Malamnya Tanvira maupun Adara tidak bisa tidur, Adara segera mengambil wudhu dan sholat tahajud sungguh pikirannya kali ini berkecamuk merasa jika hal ini pasti akan mempengaruhi nasibnya kelak.
Setelah selesai ia kembali naik ke kasur dilihat sang Adik tengah berbaring masih memainkan ponsel. "Vir, kamu gak bisa tidur ya?" tanya Adara.
"Iya Kak, jadi stalking BTS aja." Adara menggeleng kepala tidak percaya, namun ia segera beranjak tidur.
"Menurut Kakak apakah benar jika kita setuju dengan perjodohan itu?" tanya Tanvira. "Kakak juga bingung dengan situasi sekarang, tapi coba saja dulu kalau tidak mau juga jujur saja pada Ayah." Tanvira kini berbalik menghadap Adara.
"Kakak udah cocok buat nikah, sedangkan Tanvira masih belasan tahun." Ujarnya. "Bulan depan juga masuk 20 tahun mau ngelak apa lagi?" Tanvira menatap kesal pada Kakaknya perdebatan tak pernah dimilikinya.
"Kalau semisal yang di jodohkan terbalik?" Adara menatap bingung. "Maksudnya?" tanya Adara.
Tanvira menghela nafas. "Kalau semisal sebenarnya yang dijodohkan Vira dengan yang seharusnya lelaki untuk Kakak dan kebalikannya bagaimana, apa kita akan kencan ulang?" Adara menatap langit sebagai tanda ia juga tidak tau langkah yang diambil.
"Jika itu terjadi Kakak gak mau kencan begituan, dalam Islam kan dilarang jadi nikmati saja takdir itu jika semisal kita mendapatkan pasangan yang tidak seharusnya maka jalani saja mungkin itu ketentuan yang sudah Alloh beri." Tanvira ikut menatap langit kamarnya.
"Aku tidak semuslimah Kakak, aku dengar salah satu dari mereka adalah ahli agama juga?" Adara menengok.
"Ouh ya? kok Kakak gak tau." Vira berdecak.
"Itulah kekurangan Kakak, gak pernah update jadi katanya satu diantara mereka ada yang ilmu agama dan pengusaha sukses." Adara nampak terdiam.
"Kakak pernah bermimpi untuk bersanding dengan pemuda ahli agama, karena Kakak rasa Kakak masih perlu bimbingan, kamu tau jika itu kabar yang benar apakah Alloh memberi Kakak satu kesempatan?" Vira menengok. "Kakak antusias sekali, ngebet pengen kawin?" Adara melempar boneka kecilnya hingga mengenai wajah sang Adik. "Nikah dulu baru kawin, gimana sih!" Vira terkekeh.
"Yaudah Kakak kencan sama dia saja, toh Vira yakin kalian serius tapi Vira juga takut sama pengusahanya gimana kalau gendut, kan banyak pengusaha gendut contoh nya kaya Ayah." Adara menatap tak percaya akan perkataan adiknya.
"Jangan mengatai Ayah nanti langsung dinikahin mau? tapi Kakak pernah denger percakapan Ayah dan Bunda katanya dia udah berumur 29 tahun." Vira bergidik bahkan berbeda jauh dengannya.
"Apa dia tidak niat menikah hingga usia segitu masih melajang, pasti dia jelek sampai gak laku Vira tidak mau sih sama dia walau tampan sekalipun." Kembali boneka kecil terlempar di wajah Tanvira. "Huss sembarangan!" Vira tertawa melihat itu sedangkan Adara segera berbalik badan dan tidur.
"Kak..."
"...."
"Ih dasar kebo!" Vira pun tidur menyusul Adara yang sudah hanyut dalam mimpi.
....
"Kakek sudah menyiapkan acara pertemuan mu dengan anak Tuan Farhan." Seketika sang cucu terdiam wajah datarnya menatap sang Kakek.
"Ayolah Kek usiaku sudah hampir memasuki kepala 3 dan Kakek masih mau menjodohkan ku?" kesalnya.
"Abrisham, justru itu kenapa Kakek minta kamu menikah, sudah saat nya Kakek menimang cicit lagian Kakek yakin putri dari Farhan itu adalah gadis baik." Abrisham menatap Mommy nya yang nampak senyum-senyum membuat Abrisham penasaran.
"Mommy kenapa?" tanya Abrisham dengan wajah datar.
"Tentu Mommy gak sabar sama calon menantu, Mommy disini sendiri perempuan nya sedangkan kalian para lelaki." Abrisham yakin Mommy nya menyembunyikan sesuatu.
"Maid banyak kok yang berjenis yang namanya perempuan." Mommy memukul putranya dengan tongkat Kakeknya.
"Sembarangan, maid itu pekerja yang kapan saja bisa dipecat atau mengundurkan diri, sedangkan menantu pasti disini sama Mommy!" Abrisham tidak perduli.
"Kek kasih waktu Abrisham, janji deh bulan depan udah ada gandengan." ucap Abrisham sungguh ia bukan anak kecil sampai harus dijodohkan seperti ini.
"Alah paling nanti ujungnya kamu cuman bawa orang bayaran kan, apalagi mungut dari tempat haram, Astagfirullah kenapa putraku doyan begituan." Abrisham mengacak rambutnya melihat sang Kakek menatap harapan padanya hanya Kakeknya yang mau menampungnya hidup sampai sekarang. "Oke deal, tapi jangan paksa Abrisham jika tidak cocok!" ia pun pergi begitu saja sedangkan Ebrahim menatap putrinya yang tersenyum misterius padanya setelah itu keduanya memberikan dua jempol.
....
"Putra Umi sudah pulang ya, Masya Allah 5 tahun tidak bertemu Umi sangat kangen, gimana lancar S2 nya?" Pemuda itu mengangguk.
"Aftar Bilal Dzafir, putra kebanggaan Abi, gimana sudah beres dengan urusannya di Kairo?" Aftar mengangguk memeluk kedua orang tuanya.
"Lebih baik kamu segera istirahat, besok Abi ingin berbicara serius dengan kamu." Aftar mengangguk.
"Apakah sudah berbicara dengan Farhan?" tanya Lani.
"Sudah Mi, katanya ia setuju beruntung putrinya tidak menolak sepertinya tidak lama kita besanan dengan Farhan." Lani mengangguk antusias ia sangat berharap jika yang menjadi pasangan putranya adalah Adara gadis yang membuat hatinya tenang, gadis itu memang aktif tapi tidak lupa akan agama membuat Lani terpikat dengan kesederhanaan nya ditengah kehidupan yang serba mewah.
...
Esoknya.
"Adara, Tanvira ayo ke butik!" teriak Fatin membuat kedua putrinya turun dengan wajah tersenyum paksa, namun segera Fatin menghampiri mereka.
"Senyum dong, kabar bahagianya Ayah gak maksa kalian buat menerimanya kok, kabar sedihnya...." mereka menunggu perkataan Bundanya yang terjeda.
"Salah satu dari mereka ada yang lumpuh jadi kalian mesti mengerti." Vira langsung kaget ia tidak mau jika calonnya memiliki kekurangan.
"Kita ke butik!" mereka akhirnya ke butik dengan Vira yang masih memikirkan perkataan Bundanya, jika lelaki yang dimaksud banyak uang tapi lumpuh ia tetap tidak sanggup lebih baik ia memilih lelaki biasa saja tapi sehat.
Sesampainya disana mereka memilih pakaian sesuai dengan apa yang mereka suka bahkan sudah 3 pakaian yang mereka coba dan hendak membelinya.
"Apa! Abi menjodohkan Aftar? "Rian menghela nafas.
"Maafkan Abi, sudah waktunya kamu menikah usia kamu 27 tahun dan Abi rasa kamu perlu pendamping Abi mohon demi ikatan kekeluargaan, lagian jika kalian tidak cocok Abi janji tidak memaksa." Aftar menghela nafas dan akhirnya ia mengangguk.
"Sore nanti kalian bertemu di cafe A, katanya kau akan bertemu entah Kakaknya atau Adiknya jadi kami harap itu adalah jodohmu yang tepat." Aftar menghela nafas.
"Ya Aftar tidak akan menolak niat baik ini, jika tidak jodoh Aftar harap Abi dan Umi tidak kecewa." mereka mengangguk.
"Semoga yang bertemu denganmu adalah Adara." gumam Lani berharap ia sangat mendambakan sosok Adara, tapi jika tuhan tidak berpihak ia tidak akan memaksa apapun.
"Sore nanti ingat ya jangan lupa sama kantor terus, Mom tau kamu berniat tidak melupakan janjimu!" peringatan Mom membuat Abrisham hanya bisa mengangguk dengan enggan dan masuk ke mobil.
"Sudah kau beri tahu jika kau harus mengabari kondisiku yang cacat?" mendengar kata 'Iya' membuat Abrisham senang, ia hanya ingin tau sejauh mana calon istrinya itu menerimanya jika tidak datang sudah pasti wanita itu hanya memandang fisik.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bismillah Ku Memilih (END)
RomansaDiapit antar dua kemungkinan membuat dua saudara memiliki kesempatan memilih, namun takdir tidak bisa di elak karena mereka tetap harus menjalankan sebuah amanah keluarga. Adara kakak yang dewasa dan bijak dalam mengambil keputusan, sedangkan Tanvir...