Rumah tangga baru

22 3 2
                                    

Esoknya burung berkicau menandakan pagi telah datang, sepasang pengantin baru yang baru terbangun dari mimpi indahnya kini saling menatap satu sama lain setelah menjalankan sunahnya malam itu.

"Assalamualaikum Zawjatii, apakah tidurmu nyenyak?" Adara semakin menenggelamkan wajahnya di dada bidang suaminya.

"Waalaikumsalam Suamiku, Jangan membuatku malu pagi ini." Aftar mengerti dengan ucapan istrinya, mengangkat wajahnya dan mengecup dalam pucuk kepala istrinya.

"Maaf jika kau kelelahan ulahku." Adara menggelengkan kepala. "Sudah menjadi kewajiban ku memberikan hak mu, aku tidak akan menolak apapun yang sudah semestinya menjadi kewajibanku." Aftar semakin mempererat pelukannya, ia sangat bersyukur Alloh memberikan istri yang sempurna baginya.

"Aku akan memasak." Aftar mengangguk, saat duduk Adara sedikit meringis, namun ia mencoba berusaha dan berhasil, ia segera pergi ke kamar mandi dan setelah itu menuju dapur.

"Masyaalloh persediaan disini banyak sekali." Gumam Adara, ia menatap berbagai bahan makanan yang begitu banyak.

Tak tanggung ia hanya akan membuat sarapan ringan, selesai dengan acara memasaknya, sebuah tangan melingkar di perutnya membuat ia terkejut. "Astagfirullah Zaujii, kau membuatku terkejut." Aftar terkekeh dan mengecup pipi istri kecilnya.

"Aku mengerti, masak apa hari ini untuk sarapan?" tanya Aftar nampak betah dengan posisinya. "Ya yang terlihat bagaimana?" Aftar terkekeh dan mengangkat istrinya ala bridal style membuat Adara terpekik.

"Jangan terlalu capek, semalam kamu udah capek karena waktu menikah dan..."Adara membungkam mulut Aftar dengan telapak tangannya.

"Stop, gak usah diperjelas!" Aftar langsung mengigit telapak tangan istrinya hingga Adara langsung menarik kembali.

"Ishh kebiasaan gigit ya dari bayi?" ejek Adara kesal sedangkan Aftar puas menggoda istrinya, ia meletakkan istrinya di meja makan.

"Iya, kalau bayi gigit Ibunya udah gede gigit istrinya, kenapa?" Adara dengan kesal menampar bibir Aftar karena terlalu frontal.

"Kamu ini kenapa mesum sih, udah ah mau ambil sarapan ini kapan perut diisi?" Aftar memegang pundak istrinya untuk tetap disana. "Jangan pernah berdiri tetap duduk saja, biar aku yang bawakan makanannya." Adara hanya bisa bernafas pasrah.

Beberapa menit setelah sarapan kini mereka berdua duduk di sofa sambil menonton tayangan ceramah Ustadz Solmed yang ada di Chanel kesayangan.

"Eumm suami." Aftar menengok ke arah istrinya yang sedang ia peluk.

"Apa sayang?" Lagi-lagi entah kenapa panggilan itu selalu membuatnya merona, apalagi kini suaminya tepat di dekatnya.

"Eumm itu...sebenarnya...anu...emm..." Aftar yang gemas menggusel pipi istrinya dengan kedua telapak tangan besarnya sungguh menggemaskan dimatanya.

"Umm.....lempamsin ihmmm..." ucap Adara sedikit kesulitan karena pipinya terus dimainkan suaminya.

"Oke oke, jadi mau bilang apa, gak perlu takut suami tampan kamu ini gak akan gigit kok." Adara tidak yakin dengan hal itu, ia pun menjauhkan diri guna menghindari serangan suaminya.

"Kok menjauh sih?" Adara menatap sengit suaminya. "Kamu bilang kan gak akan gigit, tadi waktu mau sarapan aja udah gigit, gak percaya aku kamu ini jelmaan vampire ya?" Aftar terbahak mendengarnya.

"Vampire gak sholat sayang." Adara tetap teguh dengan pendiriannya namun suaminya malah membawa ia semakin dekat dengannya. "Jangan jauh nanti rindu." Adara yang mendengar gombalan itu menutup mulut suaminya.

"Diamlah." Oke fiks jika hal itu terucap istrinya sudah mulai kesal, maka kini Aftar akan mulai serius. "Oke, jadi istri cantikku mau bilang apa, kalau cuman hmm..emm mana aku tau sayang, bahasa apa itu?" tanya Aftar dengan polos membuat Adara tertawa.

Bismillah Ku Memilih (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang