Bab 35-Mimpi?

111 11 1
                                    

Sebelum lanjut ke ceritanya aku mau tanya. Gimana kejutannya kemarin?

Ada yang bilang prank. Hmmm, apa bener itu prank?

Buat mastiin, baca bab ini ya..... 😊🤙

Happy Reading🤎
.
.
.
.
.

"Hahhhh, hahhh, hahhh," suara nafas yang memburu mengisi ke setiap penjuru ruangan.

Laki-laki yang baru saja bangun tidur dengan cucuran keringat yang membasahi kening dan juga kaos bagian atasnya melihat ke sekeliling ruangan dengan panik.

"Mimpi, apa itu cuma mimpi?" Batin laki-laki itu.

Laki-laki itu adalah Aldafi, ia baru saja bangun dari mimpi terburuknya selama hidup.

Cklek

Suara knop dan deritan pintu yang perlahan terbuka menyita perhatian Aldafi. Di ujung sana ada Dito yang menyembulkan kepalanya sebelum ia memasukkan seluruh tubuh itu ke dalam kamar Aldafi.

"Udah bangun, kak?" Tanya Dito sambil menghampiri Aldafi yang masih memasang wajah panik.

"Dito?" Mata dan juga mulut Aldafi terbuka sempurna melihat adik yang seharusnya masih berkemah, sekarang berada di hadapannya.

Hal ini jelas membuat asumsi Aldafi yang mengatakan semua yang telah terjadi adalah mimpi dan hubungannya dengan Daizy yang telah putus pun hanya mimpi.

"Dito!" Panggil Aldafi lagi. Namun, kali ini ia langsung memeluk dengan erat adiknya itu. Senyum lebar segera terbit dari bibirnya yang kering. Sedangkan yang dipeluk mengerutkan keningnya bingung hingga menimbulkan kerutan dalam di celah alisnya.

"Lo kenapa kak, sehat?" Tanya Dito balik. Tidak seperti biasa, Aldafi tiba-tiba memeluknya. Setelah pindah ke rumah baru ini, hampir tidak pernah Aldafi melakukan hal manis seperti ini kepadanya.

Namun, Dito cukup menikmati pelukan yang bisa dibilang hanya sekejap itu, karena selanjutnya Aldafi sudah pergi entah ke mana.

Aldafi berlari dengan sekuat tenaganya yang tersisa karena entah kenapa rasanya tubuh jangkung itu terasa lelah. Mungkin efek mimpi buruk yang kelewat buruk itu.

Ting tung

Ting tung

Aldafi memencet bel rumah Daizy beberapa kali, tidak sabar melihat wajah orang yang sangat hatinya harapkan untuk dilihat pagi ini.

Pintu bercat putih itu pun segera terbuka dan dengan penuh semangat yang membara ia menanti si pembuka pintu. Namun, semangatnya langsung menurun saat melihat ternyata ibu Daizy yang membukakan pintu.

"Ada apa ya nak Dafi?" Tanya Ika, Ibu Daizy.

"Daizynya ada, tante?"

"Oh," Ika menjeda ucapannya, "Daizy sudah berangkat ke kampus."

"Oh iya, saya permisi dulu ya, tan. Lupa kalau hari ini ada kelas," Aldafi segera pergi setelah berpamitan.

Ia segera masuk ke dalam kamarnya dan bergegas untuk mandi. Aldafi bersiap untuk pergi ke kampus secepat mungkin, tidak sabar menemui sang kekasih hati yang hampir menghilang dari genggaman.

My Cold Neighbor 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang