah, saat itu saya melihat kamu dibully dan sepertinya kamu sempat kehilangan kendali, benar?"

Daizy sedikit gugup mendengarnya. Ia khawatir Marco akan mengira jika Daizy adalah anak yang kasar seperti orang tua teman-temannya yang menjauhinya dulu. Daizy tidak ingin berada di situasi seperti itu lagi.

Daizy memang bisa hilang kendali jika ia sudah tidak bisa menahan amarahnya dan saat ia sedang berada dalam situasi yang membahayakan. Tapi, Daizy belajar untuk bisa mengontrolnya.

Marco tersenyum dengan hangat, "Tenang saja nak Daizy, saya tidak akan menganggap anak sebaik kamu, anak yang kasar," ucap Marco yang seperti tahu apa isi hati Daizy.

Daizy menatap Marco dengan mata yang berkaca-kaca. Rasanya hatinya menghangat.

"Terima kasih," cicit Daizy tanpa suara.

"Saya seperti melihat diri saya sendiri saat melihat kamu. Maka dari itu, saya mencoba untuk menenangkan kamu," ujar Marco menjelaskan, "Lalu, saya tahu jika kamu adalah keponakan Reno, jadi saya terus menemui kamu di sekolah."

Daizy memeluk dengan erat boneka hijau muda yang ada di dalam pelukannya itu. Ia tidak menyangka jika ada orang yang bisa mengerti dirinya, selain orang-orang terdekatnya.

Tring

Tring

Daizy melihat ke sumber suara, yaitu handphonenya yang sekarang sedang menampilkan nama 'My Sugar Muffin' di layar handphonenya.

"Maaf, saya terima telepon dulu," pamit Daizy yang diangguki oleh Marco sebagai persetujuan.

"Halo Dafi, kamu udah sampai?" Tanya Daizy setelah menerima teleponnya.

"Iya, aku ada di depan toko baju yang ada di samping Kafe Kenanga," jawab Aldafi di seberang sana.

"Oh ya udah, tunggu ya. Bentar lagi aku kel-...."

Ucapan Daizy terhenti saat dengan samar-samar ia mendengar ada seseorang yang sedang berbicara di dekat Aldafi. Suaranya masuk ke dalam panggilan mereka.

"Itu laki-laki yang dulu mau ngeracunin Anya, anak polisi itu kan?"

"Iya, kok dia berani ya dateng ke sini?"

"Bukannya dia udah diusir?"

"Nah, mangkanya. Enggak tahu malu banget!"

Daizy mengeratkan pegangannya pada handphone yang masih bertengger di telinganya.

"Daizy, Daizy kamu masih di situ kan?" Tanya Aldafi yang bingung kenapa Daizy tiba-tiba diam. Yang terdengar hanya suara deru nafasnya saja.

My Cold Neighbor 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang