AA & AT

14 6 2
                                    

"Adara??" Adara menatap Aftar yang mengguncang tubuhnya namun ia terdiam masih syok dengan apa yang ada di depannya. "Adara!!" Suara pekikan keras itu membuatnya terbangun dari tidur.

"Astagfirullah, A'udzu bikalimatillahit tammati min ghadhabihi wa min syarri ibadihi wamin hamazatis syayatini wa an yahdhuruni." gumam Adara masih syok.

"Kak Adara kenapa, mimpi buruk?? udah subuh ini!" Adara menatap jam dinding pukul setengah lima, ia segera mengusap wajahnya seraya beristigfar.

"Ah...tidak maaf Kakak ketiduran." Vira mengangguk. "Yaudah Vira mau ambil wudhu dulu, nanti kita berjamaah ya." Adara mengangguk.

"Aku juga harus wudhu lagi." gumamnya dan mengikuti Vira setelahnya.

Setelah itu mereka pun sholat berjama'ah dengan Adara yang menjadi imam setelah selesai Vira menatap Adara yang masih berdzikir. "Kak, apa Kakak bermimpi seseorang?" Adara seketika membuka matanya dan menengok ke arah Vira.

Ia jadi teringat akan mimpi itu, mengapa ia bisa bermimpi sosok pria yang akan menjadi calon masa depan adiknya, apakah itu adalah hasutan syaitan, atau adalah sebuah jawaban dari doa nya, ia bahkan masih bingung akan jawaban itu adalah kebenaran atau hanya halusinasi yang ia bawa sebelum masuk alam mimpi, kini ia bimbang akan mimpinya sendiri, tapi ia akan menyerahkan segalanya hanya pada Alloh.

"Kenapa bertanya seperti itu?" Vira menggelengkan kepala.

"Mommy bilang tempat ini referensi sekali untuk kamu yang sedang mencari ide tentang kue." ujar Abrisham.

Pagi tadi Abrisham disuruh oleh Lisa untuk mengantar Adara ke restoran bintang lima karena Lisa tau jika Adara masih mencari ide untuk kreasi kue nya. "Terimakasih Kak, Mom terlalu baik padaku." Abrisham tersenyum.

"Ouh ya apakah selama ini kau nyaman bersamaku?" Adara menatap Abrisham.

"Maaf Kak, sebenarnya aku selalu risih jika bersama Kakak, karena Islam tidak mengajarkan dua insan hanya berduaan, tapi disisi lain Ayah sepertinya bahagia jika aku ataupun Vira pergi bersama pasangan yang dijodohkan nya." Abrisham tersenyum, ia hendak menggapai tangan Adara namun segera gadis itu menjauh.

"Kenapa?" tanya Abrisham bingung dengan reaksi Adara.

"Maaf Kak tapi kita bukan mahram, lebih baik cukup dengan jarak ini saja kita menghindari zinah." Abrisham mengangguk mencoba membuat gadis itu nyaman dengan sikapnya.

"Ouh ya, malam nanti aku ada acara pesta kamu mau menemaniku datang kesana?" Adara nampak berpikir. "Jam berapa?" Abrisham mengingat kembali. "Jam 8." Adara mengangguk.

"Nanti izin dulu sama Bunda dan Ayah, kalau diizinkan nanti insyaallah datang." Abrisham mengangguk.

"Eh Kak ada gulali, kesana sebentar ya!" Abrisham langsung menepikan mobilnya, mereka pun turun untuk memberi satu gulali.

"Kakak tidak mau?" Abrisham menggelengkan kepala.

"Yah padahal enak loh, nih coba dulu!" Adara menyodorkan gulali itu bukannya diambil Abrisham malah langsung memakan dari tangan Adara hingga secepat kilat ia menjauhkan tangannya.

"Kalau disuapin jadi nambah manis." Adara langsung membuang muka karena merona, namun tatapannya teralih pada seorang anak kecil yang nampak ingin memakan gulali nya. "Pak pesan satu lagi." Segera tukang gulali memberikan.

Abrisham tidak mengerti dengan maksud Adara membeli gulali itu, tapi ia melihat Adara menghampiri anak kecil itu dan memberikannya sehingga anak kecil itu senang. "Terimakasih Kak cantik." Anak itu pun pergi dari kursinya menuju orang tuanya, Adara nampak senang melihat anak itu senang.

"Ah sepertinya kamu akan selalu baik pada anak kecil, aku tidak perlu khawatir jika anakku nanti kekurangan perhatian." Lagi-lagi Adara blush dan malah pergi ke dalam mobil, sedangkan Abrisham terkekeh. "Dia lucu seperti kucing." gumam Abrisham.

Di restoran.

"Silahkan di pilih." ujar pelayan, segera Abrisham memilihkan kue termahal yang ada membuat Adara menatap tidak percaya sedangkan Abrisham santai saja.

Tak lama datang seorang wanita dan terjatuh tepat dipangkuan Abrisham. "Aduh kakiku terkilir." ucapnya meraung sakit.

Abrisham langsung berdiri sehingga wanita itu jatuh mengenai lantai. "Dasar j*lang tidak tau malu beraninya kau menyentuhku!" teriak Abrisham.

"Hiks..aku tidak sengaja terjatuh Tuan." ujarnya sambil menangis.

"Kamu terkilir, coba aku lihat." Adara melihat kaki gadis itu baik-baik saja dengan kesal Adara memutar kaki itu hingga benar-benar menjadi sakit.

Trakk

"Arghhh sialan kau j*lang kau melukai kaki cantikku!" teriaknya. "Bukankah kau bilang terkilir, jika kau benar terkilir harusnya itu ampuh untuk meringankan rasa sakitnya, tapi jika bertambah sakit mungkin...UPS..kau menipu kami ya?" Dengan kesal wanita itu berjalan menjauh dengan kaki terseok.

"Tidak ku sangka kau handal melumpuhkan lawan." ucap Abrisham terpesona. "Lawan apa, dia itu saudaraku juga, hanya orang sepertinya perlu pelajaran langsung sehingga kapok." ucap Adara, tak lama datang pelayan datang, Adara pun menikmati kue yang tersaji dengan senang, sedangkan Abrisham melihat Adara yang sibuk makan dengan lahap sambil menulis sesuatu.

"Uhukk....maaf aku lupa menawarimu, ayo silahkan dimakan." Abrisham mengangguk dan menyendok kue sisanya.

"Eh...kau..." Abrisham hanya tersenyum sambil mulut penuh kue. "Maksudku makanlah yang masih utuh, kau ini tidak boleh makan bekas makananku." ucap Adara menasehati.

"Kenapa?" tanya Abrisham malah menyendok kan lagi kue itu. "Ishh tau ah kau memang seenaknya!" Abrisham tertawa gemas.

"Aku rasa jika aku makan punyamu jauh lebih enak, aku yakin kue pertama yang kau makan adalah yang terunik seperti ketertarikan ku pada kue sisanya juga sama seperti aku tertarik padamu." Adara segera meminum air putih, perkataan Abrisham lagi-lagi membuat dirinya merona.

"Diam lah, mulutmu sangat berbahaya wahai kaum Adam!" Abrisham terkekeh kembali, sungguh menjadi hal favorit nya membuat gadis didepannya kesal.

"Kak, kita mau kemana?" tanya Tanvira.

"Ke butik." Tanvira menatap aneh.

"Ke butik? untuk apa siapa yang akan beli baju?" tanya Tanvira bingung.

"Kita beli pakaian muslim untuk kamu." Tanvira terdiam, tak lama mereka sampai di butik, segera Aftar membelikan satu set pakaian muslim untuk segera Tanvira pakai.

Setelah keluar Tanvira terlihat sangat cantik dengan gaun muslimnya. "Kamu sangat cocok dengan pakaian seperti ini." Tanvira tersenyum manis.

"Sebenarnya aku kurang nyaman Kak." Aftar mengerti karena itu baru pertama kali digunakan Tanvira.

"Pakailah untuk sehari ini saja ya, kamu memang belum terbiasa tapi jika di coba tidak ada salahnya kan?" Tanvira mengangguk, Aftar segera pergi melajukan mobilnya pada suatu tempat, dan ternyata adalah masjid.

"Mau ngapain kita kesini?" tanya Tanvira penasaran.

"Maaf sekarang Kakak ada jadwal dakwah disini untuk jama'ah Ibu pengajian, kamu ikut ya duduk bersama Ibu pengajian, Kakak tidak akan lama kok." Tanvira terdiam, ouh padahal cuaca sedang panas dan ia harus menunggu disana.

TBC.

Bismillah Ku Memilih (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang