"Terimakasih emm.."
"Panggil Vira." Gadis itu mengangguk.
"Jangan lupa kabari tentang kesepakatan kita pada orang tuamu." Gadis itu mengangguk patuh, setelah itu dengan bahagianya ia pergi menuju tempat yang seharunya ia datangi.
Tanvira menatap tiket itu dan tersenyum.
"Insyaallah setelah engkau memberiku sebuah kilasan masa depan, dengan mengucap Bismillah aku memilih akan Istiqomah menjadi gadis muslimah sekarang dan nanti." gumamnya setelah itu Vira segera mempersiapkan dirinya.
Sayangnya saat ia tiba disana ponselnya hilang entah kemana, padahal ia sudah menyimpannya dengan baik, teringat ia meninggalkan di bandara Arab Saudi saat kembali ia tidak menemukannya, ia yakin pasti ada yang mengambil nya.
Lalu dengan kesedihan Vira mencari tempat tinggal terdekat, beli ponsel pun ia tidak ingat satupun nomor kontak keluarganya, karena Vira tak pernah menghafal nomor keluarganya.
Ia masuk sekolah Al-Imam Muhammad Ibn Saud, Arab Saudi. Ia mulai memberanikan diri tampil dengan cadarnya tidak aneh karena disana pun banyak yang menggunakannya, ia akan selalu Istiqomah menjalankan nya, dan hingga ia lulus S1 dan mendapatkan teman dari Indonesia akhirnya ia kembali ke negara kelahirannya, dia masih bisa bertahan hidup dengan tabungan yang ia bawa bahkan ada sisa.
Ia sudah 1 bulan di Indonesia tapi belum juga berniat kembali ke kediamannya karena sahabatnya sakit, ia jadi prihatin dan merawat sampai sembuh hingga 1 Minggu usai ia baru berpamitan kembali ke rumahnya.
"Begitu ceritanya, maafkan Vira ya yang lost contact." Mereka mengangguk.
"Alhamdulillah, jika saja kamu pergi ke Amrik kamu akan jadi salah satu korban nak." Tanvira membulatkan mata.
"Maksudnya?"
"Pesawat menuju Amrik saat itu dinyatakan lost contact dan berakhir kecelakaan menabrak gunung." Dengan segera Tanvira bertasbih sekaligus berterimakasih masih di beri kesempatan bertemu keluarganya, Alloh maha baik jika umatnya memiliki niat baik pula.
Ia membayangkan jika jadi ke Amrik mungkin kini ia tinggal nama.
Esoknya...
"Kamu mau ikut kami ke rumah Kakek Ebrahim? kami belum sempat kesana setelah meninggalnya Mom Lisa." Vira membulatkan mata.
"Mom Lisa meninggal Kak? Innalilahi wa innailaihi roji'un kapan?" tanya Vira.
"1 Minggu yang lalu." Mendapat jawaban itu, Vira memutar kilasan memori mengenai kemarahan Abrisham, apa ada sangkut pautnya dengan itu.
"Baiklah Vira ikut." Adara mengangguk.
Namun bukan itu yang mengalihkan perhatiannya namun ia melihat Kakak nya semakin berisi. "Sudah punya anak Kakak jadi obesitas abdominal, jadi inget dulu yang bilang selalu langsing." Ejek Tanvira, dengan kesal Adara memukul tengkuk Adiknya.
Dughh
"Aishh sakit Kak, tega banget sama Adik!" cerocos Vira.
"Kamu gak boleh bicara sembarangan, keponakan kamu nanti tersinggung juga!" Vira membulatkan mata.
"APA!! Kakak hamil lagi??" Adara tersenyum bangga.
Vira memegang perut Kakaknya walau memang tidak sebesar orang yang biasa ia lihat sampai lonjong ke depan.
"Kenapa? iri makannya cepet nikah." goda Adara.
"Nanti nunggu Ahmad besar." goda Vira.
"Heh jaga itu mulut, anakku tidak akan ku kasih restu dengan wanita mulut karet sepertimu!" Tekan Adara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bismillah Ku Memilih (END)
RomanceDiapit antar dua kemungkinan membuat dua saudara memiliki kesempatan memilih, namun takdir tidak bisa di elak karena mereka tetap harus menjalankan sebuah amanah keluarga. Adara kakak yang dewasa dan bijak dalam mengambil keputusan, sedangkan Tanvir...