Setelah pernikahan

12 1 0
                                    

Kini mereka hanya berdua di kamar dengan suasana yang sangat romantis, biasanya keduanya akan saling menjaga jarak karena canggung berbeda dengan Abrisham yang sudah tertidur di pangkuan Vira.

Vira sendiri mengelus kepala suaminya dengan lembut. "Udah yuk kita ganti baju dulu." Abrisham menggeleng dan malah bersembunyi di perut rata istrinya.

"Masih capek Humaira, apalagi nanti resepsi akan memakan banyak waktu." Seketika Vira merona mendengar panggilan suaminya.

"Imamku jangan bikin orang menunggu, resepsi gak akan lama lagi dimulai ayo dong aku gak mau orang salah paham karena kamu kunci kamarnya." Mendengar itu Abrisham duduk di sebelah istrinya.

Abrisham terkekeh. "Salah paham apanya Humaira? Bahkan kita sudah Sah dan tidak apa melakukan hal apapun, itu semua akan jadi ladang pahala jika kita menjalankan karena ibadah." Goda Abrisham.

"Iya, tapi gak sekarang juga kan bikin orang khawatir yuk ganti bajunya!" Abrisham menyeringai.

"Mau digantiin sama aku?" Seketika Vira memalingkan wajahnya.

"Jangan berpikir aneh!" Abrisham terkekeh dan mengangguk, ia akan selalu menggoda istrinya, tangannya terjulur untuk membuka cadarnya namun Vira mencegah.

"Bisakah menunggu sampai acara pernikahan selesai?" Abrisham tersenyum dan mengangguk, ia tidak akan memaksa jika Vira lebih nyaman seperti itu.

Akhirnya mereka segera menghadiri acara resepsinya dan disana tamu undangan sudah banyak membuat mereka harus menampilkan penyambutan yang baik, karena saking banyak kolegan bisnis Abrisham hingga keluarga dekat mereka tidak terlihat.

"Cari aku ya?" goda Adara.

"Kakak mah..." Adara terkekeh.

"Selamat ya, samawah semoga Alloh memberkahi pernikahan kalian." Mendengar doa itu Vira maupun Abrisham mengaminkan.

"Langsung bikin Abrisham junior Kak, udah cocok jadi bapak anak 2." Goda Aftar membuat Abrisham menatap datar walau dalam hati menahan malu untuk tidak sembunyi di belakang istrinya.

"Selamat putra Ayah sudah berhasil mendapatkan pujaan hatinya, maaf jika Ayah terlambat datang." Ucap Rian.

"Tidak apa Ayah lagian juga Aftar udah cerita Ayah sering ke rumah sakit terkadang harus di rawat." Ujar Abrisham.

"Umi bahagia mendengar kamu menikah dengan Vira." Ucap Lani.

"Terimakasih Umi, maaf bila dulu perlakuan Abrisham tidak mengenakkan." Lani tersenyum dan membelai lembut pundak Abrisham.

"Tidak apa Umi mengerti." Abrisham memeluk Lani dengan perasaan haru, ia sangat merasa berdosa memperlakukan wanita sebaik itu dengan kejam.

"Maafkan Sham, Umi, Ayah." Mereka mengangguk dan memeluk membuat Vira terharu akan perubahan itu.

"Kami turun ke bawah dulu." Ucap Lani diangguki Abrisham.

"Selamat ya, sahabat gue udah nikah aja sama Om Abrisham lagi." Goda Salsa.

Abrisham menatap tajam ke arah Salsa membuat gadis itu terkekeh. "Makasih Sal, Lo juga cepet nyusul gue." Salsa hanya mengangguk.

"Tenang aja, gue kasih Lo cuti sampai Lo siap kerja lagi, mau keluar karena mau berbakti sama suami juga gue gak keberatan." Ucap Salsa.

"Nanti bisa dibicarakan sal." Salsa mengangguk.

"Ini sedikit hadiah, jangan dilihat sebesar apa isinya tapi hargai pemberiannya eakk.."  Vira terkekeh dengan perkataan Salsa hingga seseorang datang.

"Assalamualaikum Vira, gue kangen, selamat ya." Vira membulatkan mata dan langsung memeluknya dengan erat.

"Waalaikumsalam, Liora masya Alloh kamu akhirnya pulang." Ucap Vira dengan bahagia.

"Tante Liora??" Laila langsung memeluknya dengan erat.

"Laila..." Sambut Liora ketika Laila berlari dari pangkuan Fatin yang duduk di sebelah kursi pengantin.

"Vir gue ucapin banyak terimakasih sama Lo, tapi kabar duka Ayahnya Laila gak bisa di selamatkan beliau sudah meninggal kemarin." Ucap Liora.

"Innalilahi wa innailaihi roji'un." Ucap Vira dan Abrisham.

"Ayah meninggal Tan?" Ucapnya menahan tangis, Liora berjongkok.

"Yang sabar ya Laila, kan masih ada Tante yang jaga Laila." Dengan wajah keibuannya membuat Laila memeluk Liora dengan erat.

"Iya hiks...Laila mau ke makam Ayah." Liora mengecup pucuk kepala keponakannya dan mengangguk "Iya Om Hasan sudah menunggu di depan kok." Ucap Liora. "Apakah Lo sama Hasan?" Tanya Vira. "Doakan aja yang terbaik buat gue ya Vir, kedepannya seperti apa gue bakal kabarin Lo kok." Vira tersenyum dan mengangguk.

"Kak Sham, maaf jika Laila mengganggu kalian saat saya sekolah untung saja saya bisa menyelesaikan lebih cepat dan tidak merepotkan kalian saat kalian sudah menikah." ucap Liora.

"Liora, biar saya biaya kan pendidikan Liora sampai ke tahap terbaik, saya merasa bersalah padanya, Laila maafkan Om Sham yang pernah berpikir buruk pada kamu." Laila mengangguk polos.

"Iya Om, makasih juga ya Mama udah jagain Laila dan Om udah ajak Laila keliling kota dan main wahana bermain." Abrisham memangku Laila dan menciumnya dengan penuh kasih sayang. "Sama-sama." Jawab Abrisham dan Vira bersamaan.

"Yasudah Kak Sham, Vir gue duluan ini kado nya selamat dan samawah ya." Ucap Liora setelah itu pergi.

"Maaf selama ini selalu berpikir buruk tentang kamu dan Laila." Vira membelai pipi suaminya dan mengecupnya, tanpa sadar semua orang mengabadikan momen itu.

"Aku menerima kekurangan kamu Imamku, tapi alangkah baiknya kamu memperbaikinya di masa depan." Ujar Vira.

Abrisham mengecup telapak tangan istrinya. "Selalu aku usahakan, maka arahkan aku jika salah jalan, karena kamu istriku, Humairaku." Vira tersenyum dibalik cadarnya, tidak ada kebahagiaan sebahagia saat suamimu mempercayaimu sepenuh hati.

3 hari kemudian...

Cupp

Seperti biasanya Abrisham akan menyapa paginya dengan mengecup pipi istrinya, Abrisham memang melarang Vira mengenakan cadar jika di dalam rumah.

"Ah Humairaku, kamu benar-benar berbeda,   dulu cantik sekarang semakin cantik saja." Ucap Abrisham membuat Vira merona dan kini sudah bisa terlihat karena wajahnya tanpa cadar.

"Jangan gombal Imamku." Ujar Vira kembali berkutat dengan sarapan paginya.

"Nyenengin istri gak ada salahnya kan?" Vira hanya bisa mengangguk.

"Kamu masih libur?" Tanya Vira.

"Masih dong, Kakek kasih waktu seminggu kasihan jika Kakek terus yang sibuk sama kantor." Vira setuju lalu ia pun menyiapkan sarapannya di meja dan menyiapkannya untuk suaminya.

"Maaf ya kalau makannya gak sesuai yang kamu suka." Abrisham tersenyum dan menggeleng, ia menggenggam tangan sang istri.

"Masakan keasinan sedikitpun tetap akan aku makan, karena yang buatnya kamu semuanya jadi enak." Vira hanya memalingkan wajah karena malu, sedangkan Abrisham gemas dan mencubit gemas pipi istrinya.

"Usia kamu berapa imamku?" Seketika Abrisham terdiam.

"Kenapa? Kok tanya gitu?" Vira terdiam.

"Huft 34 tahun, bulan depan 35." Nampak Abrisham terdiam setelah menjawabnya, namun di luar dugaan Vira malah mencium pipinya membuat ia memerah.

"Kamu memang udah tua, tapi kalau tampan begini ngapain cemberut." Mendengar pujian itu seketika Abrisham gemas dan malah menarik istrinya kepangkuan dan memeluknya erat.

"Ah sayang Vira banyak-banyak." Sambil menariknya ke kanan dan ke kiri membuat Vira tertawa lepas membuat pagi mereka bahagia.

"Gak kebayang ya kalau kamu jadinya sama Kak Adara." Seketika Abrisham berpikir, memang benar jika ia dan Adara akankah berakhir seperti ini tapi bisa saja tapi bisa jadi tidak, ia menggeleng kepala.

"Jangan bahas apapun karena sekarang masa depan kita hanya ada kamu aku dan calon anak kita." Vira terkekeh dan setuju.

TBC.

Bismillah Ku Memilih (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang