Bab 32-Baikan

146 11 11
                                    

Happy Reading🤎
.
.
.
.
.
.

Mobil SUV hitam berkecepatan sedang yang sedang dikendarai Marco itu menembus jalanan kota yang tidak terlalu padat karena mereka berada di area pinggiran kota.

Gedung-gedung tinggi yang seperti ingin menggapai langit sudah tidak terlihat lagi di area ini. Pepohonan mulai mengisi di sisi kanan dan kiri jalan.

Daizy yang duduk di samping Marco mulai merasa gugup melihat peta yang ada di handphone Marco menunjukkan lokasi rumah Rika sudah tidak jauh lagi.

Rey, Okan dan Ruri duduk berurutan dengan diam. Keadaan hening setelah mereka masuk ke dalam mobil.

"Belok kiri," suara asisten google yang sedari tadi memecah keheningan di antara mereka.

Marco membelokkan mobilnya ke gang sempit. Semakin mobil itu masuk ke dalam, semakin menyempit gang itu dan terjal jalan yang mereka lewati.

Mobil hitam itu terpaksa Marco hentikan karena jalan yang ada di hadapan mereka tidak memungkinkan untuk bisa dimasuki oleh mobil SUV Marco. Sangat terlihat jelas jika jalan itu hanya bisa dilewati dengan berjalan kaki atau naik sepeda motor.

"Sepertinya dari sini kita harus jalan, masih 15 meter lagi untuk sampai ke rumahnya," ujar Marco yang langsung dijawab dengan serempak oleh ke-empat mahasiswa itu.

"Baik, om!"

Mereka berlima pun turun dan mulai menyusuri jalan setapak bebatuan itu dengan Marco yang memimpin jalan, lalu diikuti oleh Daizy, Ruri, Okan dan Rey.

Rey yang berada di paling belakang bisa melihat orang-orang yang ada di depannya. Ia sedikit mengernyitkan keningnya saat melihat Marco berjalan. Ia pun menepuk lengan Okan dan Okan langsung menolehkan kepalanya.

"Kenapa, lo enggak takut kan?" Tanya Okan heran karena Rey tidak mungkin takut berjalan di urutan paling belakang meskipun suasana di sini terlihat sedikit menyeramkan. Rey bukan orang yang penakut.

"Enggak lah," jawab Rey dengan tatapan sewotnya, "Om Marco kok mirip Daizy ya?"

"Maksud lo?"

Rey menarik Okan untuk sedikit menjauh dari barisan. Ia menyuruh Okan untuk melihat cara berjalan Marco dan Daizy yang terlihat mirip.

"Bukannya semua orang kalau jalan kayak gitu? Tuh lihat si Ruri juga jalannya mirip sama mereka," ujar Okan yang sama sekali tidak melihat kemiripan yang Rey katakan tadi.

Rey sedikit kesal, namun ia sadar jika Okan tidak akan bisa melihat cara jalan Daizy yang cukup unik di matanya. Cara jalan itu juga ia lihat di Marco.

Rey saja baru bisa melihatnya baru-baru ini setelah ia selalu memperhatikan Daizy dari jauh selama satu tahun belakangan. Butuh kecermatan untuk melihatnya dan Okan tidak akan bisa melihatnya karena ia tidak menyukai Daizy.

"Coba aja ada Dafi, dia pasti bisa lihat juga," batin Rey.

Setelah beberapa saat ia pun tersadar dengan apa yang baru saja ia pikirkan. Buru-buru ia membuang pikiran itu, "Ngapain gue mikir kayak gitu? Enggak banget!"

"Udah, ayo cepetan jalan lagi!" Rey mendorong Okan dengan tiba-tiba membuat Okan terlonjak kaget hampir tersungkur ke depan.

"Ni anak lagi pms kali ya?" Batin Okan yang langsung berlari mengejar yang lain.

My Cold Neighbor 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang