Bab 14-Firasat Dito

188 28 3
                                    

Happy Reading❤️
.
.
.

Aldafi mengembuskan nafasnya dengan lemah. Ia menggenggam tangan Daizy dengan kedua tangannya.

"Aku ragu apa aku bisa maafin dia sekarang atau enggak," Aldafi memberikan jeda pada ucapannya.

"Kamu emang bener, selama ini aku juga yang menderita setiap kali inget kejadian itu. Tapi, rasanya aku belum bisa nerima semuanya," lanjut Aldafi.

Daizy merengkuh pundak Aldafi deng satu tangannya yang terbebas. Ia membawa Aldafi ke dalam pelukannya.

"Setiap kamu merasa kesulitan, bilang aja. Aku akan selalu dengerin kamu," ujar Daizy yang membuta hati Aldafi menghangat.

Mata Aldafi memanas. Ia mendekap Daizy dan menangis dalam pelukannya.

🍁🍁🍁

"Jadi, sekarang kamu udah akrab sama Kak Dafi?" Tanya Anya dengan antusias membuat Sari yang bercerita pun menjadi semangat.

Seperti yang mereka sepakati, jika Sari ingin mendengar masa kecil Dito, maka ia harus bercerita tentang Dito ketika mereka sudah pindah ke lingkungan itu dan pastinya ceritanya tidak lepas dari Aldafi juga.

"Iya, tapi kalau sama Kak Dafi aku masih suka canggung soalnya dia kayak masih dingin gitu ke orang lain," jawab Sari dengan cengirannya.

"Wah, aku jadi iri. Aku juga pengen bisa akrab sama kalian juga," ucap Anya.

"Kamu sering-sering aja ke sini. Nanti bakalan akrab juga kok," sahut Sari. Ia melihat Anya yang sedang memegangi lehernya, tampak kesusahan menelan salivanya.

"Kamu kenapa?" Tanya Sari.

"Saking asyiknya cerita sampai tenggorokan aku kering banget nih. Aku pengen minum tapi di sana ada Dito. Aku masih takut mau deket-deket dia," Anya melihat ke arah kotak berisi minuman dingin yang ada di samping Dito, lalu beralih melihat ke arah Dito dengan wajah ketakutannya.

Sari yang merasa kasihan kepada Anya pun akhirnya berinisiatif, "Ya udah biar aku yang ambilin ya?"

"Beneran, iiiiihh makasih. Kamu baik banget deh, pasti orang yang kamu suka beruntung bisa disukai orang sebaik kamu," puji Anya yang membuat Sari merona.

"Seandainya begitu," batin Sari, ia menatap ke arah Dito dengan sendu. Sedetik kemudian, Sari mengubah ekspresi wajahnya kembali ceria agar Anya tidak curiga.

"Haha, kamu bisa aja. Ya udah aku ke sana dulu ya, ambil minuman. Kamu enggak papa ditinggal sendiri?"

"Enggak papa."

"Mau diambilin minuman apa?"

"Terserah kamu aja yang penting dingin."

"Oke," Sari pun beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah Dito atau lebih tepatnya ke kotak berisi minuman dingin yang ada di sebelah Dito.

Ketika Sari sudah sampai, ia langsung membuka kotak itu dan hawa dingin langsung menyapa kulitnya.

Diam-diam, Sari mencuri pandang ke arah Dito yang seperti tidak peduli dengan kehadirannya. Dito hanya asyik menenggak minuman bersoda itu sambil memandangi bulan.

My Cold Neighbor 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang