Menikah!

25 1 0
                                        

Malam hari.

"Pesawat yang tinggi itu kok gak jatuh sih Kek, bukannya kalau sendok Ahmad gak pegang pasti langsung jatuh?" Ebrahim terkekeh dan mengelus pucuk kepala Ahmad.

"Eumm....Pesawat bisa terbang karena adanya dorongan dan gaya angkat. Sama seperti benda lain yang ada di Bumi, pesawat yang enggak bergerak dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Maka dari itu untuk bisa terbang, pesawat membutuhkan gaya angkat yang lebih besar dari gaya gravitasi." mendengar itu Ahmad terbengong.

"Maksud Kakek, karena diatas ada gravitasi, juga pengaruh pesawat yang ada baling nya jadi deh bisa terangkat, sendok kamu punya gak?" Tanya Vira dan dibalas gelengan oleh Ahmad.

"Itu alasannya." Ahmad mengangguk mengerti sedangkan Ebrahim tersenyum, ia terlalu memberikan kata berat yang sulit di pahami cicitnya, lalu tatapannya beralih pada cucunya andai sekarang disini adalah keluarga cucunya ia akan sangat bahagia, semoga ia bisa merasakannya jika Alloh memberinya waktu lebih lama lagi.

"Ouh...gitu ya, Ahmad besarnya pingin jadi pilot aja biar bisa terbang di angkasa." Ucapnya dengan bangga membuat semua tertawa.

Selesai itu mereka masuk ke kamar dengan Ahmad yang jadinya tidur bersama Ebrahim, disaat tengah malam suasana menjadi hening namun saat Abrisham hendak turun ia melihat dapur menyala dan ternyata ada Vira.

"Kamu kok turun malam begini?" Vira menggaruk kepalanya pertanda gugup.

"Haus." Abrisham mengangguk faham.

"Aku lupa memberitahu bibi mengisi teko sepertinya dia lupa ada tamu, karena Mom sudah tiada sehingga mereka hanya membersihkan kamarnya saja." Ucap Abrisham.

"Mm...aku merasa Mom Lisa masih ada disana." Cicit Vira yang terdengar.

"Apa kau takut? aku bisa bertukar kamar." Vira menggelengkan kepala.

"Justru itu, aku takut sendirian tidur tapi jika masih merasa ada Mom serasa tidak sendirian bukan hehe..." Abrisham menggeleng tak percaya.

Trakk

Mendengar bunyi jatuh dari gudang mereka menoleh. "Aku akan mengecek." Tanvira menggeleng.

"Aku juga penasaran Kak, kita cek bersama!" Abrisham mengangguk.

Setelah mereka masuk disana tidak ada apapun namun tiba-tiba pintu tertutup sendiri, saat mereka hendak membuka ternyata terkunci, Vira sempat menangis karena frustasi.

"Hiks...gimana ini Kak..." ucapnya.

"Kita hanya bisa pasrah terjebak disini Vir, karena pintu itu hanya bisa dibuka dari luar." Mendengar itu pupus sudah usaha Vira membukanya.

Setelah semalaman mereka terjebak akhirnya pintu terbuka, seseorang terkejut ia langsung berlari ke arah kamar Tuan besarnya dan segera Ebrahim datang.

Ia terkejut melihat dimana Vira tertidur memeluk Abrisham dalam keadaan duduk membuat mereka salah faham. "ABRISHAM, VIRA!!" Teriakan Ebrahim membuat mereka yang semalam bergadang akhirnya terbangun.

"Alhamdulillah hoamm..." Seketika Vira tersadar ia menatap Abrisham yang masih mengumpulkan nyawa lalu pandangannya melihat Ebrahim dengan wajah menahan emosi.

"Kakek..."

"Kalian turun!" Pinta Ebrahim lalu meninggalkan mereka yang saling memandang penuh tanya.

Di bawah sana sudah datang Adara dan Aftar untuk menjemput putra mereka, namun suasana berbeda kala Ebrahim tidak berbicara saat kedatangan Abrisham dan Vira.

"Ekhem jadi begini Adara, saat pagi pembantu Kakek datang lalu dia melihat mereka tertidur saling memeluk di gudang, Kakek yang penasaran mengecek dan benar saja mereka dalam keadaan begitu." Ucap Ebrahim dengan menahan kesal.

"Apa!!" Adara terkejut mendengarnya.

"Uma...Ahmad mau roti." Adara menoleh lalu menyodorkan pada putranya.

"Kok bisa?" Tanya Aftar kali ini.

"Jadi ceritanya bukan sesuai ada yang dipikiran kalian, kami terjebak karena semalam mendengar benda jatuh di gudang, saat akan kembali pintu tertutup sendiri, dan malangnya Kak Sham bilang kalau pintu hanya bisa terbuka dari luar, mungkin karena kami bergadang untuk jalan keluar akhirnya tanpa sadar tertidur dalam keadaan tidak pantas, itu diluar fikiran kita demi Alloh." Ucap Vira yang merasa takut di situasi ini.

"Kakek tidak ingin orang berpendapat yang aneh tentang kalian, diputuskan bulan depan kalian menikah!" Seketika suasana menjadi senyap.

"Kek, maaf sebelumnya tapi Vira yakin tidak akan ada yang tau jika hanya kita disini, lagian Vira berkata jujur kok, iya kan Kak Sham?" Abrisham mengangguk.

"Apa yang dikatakan Kakek benar kamu harus menikah dengan Abrisham, kamu sudah ditempat yang tidak seharusnya di tinggali dua orang yang bukan mahram, demi menjaga nama baik keluarga Kakak sarankan menikahlah." Vira terdiam.

"Jadi kalian gak percaya Vira?" Mendengar nada gemetar itu semua nampak ikut sedih.

"Vir, kami percaya kamu tidak berniat seperti itu, tapi untuk menjaga nama baik keluarga lebih baik kalian menikah ya takutnya orang berpendapat berbeda, apalagi jika sampai terdengar walau dari mulut siapa saja." Vira menunduk.

"Vira akan mendengar keputusan Bunda dan Ayah saja, jika mereka setuju Vira akan ikut." Mereka mengangguk setuju, Abrisham nampak tegang setelah mendengar ucapan Vira barusan entah kenapa dirinya tak pernah se gugup itu.

...

Brakk

"Kenapa bisa hal itu terjadi??" Ucap Farhan dengan intonasi tinggi, ia baru saja bertemu putrinya, namun mendengar Abrisham dan Ebrahim datang membuat ia tidak habis pikir.

Setelah mendengar penjelasannya Farhan dan Fatin saling menatap dengan helaan nafas berat.

"Kalau keputusan itu yang terbaik, baiklah kami ikhlas jika Vira menikah dengan Abrisham, Vira apakah kamu yakin?" Vira terdiam, lalu tak terasa air matanya menetes membuat Fatin memeluknya.

"Jika kamu tidak mau tidak usah di paksa, paling nanti kamu akan kami pantau agar tidak ada kesalahan ini lagi." Ucap Fatin.

"Hiks...enggak, kalau Ayah sudah memastikan pilihan Vira akan menurut." Fatin memeluk Vira yang menangis, semua mengucapkan Alhamdulillah.

Malam harinya Vira duduk di pinggir jendela, kini ia tinggal sendiri di kamarnya setelah mengingat bahwa Adara sudah pulang ke rumah mertuanya.

"Hiks...Ya Alloh jika memang dia jodohku dekatkanlah dia padaku, jika dia bukan jodohku maka lapangkan lah hati ini." Setelah itu sesuatu mengendap ke atas.

Tapp

"Assalamualaikum Vira, kenapa melamun?" seketika Vira terkejut, Abrisham nekat memanjat untuk apa malam begini.

"Waalaikumsalam, Yaalloh Kak kok bisa naik begitu sih? ada pintu kan di bawah?" kesal Vira.

"Sudah terlalu malam, Ayah dan Bunda sudah tidur, aku hanya ingin jujur saja bahwa aku bahagia saat mendengar kamu setuju walau aku tau kamu sebenarnya terpaksa kan?" Vira memainkan pot bunga di depan jendela nya.

"Entahlah Kak, sangat asing bagiku menerima situasi seperti ini, lucu bukan dulu aku membencimu karena menghina Kakakku, lalu kini aku harus menikah dengannya." Ucap Vira.

"Maaf, dulu aku memang bodoh sampai sempat melakukan hal yang sama yaitu merusak rumah tangga Kakakmu." mendengar itu Vira melotot, ia hendak pergi namun Abrisham berkata.

"Aku berubah Vir, aku ingin mencari jodoh yang baik dan bukankah jodoh adalah cerminan diri, aku ingin memantaskan diri walau sejauh apapun aku berusaha aku memang orang menyedihkan." Vira menengok.

"Kakak salah, mencoba bukan berarti untuk gagal, asal kita Istiqomah dan ikhtiar dengan dibarengi doa insyaalloh masa depan Kakak gak akan berakhir penyesalan, mungkin manusia akan berpikir bahwa hidupnya menderita tapi mereka juga lupa mereka sedang dimana, dunia memang tempatnya Fana dimana tidak ada hal yang indah kecuali surga." Mendengar deretan kata Vira Abrisham tersenyum.

"Apa kamu tidak malu bersanding dengan pria yang bahkan usianya 10 tahun di atasmu?" tanya Abrisham.

TBC.

Bismillah Ku Memilih (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang