Assalamualaikum calon

19 1 0
                                    

Tanvira terdiam sesaat. "Untuk apa malu, bahkan usia Baginda Nabi lebih jauh dari Siti Aisyah, tapi jika Alloh ridho tidak ada yang tidak mungkin kan?" Abrisham merasa tersentuh mendengarnya.

"Jadi kamu menerima ku?" Tanvira menghela nafas hendak pergi, namun Abrisham memegang pergelangan tangannya. "Maaf." Abrisham lupa sekarang Tanvira sudah memiliki batasan, sama seperti Adara yang sudah lebih mendalami ilmu agama.

"Sudah malam, sebaiknya kakak pulang, insyaallah Tanvira tidak akan menyakiti siapapun disini." Abrisham bernafas lega, namun sebuah kaki berjalan mendekat ke arah kamar Tanvira. Dengan panik Tanvira meminta Abrisham segera pergi.

Cklek.

"Loh, belum tidur nak? Kok jendela masih terbuka?" Tanvira meneguk ludahnya.

"Ini baru mau di tutup, Vira baru selesai baca buku." Bunda tersenyum mendengar ucapan putrinya. "Sekarang tutup dan cepat tidur, nanti tahajud nya ketinggalan." Tanvira tersenyum dan mengangguk.

Setelah Bundanya pergi Tanvira hendak menutup jendela namun Abrisham kembali muncul. "Senengnya kamu berbohong demi aku calon istri." Tanvira mengelus dadanya karena terkejut.

Abrisham nampak tersenyum senang. "Jangan GeEr, kalau aja karena gak mau bikin Bunda jantungan aku bakalan jujur kok, udah sana pergi jangan datang dengan keadaan curang lagi, bisa diamuk masal nanti!" Abrisham terkekeh gemas.

"Siap, Assalamualaikum calon." Abrisham pun turun dengan cara melompat andalannya. Tanvira menatap hingga Abrisham sampai dengan selamat.

Pria itu mendongak dan tersenyum tampan, biasa andalan untuk meluluhkan hati wanita. Dan sekali mengedipkan mata sebelum benar-benar pergi. Tanvira tersenyum kecil melihat kelakuan pria tua itu. "Wa'alaikumsalam." Jawabnya dengan mata bersinar di bawah cahaya bulan.

Di kediaman Rian

"Jadi keputusan Ayahmu setuju?" Tanya Lani diangguki Adara.

"Tadi baru saja di putuskan, Adara cuman takut karena belum ada cinta mereka sulit untuk menuju rumah tangga harmonis." Aftar mengetuk jidat istrinya membuat Adara mengaduh.

"Doakan saja yang terbaik Zawjatii, jangan berpikir negatif pada sesuatu hal, karena ucapan bisa jadi doa." Adara menutup mulutnya dan terkekeh.

"Lagian aku baca di cerita kebanyakan pasangan berakhir tidak bersama karena tidak ada singkron nya dalam menjalin keluarga." Ucap Adara.

"Apakah dulu kita sudah saling mencintai?kan baru beberapa bulan baru perasaan terucap karena terbiasa, yakinlah mereka sudah dewasa." Ucap Aftar.

"Kak Sham sudah dewasa, tapi Vira dia bahkan masih terus nangis pada Bunda, ih aku jadi iri." Mendengar itu Lani memeluk Adara dan dibalas Adara tak kalah erat.

"Disana biarkan Vira jadi anak Fatin, di sini kamu jadi anak Umi." Adara mengangguk setuju.

"Lalu Aftar?" tanya Aftar polos.

"Anak Abi, sini peluk!" Aftar bergidik dan malah menarik istrinya untuk di peluk.

"Yang ini aja lebih empuk." Mendengar itu semua tertawa, mereka cukup menjaga suara karena Ahmad sudah tertidur sejak tadi di kamar, sempatnya anak itu tidak ingin ke sini karena masih ingin bermain di rumah Ebrahim tapi dengan modal rayuan Adara akhirnya anak itu pasrah juga, tapi sekarang malah minta tinggal disini saja karena ada kelinci di belakang rumah, memang Ahmad itu anak aktif perlu banyak barang yang bisa menjadi teman penghibur nya.

Kini Adara tengah duduk di kasurnya sambil menikmati camilan, dulu saat ia hamil Ahmad tidak bisa sesantai ini karena perekonomiannya tapi bukan berarti ia menyesal, hanya saja ia sangat bersyukur di kehamilan keduanya tidak merasakan hal itu lagi.

Bismillah Ku Memilih (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang