Pesta

11 6 0
                                    

Setelah menunggu dengan rasa kepanasan akhirnya pengajian pun selesai, sebenarnya Vira sangat tidak nyaman apalagi bersama Ibu-ibu yang tidak dikenalnya. "Kak gak ada ace apa di masjid?" Aftar menggeleng.

"Masjid ini sederhana paling tidak hanya ada kipas angin." Tanvira mengerti tapi didalam sungguh gerah apalagi orang di dalam masjid sangat penuh. "Iyah sih tapi kipasnya kejauhan mana kerasa, apalagi banyak orang Kakak gak ngajak aku kesana lagi kan setelah ini?" Aftar menggelengkan kepala.

"Kita ketempat yang kamu mau." Tanvira mengangguk senang, ia dengar di taman ada konser musik band dan ia ingin kesana sekarang, melihat waktu masih cukup untuk perjalanan kesana.

"Baiklah, Vira ganti pakaian dulu ya!" Aftar menganggukkan kepala.

Beberapa menit kemudian Vira kembali dengan pakaian awal, melihat itu Aftar mengalihkan pandangan, sudah beberapa kali ia melakukan itu ketika Tanvira hanya mengenakan dress pendeknya.

"Ayo Kak!" Tanvira menarik tangan Aftar namun pria itu menarik kembali. "Maaf ya Vir, tapi kita bukan mahram gak enak dilihat orang, jadi sedikit jaga jarak agar tidak timbul fitnah." Tanvira memanyunkan bibir kesal, padahal ia sangat mengidamkan sosok yang selalu menggandeng tangannya.

Jika dilihat memang benar sepertinya jodohnya tertukar dengan Kakaknya, lihat saja apa yang ada pada Aftar sepertinya hanya bisa diimbangi oleh Adara.

"Kak, kenapa sih kita tidak boleh pegangan tangan?" tanya Vira.

"La-an yuth’ana fi ra’si ahadikum bimihyathin min hadidin khairun lahu min an yamassa imra-atan laa tahillu lahu." ucap Aftar.

"Yang artinya, Menusuk kepala dengan jarum dari besi, itu jauh lebih baik buat seorang Muslim di antara kalian dibandingkan jika ia bersentuhan dengan wanita yang bukan halal baginya" Seketika Tanvira bergidik, pantas saja jika dilihat kakaknya belum pernah pacaran itu toh alasannya, jika dia sih mantan di SMP sudah banyak apalagi SMA.

Malam hari Abrisham sudah siap berangkat ke pesta, dan sudah meminta izin pula kepada Ayah dan Bunda Adara tentu mereka mengizinkan asal tidak pulang larut malam.

Adara kini turun dengan dress navy yang terlihat mewah karena dress itu pilihan Abrisham, seketika ia terpaku dengan kecantikan gadis itu ia tidak pernah membawa gadis berkerudung untuk diajak ke pesta dan ini baru pertama kalinya dan itu membuatnya senang bukan main. "Aishh Kak bisa tidak kalau memberi sepatu high heels itu yang sedang saja, ini terlalu tinggi 10 cm? aku tau aku pendek tapi kalau berlebihan juga tidak nyaman." kesal Adara.

"Kalau begitu aku ganti dengan tanganku saja biar mudah." Adara menatap bingung.

"Tangan, apakah Kakak mau jadi sepatuku?" Abrisham terkekeh.

"Aku bisa menjadi sepatumu, kamu tidak perlu berpijak ke tanah dengan gendongan tanganku kau akan selamat sampai tujuan manis." seketika Adara menunduk, lagi-lagi Abrisham mampu mencair kan suasana.

"Gombal terus kerjaannya kapan berangkat?" Abrisham menggaruk tengkuk yang tak gatal, segera ia mempersilahkan Adara untuk menuju mobil setelah pamitan.

"Jaga putri Bunda jangan di tinggal!" Abrisham mengangguk mengerti.

"Assalamualaikum Bund, yah." ujar Abrisham. "Waalaikumsalam." ucap Fatin dan Farhan.

Diluar rumah tak hentinya Abrisham memuji Adara malam ini. "Sungguh kamu begitu cantik, sudah jelas aku tertarik padamu Adara." Adara terdiam sambil memalingkan wajahnya ia tidak tau harus melakukan apa akan mulut berbahaya Abrisham.

"Jika boleh aku jujur, saat ini perasaanku mulai tumbuh, jadi bisakah aku mendapatkan hatimu Ara?" Adara menoleh dan menghela nafas. "Biarkan Alloh memberikan akhir kita seperti apa, jelas aku tidak akan mencintaimu sebelum kamu menghalalkan aku Kak." Abrisham tersenyum.

Bismillah Ku Memilih (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang