18 : Marah?

7.1K 585 23
                                    

••••

"Mau bagaimanapun juga masa lalu selalu jadi pemenangnya kan?"

••••

Laura berlari memasuki rumah Bryan dengan terburu-buru. Waktu masih menunjukkan pukul tiga pagi, tapi Laura yang mendapatkan kabar dari Daffa jika Bryan dan Raka bertengkar di club malam segera datang ke rumah pria itu.

Langkah kakinya terburu-buru. Dapat Laura lihat juga mobil Daffa yang terparkir di halam rumah Bryan.

Brak!

Pintu rumah Bryan terbuka dengan kuat. Laura berlari masuk ke dalam dan langkah kakinya terhenti ketika dia melihat sosok Bryan yang duduk diantara kedua temannya.

Wajah pria itu sudah babak belur. Terlihat juga Daffa yang sibuk mengomel.

"Kalau Raga enggak bilang ke gue udah sampe kantor polisi lo sama Raka," omel Daffa.

Bryan terlihat tidak peduli. Pria itu meringis pelan sambil sesekali menyentuh pipinya.

"Bryan!!"

Seruan Laura membuat ketiga orang itu menoleh dan Bryan sontak menatap tajam ke arah kedua temannya.

"Anjing! Siapa yang kasih tau Laura?!" tanya Bryan.

Jevan langsung menunjuk ke arah Daffa.

"Gantian, lo dulu suka cepuin gue," kata Daffa sambil tertawa senang.

"Anjing lo Daf!" maki Bryan.

Daffa malah tertawa. Dia segera beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Laura.

"Marahin aja Lau! Rusak meja sama kursi gara-gara dia sama Raka," adu Daffa yang membuat Jevan tertawa.

Dasar kompor!

"Lo ngapain sih berantem?" tanya Laura kesal.

Bryan langsung menatap Daffa dengan tajam. Rasanya dia ingin memukul pria yang sudah beranak dua itu, tapi sayangnya tubuhnya sakit semua sekarang.

"Menang kok Lau aman," kata Jevan yang membuat Laura menatapnya dengan kesal.

"Terus kalau menang tetep boleh berantem gitu?!" seru Laura.

Jevan langsung diam. Sedangkan Laura kembali menatap Bryan yang sedari tadi hanya menatapnya.

Dahi dan sudut bibir pria itu berdarah bahkan ada darah yang sudah mengering di sekitar sana. Entah seperti apa mereka berdua bertengkar Laura tidak tau.

"Sama siapa lo kesini?" tanya Bryan khawatir.

"Sendiri lah!" jawab Laura dengan kesal.

"Ngapain kesini? Gue enggak papa ini jam tiga pagi Lau harusnya masih tidur lo jam segini," kata Bryan.

"Salahin Daffa sama Jevan tuh! Dia bilang lo parah banget sampe mau di bawa ke rumah sakit, tapi enggak mau makanya gue kesini," ucap Laura sambil menunjuk ke arah Daffa dan Bryan.

Sedangkan kedua pria itu malah tersenyum tanpa merasa bersalah sama sekali.

"Anjing drama banget lo berdua!" maki Bryan.

"Lo ngapain berantem sama Raka?" tanya Laura lagi.

Bukan memberikan jawaban yang Laura inginkan pria itu hanya mengangkat bahunya acuh. Dia enggan menjawab pertanyaan yang Laura ajukan padanya.

"Bryan!"

Bryan tetap tidak mau memberikan jawaban.

"Enggak usah marah kenapa sih, obatin aja luka gue," kata Bryan berusaha mengalihkan pembicaraan.

Move On (OPEN PO) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang