Setibanya di kediaman Ebrahim.
Plakk
"Sham!! Apa maksud kamu menolak perjodohan itu hah, bukankah kamu yang meminta Kakek untuk segera mempersiapkan pernikahan kalian, tapi kenapa kau malah dengan gamblangnya menolak hah! Kenapa tidak bilang sebelumnya sebelum pergi kesana, kau telah melempar kotoran ke wajah Kakekmu sendiri." Teriak Ebrahim menatap kesal pada cucunya.
"Apakah belum jelas Sham mengatakan alasannya?" Lisa mendekati putranya dan menampar pipi yang satunya.
PLAKKK
"Siapa yang mengajarkanmu berbuat hal itu Sham! Jika kamu memang tidak mencintai Adara katakanlah, katakan kamu menolaknya bukan dengan cara mempermalukan keluarganya!" Abrisham terkekeh.
"Mom jangan sok kuat, padahal Mom juga terlukakan melihat pria B*jingan itu ada disana?" Lisa menatap putranya kenapa jadi seperti ini, padahal dalam mendidiknya Lisa tidak pernah menanamkan kebencian apapun dalam diri putranya.
"Astagfirullah Abrisham, berapa kali Mom bilang jangan pernah jadikan alasan Mom berpisah kamu malah mendendam, ini sudah takdir!" Abrisham tertawa sumbang.
"Masih mau menjadi kuat Mom, Sham tau sedari tadi Mom menahan tangisan melihatnya sudah bahagia dengan keluarga perusak itu, untung wanita itu tidak memiliki anak lagi sehingga aku tidak repot harus mempunyai adik dari pria itu!" Lani sebelumnya sudah memiliki anak saat suaminya meninggal, jadi Aftar adalah anaknya dan suami pertama, sedangkan Rian tidak memiliki anak dari Lani oleh sebab itu Abrisham tidak pernah menganggapnya adik walau ayahnya menikah dengan ibu Aftar.
"Cukup! Oke Mom gak akan maksa kamu tapi ingat Sham, jangan pernah menyesal atas keputusan kamu sekarang, Mom gak mau nanggung semua hal yang kamu putuskan hari ini, semoga kamu tidak menyesal dan satu lagi Mom tidak pernah menahan tangis akan keluarga baru Ayahmu tapi Mom ingin menangis melihat kelakuan tidak bertanggungjawabmu." Lisa segera pergi dengan air matanya, sudah lama Lisa tidak menangis lagi, namun kini air matanya jatuh karena ulah anaknya sendiri.
"Kakek kecewa, mana cucu Kakek yang tegas dan berwibawa kini ia malah menjadi pria br*ngsek, apakah kamu mengatakan Ayahmu sedemikian, bukannya menjadi lebih baik kau malah semakin menjadi melebihi Ayahmu sendiri, KAKEK KECEWA SHAM!" tekan Ebrahim dan meninggalkan Abrisham sendirian.
"Arghhh!!! Sialan gara-gara keluarga si Br*ngsek itu gue jadi dimarahi sial!! sial!!sial!!" amuknya.
Prangg
Abrisham luruh di lantai. "Hiks....gue...gak akan bikin hidup mereka tenang!" gumam Abrisham dan langsung pergi ke club guna meredakan emosi nya.
Setelah melewati hari kemarin yang cukup menguras emosi keluarga Rian datang kembali mengingat mereka belum menerima keputusan Vira.
"Assalamualaikum Tuan Farhan, bagaimana dengan kelanjutannya?" Semalam Farhan mendapat kabar dari pengurus resepsi pernikahan bahwa mereka telah mengerjakan hampir 95% mengingat jika keluarga Ebrahim sudah setuju sehingga Farhan dengan semangat mempersiapkan pernikahan putri pertamanya, namun semua sia-sia.
"Waalaikumsalam Tuan Rian, mari masuk." Ucap Fatin dengan senyumnya, sedangkan Farhan masih menatap kosong, Fatin menyenggolnya hingga Farhan tersentak.
"Ah mohon maafkan saya Tuan Rian, saya sedang memikirkan sesuatu, mari duduk." ucap Farhan dan diangguki Rian.
"Bun, panggilkan mereka!" Fatin mengangguk dan pamit memanggil putrinya, mereka datang dengan wajah Adara yang masih terlihat bekas menangis walau tertutup oleh make up-nya sehingga tidak terlihat jelas.
"Jadi kedatangan kami kemari ingin menanyakan tentang keputusan Vira untuk pinangan putra kami." Ucap Rian.
Farhan mengangguk. "Vira kemari nak!" Vira duduk di samping Ayahnya sedangkan Adara duduk bersama Bundanya.
"Jawablah dengan jujur apa keputusanmu." Vira menghela nafas menatap Aftar yang menunduk, lalu matanya menatap Adara yang juga menundukkan pandangan membuat Vira bernafas sejenak, lalu menjawab.
"Bismillah, mohon maaf Bunda Ayah jawaban Vira, dengan mohon maaf sebesarnya Vira menolak lamaran Kak Aftar." Semua orang menatap terkejut, apakah hal kemarin yang membuat Vira menolak.
Melihat tatapan itu Vira mengerti, ia pun melanjutkan. "Mohon maaf untuk semuanya ada 3 alasan mengapa Vira menolak, pertama Vira tidak ingin menikah melewati Kakak Vira, yang kedua Vira memiliki cita-cita sebagai model itu pasti bertentangan dengan aturan Islam yang membuka aurat tapi Vira sangat ingin mengabulkan keinginan Vira, jika Vira menikah dengan Kak Aftar Vira merasa jadi wanita tidak berguna juga Vira jauh dari kata sempurna." Semua menatap Vira mengerti dengan alasannya.
"Tapi Vira, pernikahan bukan berarti mengekang tetapi disana kita saling melengkapi kekurangan pasangan kita." Ucap Aftar dan Vira mengangguk.
"Vira mengerti Kak, tapi Vira sudah merasa jika Vira masih banyak kekurangan dan terlalu labil dalam memilih, yang ketiga Vira sangat yakin jika Kak Adara yang cocok dengan Kak Aftar bukan hanya dari segi agama mereka mampu, tetapi sifat mereka yang tertutup membuat Vira yakin mereka yang seharusnya ditakdirkan bersama." Adara menatap Vira penuh pertanyaan, kenapa Adiknya bisa berkata sedemikian.
Vira yang mengerti akhirnya membalas tatapan Kakaknya. "Saat itu Kakak mengambil pilihan kak Aftar, tapi karena Vira memaksa Kakak suit sehingga Kakak kalah membuat takdir Kakak terhenti karena Vira, kini Vira yakin jika takdir yang sesungguhnya adalah Kakak dengan Kak Aftar bukan dengan Kak Abrisham." Adara menggeleng.
"Bukan Vir, jangan jadikan penolakan Kak Abrisham membuatmu terpaksa melakukan nya." Vira menggeleng. "Bukan, ini adalah panggilan Alloh yang Vira dapat saat sholat, Vira yakin ini semacam ujian darinya, jadi Vira mohon Kak Aftar menikahlah dengan Kak Adara, Vira dengar persiapan pernikahan hampir selesai jadi jangan kecewakan Ayah." Adara gemetar kenapa perkataan Adiknya sangat membuat hatinya sedih tetapi senang juga.
"Vira tau setiap Kakak istikharah wajah yang tersemat adalah Kak Aftar kan?" semua menatap Adara yang masih terdiam, lalu Adara mengangguk membuat Aftar tersenyum tanpa sadar.
"Masyaalloh, benarkah ini takdir karena sebelumnya saat sebelum datang kesini Aftar juga sholat istikharah dan yang terbayang adalah wajah Adara." penjelasan Umi membuat Adara merona, Vira tersenyum.
"Tanvira, benarkah kamu tidak masalah jika Aftar meminang Kakakmu?" Vira mengangguk. "Lagian bisa saja tidak lama setelah ini Vira akan melanjutkan sekolah keluar negeri jadi lebih baik Kak Aftar di jaga Kak Adara." ucap Vira menggoda.
"Kebalik tau, mana ada cewek yang jaga cowok!" ujar Adara.
"Yee biarin aja lagian gaya Vira sama Kakak beda, kalau Vira kekinian kalau Kakak kekunoan, pegangan tangan aja gemetar." mendengar celotehan Adik Kakak itu suasana semakin berwarna.
"Jadi Adara apakah kamu mau menikah dengan saya?" Adara menahan degup jantungnya, entah kenapa setelah mendengar ucapan langsung dari Aftar ia menjadi degdegan.
"Bismillah Ku Memilih dengan sepenuh keyakinanku, Adara terima pinangan Kak Aftar." Seketika semua membaca Alhamdulillah, dan tanggal pernikahan telah ditetapkan Minggu depan membuat semua bahagia, apalagi Lani yang sangat bahagia karena Alloh masih mau mendengar doa nya walau memang harus melewati banyak emosi dan air mata.
TBC.
![](https://img.wattpad.com/cover/311780369-288-k609878.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bismillah Ku Memilih (END)
RomanceDiapit antar dua kemungkinan membuat dua saudara memiliki kesempatan memilih, namun takdir tidak bisa di elak karena mereka tetap harus menjalankan sebuah amanah keluarga. Adara kakak yang dewasa dan bijak dalam mengambil keputusan, sedangkan Tanvir...