Masalah

3 1 0
                                    

Vira mengelus rahang tegas suaminya yang sedikit ditumbuhi bulu halus karena Vira menyukainya. "Aku cuman mau bilang aja, apapun yang terjadi bisakah kamu menjaga hati ini untukku?" Abrisham tersenyum dan mengecup kening istrinya dengan lembut.

"Kenapa tidak? Hati ini milik kamu Humaira." Vira yang malu langsung bersembunyi di tubuh suaminya.

"Hanya saja aku takut jika aku tidak bisa menjadi istri yang sempurna, sehingga kamu memilih yang lain." Abrisham mengelus kepala istrinya.

Abrisham mengecup kepala istrinya sedikit lama lalu menatap manik indah istrinya yang bersih sekaligus lucu di matanya. "Aku tidak mencari istri sempurna tapi aku ingin memiliki istri yang mau aku bawa untuk memperbaiki diri bersamaku, Jika suatu saat aku memang melakukan kesalahan maka hukum aku Vira kamu berhak, dan aku juga berhak atas kamu." Vira mengangguk.

"Aku jadi inget dimana pernah bilang kalau kamu gak laku karena pastinya jelek soalnya kamu udah tua tapi belum nikah, dulu aku orang nya suka pilih visual hehe..."Abrisham memeluk istrinya gemas.

"Iya, tapi sekarangkan udah bucin aku sih gak keberatan, makannya kalau pilih pasangan jangan liat dari cover nya aja." Vira terkekeh.

"Iya tau kok, jadi inget masa dimana waktu itu aku gak seneng sama kamu, dulu itu aura kamu nyeremin!" Ucap Vira membuat Abrisham membulat kan mata.

"Ah masa? Waktu itu kamu bilang calon Kakak ipar kamu ganteng kan? Aku inget loh.." Vira mengetuk dagu dan setuju. "Kan waktu itu dikasih black card lumayan dong." Ucapnya polos.

"Uh mata duitan, tapi gapapa aku kerja juga buat kamu kok semuanya." Vira setuju dengan itu. "Iya dong awas kalau pelit sama istri." Abrisham kini yang terkekeh ah kini ia benar-benar menikmati peran sebagai seorang suami.

...

"Kamu mau kemana suamiku?" Tanya Adara menatap Aftar yang membawa barang-barang nya.

"..."

Nampak wajah marah Aftar membuat Adara sedikit ketakutan, biasanya suaminya tidak sekalipun diam padanya hingga dengan kuat Adara menggapai tangan suaminya.

"Katakan Zaujii, apa salahku?? sejak sore kamu mendiami ku!!" Adara menatap manik suaminya yang nampak menahan marah dan sedih.

"Biarkan aku pergi untuk sesaat Adara." Bukan, cara bicara ini bukan milik suaminya biasanya Aftar akan berkata lembut, namun sekarang bicaranya sangat tebal.

"Hiks...aku...aku....minta maaf jikalau aku salah suamiku." Tanpa bicara Aftar segera pergi membuat hati Adara semakin sakit melihatnya, ada apa bahkan pagi tadi dirinya dan suaminya saling melempar canda tawa.

Ahmad segera datang dan memeluk Adara dengan erat. "Uma, kenapa menangis??" Adara memeluk Ahmad dengan erat.

"Ahmad gak akan pergi meninggalkan Uma dan adik Ahmad kan?" Ahmad mengangguk.

Kini Aftar pergi kesebuah tempat yang ia sengaja sewa kepalanya hampir pecah, ia tidak mau hal ini terdengar sampai ke telinga istrinya, jika memang ia bersalah ia akan bertanggung jawab namun ia akan mencari tahu sampai selesai setelah ia menemukan titik temu. "Maafkan aku Adara." Gumamnya.

1 Minggu kemudian...

Tidak ada sama sekali kabar mengenai Aftar. "Kak, makan ya kasihan anak Kakak gak makan." Adara menatap kosong ke arah Vira yang sedari tadi membujuknya makan.

"Suamiku kemana Vira?" Vira menatap sedih akan apa yang terjadi pada Kakak nya, ia juga sudah meminta pada Abrisham untuk membantu mencari keberadaan Aftar namun masih belum ditemukan.

"Kak, yakin ya kalau Kak Aftar akan pulang, sekarang Kakak makan dulu kasihan keponakan Vira masa gak makan, iyakan Ahmad?" Ahmad mengangguk.

"Iya loh Uma, Ahmad aja gak nangis Aba gak pulang kan Tante Vira bilang nanti Aba juga pulang." Adara menatap Ahmad sungguh wajahnya sangat mirip dengan Aftar segera ia memangkunya dan memeluk Ahmad, ia sangat merindukan suaminya.

"Iya Uma makan, tapi suapin Uma ya?" Ahmad mengangguk dan menyuapi Uma nya sambil tersenyum bahagia, seketika Adara membaik.

"Uma sore nanti main ke taman hiburan ya?" Adara mengangguk setuju.

"Yeahh nanti Ahmad bakal ajak Adik bayi ke taman mainnya anak-anak, Ahmad biasanya kan main bola." Adara mengangguk, Vira sendiri tersenyum haru melihat betapa dewasanya Ahmad bersikap.

"Kak aku ke kantornya Kak Sham dulu, langsung sekalian nanya kabarnya Kak Aftar." Adara mengangguk dan tersenyum.

"Mau di anter supir?" Vira menggelengkan kepala dan dibalas anggukan Adara.

...

Semua nampak membungkuk karena mereka tau Vira adalah istri atasan mereka, ia tanpa mengetuk pintu langsung membukanya, seketika matanya membulat sempurna kala seorang wanita duduk di atas tubuh suaminya, Vira mengepalkan tangan lalu menjambak rambut wanita itu hingga ia meringis.

"Arghhh lepasin tangan Lo!" teriak wanita itu.

"Beraninya kamu menyentuh suamiku!" teriak Vira dengan dengan suara menyeramkan.

"Dia yang nyewa gue, salahkan diri Lo yang gak bisa semenyenangkan gue!" Teriaknya tak kalah lantang, lalu Vira menatap suaminya.

"Humaira, yakinlah aku tidak melakukannya dia datang lalu..." Vira menatap tajam suaminya, lalu menyeret wanita berpakaian sexy itu dan mendorongnya keluar dan menyuruh satpam membawanya keluar.

Brakk

Vira kini menutup pintu dengan kasar, badannya berbalik menatap tajam suaminya tak heran air mata meluncur karena rasa kecewa.

"Tadi dia..."

"Kenapa hanya diam hah?!" Seketika Abrisham bungkam.

"Itu tidak..."

"Jangan hanya diam saja, jika ada yang menyentuhmu Kak, Apakah selama ini kamu memang tidak mencintaiku?" Segera Abrisham menggeleng kepala cepat lalu bersujud di depan istrinya.

"Tidak Vira." Segera Vira menarik suaminya untuk berdiri.

"Jangan bersujud padaku, kamu pikir aku adalah Tuhan, berdiri!" Abrisham segera berdiri menatap istrinya.

"Duduk di sana!" Dengan patuh Abrisham duduk di kursinya, ia masih diam melihat Vira yang membuka cadarnya.

"Jangan buka ca..." Vira melotot.

"Karena siapa aku buka cadar?? Sekarang katakan bagian mana yang dia sentuh?" Dengan takut Abrisham menunjuk pipi bibir dan juga lehernya.

Vira mengusap semua bagian itu. "Semoga hanya aku dan Alloh saja yang tau akan peristiwa memalukan ini, diam di tempat selagi aku belum kembali!" Ucapnya ketus, dan dibalas anggukan pasrah oleh sang suami. Vira segera keluar, setelah 15 menit kemudian ia kembali lagi keruangan suaminya, nampak wajah suaminya pucat menahan sesuatu. "Ada apa?" Tanya Vira.

"Aku...ingin...buang air kecil." Vira melotot.

"Cepat ke kamar mandi, malah diam saja!" kesalnya.

"Kamu memintaku untuk diam disini." Vira tidak habis fikir setakut itu suaminya padanya, namun tak lama Abrisham langsung berlari ke kamar mandi.

Vira menunggu di sofa dan melihat suaminya kembali ia pun menatap lagi. "Sudah?" Abrisham mengangguk, kini Abrisham kembali tegang dengan wajah garang Vira.

Vira mengetuk jarinya di pinggiran sofa lalu segera Abrisham duduk disebelahnya dengan gemetar, Vira terdiam tidak lama ia langsung memeluk suaminya dengan tangisan.

Hugh

"Hiks....hwaa...maafin Vira hiks...maaf ya udah bicara kasar udah nyuruh udah bentak hwaa..." Abrisham terdiam, kenapa istrinya malah menangis.

TBC.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bismillah Ku Memilih (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang