Abrisham sedang menunggu orang kepercayaannya di kantor, ia tak sabar menemukan gadis itu. "Aku bertemu dengannya satu minggu yang lalu, setelah itu dia pergi dan aku ingin kau mencari data dia!" Tangan kanan Abrisham mengangguk dan segera pamit undur diri.
"Lihat saja, kamu tidak akan aku lepas!" tekan Abrisham, ia berniat akan membuat gadis itu menderita karena berani menghalangi amarahnya saat itu.
Sedangkan di mansion Farhan kini kedatangan keluarga Aftar, karena sehubung Aftar baru pulang dari Kairo karena tugas kerja ia dan Adara bersama putranya berniat kembali ke kediaman Farhan sebelum ke rumah orang tuanya.
Sejak Adara memiliki anak berusia 1 tahun, Adara dan Aftar ditawari untuk bekerja sebagai tenaga pendidik, lebih tepatnya Aftar yang diharapkan karena ia menjadi salah satu lulusan terbaik saat itu.
Lika liku kehidupan keluarga mereka tak membuat mereka pantang menyerah apalagi tentang Rizki, mereka selalu percaya Alloh akan memberikan yang terbaik untuk masa depan mereka, dan terbukti sekarang.
"Assalamualaikum..." ucap mereka serempak.
Cklek
"Waalaikumsalam...Adara?? Masyaalloh Bunda kangen." Fatin memeluk Adara dengan erat terlampau bahagianya.
"Apa kabar Bunda?" Tanya Aftar mencium tangan mertuanya.
"Alhamdulillah baik, yuk masuk!" Mereka pun masuk kedalam.
"Ayah bagaimana kabarnya?" Mendengar pertanyaan itu Farhan berdiri dan memeluk putrinya. "Alhamdulillah sehat, kalian bagaimana apakah kesulitan disana?" Adara menggeleng.
"Kakek...Nenek..." ucapan itu membuat keduanya menunduk dan terlihat seorang anak lelaki dengan wajah tampannya sedang memegang robot.
"Ahhh cucu Nenek." Fatin langsung menggendongnya.
"Ahmad sekarang umurnya berapa?" Tanya Farhan mengecup pipi kenyal cucunya, ia sangat bahagia cucunya Tumbu dengan sehat.
"Ahmad 5 tahun." sambil mengangkat jarinya 5.
"Pintar..Sudah besar ya, gak ngerepotin Aba dan Uma kan?" Dengan polosnya Ahmad menggelengkan kepala.
"Ada kabar baiknya juga Bun, Yah." mereka menengok.
"Adara sedang mengandung anak kedua kami, usianya baru 4 bulan." mendengar kabar bahagia berturut-turut membuat mereka senang tak terhingga.
"Alhamdulillah, terimakasih Yaa Rabb engkau memberikan kebahagiaan berlipat." ucap Fatin.
"Nek, kata Uma masakan Nenek lebih enak dari Uma, boleh gak Ahmad mencoba?" Fatin terkekeh dan mencubit gemas pipi Ahmad.
"Tentu cucu tersayangku, malam nanti Nenek buatkan makanan terenak yang belum Uma kamu buatkan." Ahmad mengangguk hingga suara bel mengalihkan atensi mereka.
Ting nong
"Biar Ahmad, biar Ahmad!!"mereka tersenyum gemas dan mengangguk, mungkin memang usianya sedang aktif melakukan apapun.
Cklek
"Assalamualaikum..." Ahmad terdiam sesaat melihat gadis bercadar yang memang di Kairo ia jumpai tapi ini beda di negara Uma dan Aba nya sangat jarang bukan.
"Waalaikumsalam, siapa ya?" tanya Ahmad polos.
"Kakak mau ketemu sama pemilik rumah ini, mereka ada?" Ahmad menggeleng.
"Kata Uma sama Aba, kalau ada orang asing gak boleh di ajak masuk." Gadis itu terkekeh gemas.
"Nama kamu siapa?" tanya gadis itu.
"Kata Uma gak boleh berbicara sama orang asing, maafin Ahmad ya, bukan bermaksud jadi sombong, kan gak boleh kata Uma." gadis itu pun berjongkok sedikit terkekeh akan ucapan anak itu.
"Nama kamu siapa tampan?" Mendengar pertanyaan itu dengan semangat Ahmad menjawab.
"Muhammad Bilal Alzafir, biasa dipanggil Ahmad." ucapnya.
"Loh katanya gak boleh bicara sama orang asing, kok dijawab sih?" tanya gadis itu.
"Kan Kakak udah bilang Ahmad tampan, jadi sebagai hadiah telah memuji Ahmad jadi Kakak boleh kenalan sama Ahmad, Ahmad juga suka di kasih ciuman sama Uma kalau bisa hafal 1 surah dalam Al-Qur'an, Kakak mau kan cium Ahmad juga?" Gadis itu mengangguk senang.
"Astagfirullah, kamu lama di luar ternyata sedang genit sama perempuan ya??" cerca Adara berkacak pinggang, sedangkan Ahmad menengok ke arah Adara polos.
"Ahmad suka sama Kakak nya, gapapa kan Uma?" Adara mencubit gemas pipi putranya.
"Suka sekedar suka gapapa jangan kelebihan, siapa yang ajarin kamu genit sama cewek?" Ahmad seketika menunjuk Aftar.
"Eh kenapa tunjuk Aba, kapan Aba ajarin hmm?" Dengan kesal Ahmad mengembung kan pipi.
"Aba pelupa, waktu itu kan Aba bilang kalau peluk cium perempuan itu gapapa itu wujud kasih sayang, apalagi ngegombalin sampai perempuan itu merona itu ibadah." Adara menatap tajam suaminya, bisa-bisanya suaminya memiliki pemikiran untuk mengotori fikiran anaknya.
Aftar menggaruk kepala. "Kamu salah mengartikannya putraku, maksud Aba itu dilakukan pada orang yang sudah jadi mahram kamu, kaya Aba dan Uma kan sudah menikah dan sudah besar." Ucap Aftar sambil memeluk istrinya sedangkan Adara menepis dengan kesal.
"Ouh jadi gak boleh ya Aba?" Aftar mengangguk.
Mereka mengalihkan tatapan pada gadis bercadar hijau itu, Adara menelisik penampilannya, ia tidak pernah tau jika ada tamu yang bercadar dikenal keluarga nya.
"Mari masuk!" gadis itu mengangguk.
Disana Farhan dan Fatin menunggu karena belum kunjung tamu itu masuk, tak lama mereka mendapati seorang gadis bercadar masuk, dan tiba-tiba memeluk Fatin dengan erat sambil terisak.
"Ehh kamu siapa? kok nangis apa saya ada salah?" tanya Fatin membuat semua terkejut dengan hal itu.
Setelah melepas pelukan gadis itu mundur beberapa langkah, lalu ia membuka cadarnya seketika semua orang terkejut.
"TANVIRA!!" Ucap mereka bersamaan.
"Hiks... Kakak..." Adara langsung mendapat pelukan Adiknya dengan erat disusul Vira memeluk Ayahnya.
"Kenapa bisa mendadak, Yaa Rabb penantian kami tidak sia-sia, terimakasih telah mengembalikan putriku." ucap Farhan.
Mereka duduk di meja tamu.
Flashback.
Tanvira menarik kopernya ke arah bandara, ia masih menunggu di kursi keberangkatan, namun ia melihat seorang gadis dengan surai panjang dan Bandu itu tengah duduk sendiri.
"Hiks..." Tanvira awalnya acuh tapi semakin lama ia penasaran.
"Kamu kenapa?" Tanya Tanvira.
"Aku..hiks...aku disuruh sekolah di Arab Saudi, sedangkan aku begitu menolak orang tuaku, aku ingin menjadi model di Amrik, bahkan dengan tega orang tuaku mengancam bunuh diri jika aku menolak." Tanvira meringis, ia menjadi berpikir apa Bundanya baik-baik saja setelah kepergiannya.
"Astagfirullah, lalu kamu mau bagaimana sekarang?" Gadis itu menggeleng.
"Tolong aku, aku ingin menjadi model hiks...bukan fashion ku jika menjadi seorang wanita muslimah disana aku tidak terbiasa kumohon." Tanvira menatap tiketnya.
Ia menoleh mendapati 2 orang di sisi kanan yang berbusana muslim dan 2 orang pasangan sebelah kiri berbaju terbuka.
"Suamiku berangkatlah, semoga Alloh selalu melindungi mu disana." Pria itu menatap cinta dan mengecup kepala istrinya.
"Assalamualaikum." Ucap sang suami.
Berbeda dengan sebelahnya mereka nampak saling melempar emosi. "Aku bilang jangan pergi ke luar negri, kamu bisa selingkuh disana!" Teriak seorang pria.
"Posesif banget sih jadi pacar, aku itu kerja disana jadi sekertaris jadi gak salah kalau aku pulang pergi ke negri orang!" Vira menggeleng kepala keras.
"Bagaimana kita barter? aku berikan tiketku yang kamu butuhkan dan aku menerima tiket punyamu?" gadis itu mendongkak dan mengangguk dengan antusias.
Tbc
![](https://img.wattpad.com/cover/311780369-288-k609878.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bismillah Ku Memilih (END)
RomanceDiapit antar dua kemungkinan membuat dua saudara memiliki kesempatan memilih, namun takdir tidak bisa di elak karena mereka tetap harus menjalankan sebuah amanah keluarga. Adara kakak yang dewasa dan bijak dalam mengambil keputusan, sedangkan Tanvir...