Bab 3-Truth Or Dare

404 44 2
                                    

Happy Reading❤️
Semoga suka dengan ceritanya
.
.
.
.
.

"Oke."

Aldafi langsung mengiyakan usulan Daizy tanpa protes yang langsung dihadiahi senyuman manis oleh Daizy. Aldafi pun ikut tersenyum melihat senyuman itu.

Kini, Ruri dan Daizy beralih menatap ke arah Okan, mereka menunggu persetujuan Okan, yang Okan sendiri tahu meskipun ia menolak pasti Ruri akan memaksanya sehingga pada akhirnya ia akan tetap melakukannya juga.

"Iya in aja sih. Lo takut, ada yang lo tutupin dari pacar lo?" ujar Aldafi yang membuat Okan geram. Okan langsung menyetujuinya.

"Enggak, ayo kita main truth or dare!" ucap Okan lantang, "Tapi dengan satu syarat."

Okan tersenyum miring sambil melihat ke arah Aldafi.

"Apa?" tanya Ruri.

"Aldafi harus ngambil dare di permainan pertamanya dan gue yang akan ngasih dia dare. Gimana, berani?" Okan menatap Aldafi dengan tatapan meremehkan.

"Oke, emangnya gue itu lo, penakut!" ujar Aldafi langsung menyetujuinya tanpa banyak bertanya.

Karena sudah saling sepakat, Ruri pun mengambil botol air mineral di dalam tasnya yang air di dalam botol itu tersisa sedikit. Ia menaruh botolnya tepat di tengah-tengah meja.

"Siap ya?" tanya Ruri sebelum memutar botolnya.

"Tunggu," cegat Okan, "Kalau misalnya ada yang enggak bisa jawab pertanyaan atau ngelakuin tantangannya, hukumannya apa?"

Daizy dan Ruri baru sadar jika mereka belum menentukan hukumannya. Bukankah tidak menarik jika permainan tanpa adanya hukuman?

Daizy dan Ruri pun tampak berpikir sejenak sebelum Ruri mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.

"Makan wasabi aja," Ruri mengeluarkan satu botol kemasan wasabi berukuran sedang dari dalam tas ajaibnya.

"Kok kamu punya wasabi, kapan nyiapinnya?" tanya Daizy yang heran karena sepertinya banyak sekali benda yang ada di tas Ruri.

"Namanya juga tas ajaib. Ya udah yuk main!"

"Tunggu pembalasanku Daf," batin Okan tertawa jahat.

Botol pun diputar dengan cepat. Mereka berempat fokus menatap ke arah botol yang putarannya semakin lama semakin pelan itu.

Botol itu pun berhenti dan ia menunjuk Aldafi sebagai pemain pertama. Okan tampak sangat bahagia. Ia mengeluarkan tawa jahatnya.

Aldafi sempat membulatkan mata saking terkejutnya, namun ia segera mengatur ekspresinya menjadi datar. Seperti tidak terganggu akan hal tersebut.

"Ya udah enggak usah lama-lama, apa darenya?" tantang Aldafi.

"Oke," Okan tersenyum miring, "Lo jitak jidat Daizy."

"Apa?!"

Suara itu bukan berasal dari Aldafi, tapi Ruri yang merasa tidak terima. Ia mendelikkan matanya ke arah Okan dengan seram. Sedangkan Daizy, ia hanya diam saking speechlesnya.

"Lo mau gue pecat jadi pacar, hah?!" tanya Ruri garang.

"Tenang sayang, Si Dafi enggak bakalan ambil dare ini," jawab Okan dengan santai.

"Kata siapa, gue ambil!" ucap Aldafi mantap.

Brak

"Lo mau gue banting di sini, hah?!" Ruri hendak berdiri dari tempat duduknya, namun Daizy berhasil mencegahnya. Karena suara lantang Ruri, kini mereka menjadi pusat perhatian para pelanggan yang lain.

My Cold Neighbor 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang