Kecelakaan

3 0 0
                                    

"Hiks...maaf...memang benar ini anak Rizki dia memperkosaku lalu meninggalkanku saat aku ingin tanggungjawab darinya ia malah mengancam ku dengan membunuh bayi ini lalu...hiks...dia...pergi entah kemana setelah keluar dari pesantren."

Tak lama datanglah Rizki orang yang dimaksud dengan wajah santainya.

"Kalian kenapa repot menjemputku, transfer saja uangnya nanti aku jamin dia masih hidup." Ucapnya tanpa rasa berdosa.

Plakk

"Ini pertama kalinya saya menampar seorang anak muda, kamu pernah saya ajarkan dalam kelas yang sama dengan Silvi kan, dulu kamu begitu hebatnya dalam belajar dengan saya mengenai hadist tapi apa, ilmu apa yang sekarang kamu dapatkan?" Cerca Adara dengan wajah menahan emosi.

"Karena Mbak menolak saya, membuat saya membenci dia!" Tunjuk nya pada Aftar.

"Astagfirullah, kamu jangan kurang ajar Rizki kamu sendiri tau kan jika saya saat itu sedang mengandung, bahkan saya tidak sekalipun dekat dengan pria lain, mana ada kamu berpikiran seperti itu?!" Kesal Adara.

"Apa cinta memandang keadaan? bahkan dia saja tetap mencintai Kang pesantrennya sendiri!" Ucap Rizki santai.

"Mana kedua orang tua kamu?" Tanya Adara.

"Mau minta di lamarkan untuk kamu?" Aftar yang memendam emosinya hendak memukul anak bau kencur itu namun Abrisham menghentikannya.

"Duduklah kita bicarakan masalah kalian!" Ucap Adara dengan mencoba menahan amarahnya, ia ingat ada anak di dalam perutnya.

"Saya Abrisham Kakak dari Aftar akan memberikan keringanan, saya akan memberi rumah dan perlengkapan sampai anak itu lahir setelah itu saya melepas kalian untuk hidup bebas dan saya yang akan atur pernikahan kalian besok!" Ucap Abrisham.

"Huh, berapa yang akan anda berikan untuk kami nanti?" Tanya Rizki.

"5 miliar untuk sampai bayi itu lahir." Ucap Abrisham.

"Kurang, tambahkan dengan 1 mobil?" Ucap Rizki sedikit meremehkan.

"Baiklah saya tambahkan itu." Ucap Abrisham dengan tegas.

"Oke deal, besok jemput saja saya untuk menikahi gadis malang ini. Walau saya masih mengharapkan Mbak Adaraku." mendengar itu Aftar meninju pipi Rizki.

Bughh

"Jangan pernah sekalipun kamu mengklaim istriku adalah milikmu, kau akan menerima akibatnya jika berani berpikiran itu lagi!" Ujar Aftar.

"Cih, siapa kamu berhak mengaturku, hanya Kang pesantren?" Ucapnya dengan wajah mengejek.

"Jangan menguji kesabaran saya!!" Rizki menyeringai.

"Ouh itu bukannya anak saya ya? Kandungannya pas waktu saya memperkosa seorang gadis sebelum dia." Tunjuknya pada Silvi, Aftar hendak memukul kembali wajah Rizki namun Adara menghentikannya.

"Biarkan dia pergi." Dengan menahan amarahnya Aftar mendorong kasar Rizki yang hanya tertawa mengejek padanya. "Dia membelaku Kang santren." Ejeknya.

"Rizki, sebaiknya kamu pergi!" Titah Adara.

"Baiklah Adaraku aku pergi." Ucapnya tanpa beban.

"Argghh jika dia berani merebutnya dari ku aku akan membunuhnya!" Adara membulatkan mata dan menutup mulut suami nya.

"Huss sembarangan, jangan karena emosi kamu berpikiran jahat begitu, istighfar segala sesuatu jangan kamu selesaikan melalui kekerasan!" Aftar menghela nafas dan mengangguk.

"Hiks...ini salah Silvi maafkan Silvi Mbak, kang." Ucapnya.

"Tidak apa Silvi setidaknya kita sudah ada jalan keluarnya, kami juga memiliki keputusan untuk tidak memenjarakan Rizki karena kami tau kamu akan sedih kala melihat anak kamu tanpa Ayahnya." Ucap Vira dengan lembut, Silvi mengangguk.

Bismillah Ku Memilih (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang