Bab 27-Penting

140 13 15
                                    

Happy Reading❤️
.
.
.
.
.

Angin kencang mengibar-kibarkan setengah rambut Daizy yang tidak tertutup helm.

Kondisi jalan yang sepi membuat Aldafi sedikit menaikkan kecepatan laju motornya. Jam tayang film yang sebentar lagi akan dimulai juga menjadi penyebabnya.

Sesampainya di tempat tujuan, Aldafi membukakan helm yang Daizy kenakan, lalu merapikan anak rambut Daizy yang sedikit awut-awutan.

"Yuk, masuk," ajak Aldafi. Ia menggenggam tangan Daizy sambil berjalan masuk ke dalam gedung bioskop.

Keadaan di dalam cukup ramai karena sekarang adalah hari minggu. Banyak pasangan seperti mereka yang berniat untuk menghabiskan weekend ini dengan menonton film.

Sebelum masuk, Aldafi membeli popcorn dan juga minuman sebagai teman mereka menonton nanti. Daizy duduk sambil melihat Aldafi yang sedang mengantre di tempat popcorn.

Ting

Handphone yang memang sengaja Aldafi taruh di sebelah Daizy bersama dengan jaketnya pun berbunyi.

Daizy melihat ke arah sumber suara saat layar handphone itu pun menyala, menampilkan pesan dari seseorang.

Anya
Kak, bisa tolong anterin aku enggak?

Maaf ganggu ya, tapi ini penting

Deg

Rasanya darah Daizy langsung naik ke otaknya dan berkumpul di sana. Ia mencengkeram celana jeansnya dengan erat.

"Apa-apaan ini?"

"Sejak kapan mereka jadi deket lagi?" Batin Daizy.

Daizy melihat ke arah Aldafi yang sedang berjalan ke arahnya sambil membawa satu wadah berisi popcorn berukuran besar di pelukannya dan juga dua minuman di kedua tangannya. Aldafi tersenyum.

"Kenapa dia enggak cerita apa-apa?" Batin Daizy, dadanya malah sesak melihat senyum itu.

"Yuk masuk," ajak Aldafi saat ia sudah sampai di hadapan Daizy. Daizy hanya diam karena terlalu banyak yang ingin ia tanyakan sampai Daizy tidak tahu mana yang harus ditanyakan lebih dulu.

Aldafi menangkap dari ekor matanya jika layar handphonenya menyala, ketika ia menoleh, baru layar handphone itu mati.

Aldafi menaruh popcorn dan dua minuman yang ia bawa, lalu mengecek siapa yang baru saja menghubunginya. Selama itu, Daizy hanya diam sambil melihat gerak-gerik Aldafi.

Daizy menunggu respon apa yang akan Aldafi berikan setelah membacanya.

"Daizy," panggil Aldafi yang belum mengalihkan pandangannya dari layar handphone. Wajah itu tampak datar seperti biasa.

"Hm?" Hanya gumaman yang bisa Daizy berikan.

Aldafi menoleh, lalu ia berjongkok di depan Daizy. Hati Daizy mulai was-was, ada rasa takut jika kejadian beberapa hari lalu terulang lagi.

"Jangan bilang Dafi mau ninggalin aku demi Anya?" Batin Daizy.

"Maaf ya, kayaknya aku enggak bisa nemenin kamu nonton sekarang."

Deg

Daizy menggigit bibir bagian dalamnya berusaha untuk menahan emosi yang sudah mencapai ubun-ubun. Ia ingin menangis sekarang, namun ditahan.

"Kenapa?" Tanya Daizy dengan suara yang bergetar, ia hampir tidak bisa mengucapkannya.

"Ada urusan mendadak," jawab Aldafi.

My Cold Neighbor 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang