Sore menjelang.
Setelah selesai memilih pakaian Fatin memberi sebuah kertas. "Ini, Bunda gak bisa bilang nomor ini meja siapa karena Ayah cuman kasih ini ke Bunda jadi terima saja apapun yang kalian dapatkan, untuk Cafe A di nomor kursi 12 dan Cafe B di nomor 7 jadi kalian ambilah!" segera mereka mengambil satu persatu.
Setelah Fatin pergi mereka saling pandang. "Kakak dapat cafe apa?" tanya Vira. "A." jawab Adara.
"Eum tuker deh gimana?" tanya Vira.
"Gak mau, Kakak gak mau ganti!" Vira menatap kesal. "Yaudah gimana kalau suit aja yang menang dapat cafe A?" Adara nampaknya tidak masalah toh ia juga tidak tau apa yang akan terjadi nanti.
Mereka pun pergi ke tempatnya Cafe nya bersebelahan sebelah kanan adalah cafe A sedangkan kiri adalah cafe B akhirnya mereka pun suit.
"Kertas gunting baaaatu!!" teriak mereka serempak dan berakhir Vira yang menang dan mengambil nomor kursi milik Adara dan memberi nomor kursi miliknya. "Yeah Alloh berpihak sama Vira, buktinya Vira yang selalu kalah sekarang menang." Adara menghembuskan nafas pasrah.
Adara tanpa berlama-lama segera masuk ke Cafe B, dan mencari kursi nomor 7 ternyata masih kosong, ia segera memesan minuman guna menghilangkan kejenuhan.
Sedangkan Vira kini masuk mencari nomor kursi 12 matanya terarah pada pria dengan stelan jas hitam dengan lengan di linting sampai sikut, sungguh keren idaman sekali, Vira segera berjalan. "Apakah kau anak yang dijodohkan denganku?" pemuda itu mendongkak dan mengangguk.
"Duduklah." Mendengar suara bass nya membuat Vira menahan rasa bahagianya, wajah pemuda didepannya sungguh di luar dugaan untung ia meminta Kakak nya menukar dan Alloh memberinya satu kesempatan. Vira menatap tubuh pemuda itu dan tidak ada yang aneh sehingga ia yakin bukan pria ini yang lumpuh.
"Perkenalkan gue Vira." Menjulurkan tangan, pemuda itu mengatupkan tangan. "Aftar." Vira terdiam jadi pemuda ini yang ahli agama itu, Vira tidak perduli asal tampan dan juga sehat ia tidak mementingkan yang lain, wajahnya sangat tipe nya astaga, temannya pasti akan memandang iri.
"Kamu tidak berjilbab, yang Umi ku ceritakan kau berjilbab." Vira menatap bingung. "Ah mungkin Umi salah bercerita beliau mungkin menceritakan tentang Kakak gue." Aftar mengangguk.
"Kenapa kamu setuju dengan perjodohan ini?" tanya Aftar.
"Yang pertama gue gak bisa nolak Ayah, yang kedua mungkin karena memang takdir." Aftar mengangguk.
"Apa yang kamu nilai dariku pertama kali?" Tanya Aftar memecahkan kesunyian.
"Gue...menilai dari kata hati, sebenarnya gue orangnya pilih-pilih jadi bisa membaca kalau orang di depan gue emang cocok atau enggak sama gue." Aftar terdiam. "Lalu apa tanggapan mu tentangku?" Vira merona mendengarnya. "Sepertinya Lo orang yang baik, dan gue yakin Lo bukan cowok br*ngsek yang cuman manfaatin kondisi, kaya cowok di kampus gue." Aftar tersenyum membuat Vira senang.
"Bisakah jika kita bertemu kamu menggunakan bahasa aku kamu, aku tidak nyaman menggunakan bahasa gaul." Vira terkekeh.
"Iya, aku bisa kok." Aftar tersenyum mungkin baru pertama kali ia melihat kesan Vira kurang dalam pakaian tapi itu menunjukkan jika memang ia harus memperbaiki penampilan Vira dimasa yang akan datang.
Hingga mereka semakin lama berbincang mengenai apapun yang mereka pikir harus ditanyakan.
....
"Apakah dia tidak datang?" Gumam Adara hingga seseorang berdiri didepan Adara tanpa berkata, sehingga ia mendongkak.
"Kau yang...." Senyumnya luntur saat mengetahui siapa yang berada didepannya.
"Ternyata kau." Ujar pemuda itu dengan santainya dan duduk di kursi.
"Hei tidak sopan, aku tengah menunggu seseorang, jangan buat keributan tolong pergi!" Usir Adara. "Begitu kah sikap seorang gadis muslimah?" Adara terdiam.
Ia menghela nafas. "Tuan, dengan rasa hormatku bisakah anda pergi, saya sedang menunggu seseorang." Ucap Adara dengan lembut.
"Kau yakin mengusir orang yang sedang kau tunggu?" Tanya Abrisham dengan santai. "Kau bukan...eh apa? k-au orang yang ku tunggu, wait." Adara menatap pria itu dari atas sampai bawah.
"Kau membohongiku ya, orang yang aku tunggu lumpuh mana bisa kau...apa mungkin." Adara segera memberi pesan pada Vira menanyakan tentang pemuda yang ia temui namun yang ia dapatkan pemuda yang Vira datangi sehat jasmani dan rohaninya.
"Sebenarnya disini siapa yang berbohong lumpuh?" Abrisham terkekeh melihat apa yang di pikirkan gadis didepannya. "Aku yang melakukannya." Adara terkejut secara gamblang pemuda itu mengaku tanpa pandang malu.
Adara nampak kebingungan. "Jadi kau berbohong tuan?" Abrisham melipat kedua tangannya dengan wajah santai ia berkata. "Aku menerima perjodohan ini." Adara terdiam.
"No! jangan asal bicara tuan begini kau tau bukan ini hanya untuk silaturahmi begini-begini..." Adara rasanya ingin menangis, ingin keluar dari situasi sangat mencekik.
Abrisham nampak diam melihat apa yang akan dikatakan gadis didepannya nampak nya gadis itu hendak mencari alasan.
"Kau tau singa?" Abrisham mengangguk. "Sifat ku seperti itu, aku bisa mencakar mengigit bahkan aku bisa mengaum disaat apapun, kau takut bukan jika aku begitu padamu, ah tidak maksudku kau tidak akan nyaman bersamaku." penjelasan itu membuat Abrisham ingin tertawa.
"Seperti apa singa dalam dirimu?" tanya Abrisham menantang.
"Jika aku mencakar aku bisa menginjak kakimu." Sekali pijakan membuat Abrisham sedikit mengaduh, namun ia tetap stay cool.
"Jika aku mengigit aku bisa merusak apapun yang kau miliki seperti sendok ini." Segera Adara melengkungkan sendoknya dengan satu tarikan Abrisham masih memantau dengan wajah santai.
"Jika aku mengaum yang kau dengar adalah suara teriakan ku yang memekikkan telinga, seperti TOLONG!!" teriakannya membuat Adara malu sendiri karena banyak orang yang melihat nya.
"Fine, kau cocok menjadi ibu dari anakku kelak." Adara membulatkan mata tidak percaya, Abrisham hendak pergi namun Adara mencegah dengan merentangkan tangan didepannya. "STOP!" kini Adara sudah diambang ingin menangis.
"Kau belum lihat kelakuan absurd ku jadi lihat ini." Adara segera membuat mata juling dengan suara nyanyian yang dibuat seperti anak kecil.
Abrisham terdiam melihat kelakuan gadis di depannya ia mengulurkan tangan mencubit gemas pipi sedikit berisi gadis pendek didepannya. "Menggemaskan." Setelah itu Abrisham langsung pergi.
"Hey tunggu hiks...hwaa...dia kenapa tidak menolak." Adara segera berdiri didepan mobil Abrisham dan memaksa masuk kedalam mobil nya.
Brakk
"Hey hiks...apakah kau tidak jijik padaku?" Abrisham hanya diam, ia pun menggeleng. "Apa yang kau tidak suka pada seorang perempuan?" tanya Adara mencoba memancing pria didepannya.
"Wanita yang memakai pakaian sexy hanya menutup dada dan area privatnya, mau coba?" tanya Abrisham.
Adara langsung menggeleng mana ada hal seperti itu dilakukannya sangat mustahil. "Selain itu?" tanya Adara berharap ada kelakuannya yang bisa membuat Abrisham tidak menyukainya. "Wanita yang minum alkohol apa kau sanggup?" Adara kembali menggeleng, bahkan satu tetesan pun ia hindari. "Ada lagi?" tanya Adara berharap.
"Yang terakhir cerewet." mendengar itu Adara bahagia, ada peluang dirinya membuat pria itu menolaknya.
"Baiklah aku orang nya cerewet, segala hal yang akan pasti membuatmu menyesal kau tau aku sangat buruk dalam berbicara dan terkadang..." satu jari telunjuk Abrisham menutup mulut Adara.
"Sayangnya aku terlampau suka wanita cerewet, menurutku itu menggemaskan sehingga aku ingin menciumnya." Adara langsung membekap mulutnya dengan wajah terkejut dan langsung keluar dari mobil pria berbahaya itu, ia tidak mau lagi bertemu orang seperti Abrisham dan segera menuju motornya, sekarang hanya pulang yang ada di pikirannya.
"Haha...tak ku sangka sifat aslinya begitu hahaha..." Tawa pertama yang Abrisham rasakan adalah karena gadis yang pernah ia tidak suka karena kecerobohannya.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bismillah Ku Memilih (END)
RomanceDiapit antar dua kemungkinan membuat dua saudara memiliki kesempatan memilih, namun takdir tidak bisa di elak karena mereka tetap harus menjalankan sebuah amanah keluarga. Adara kakak yang dewasa dan bijak dalam mengambil keputusan, sedangkan Tanvir...