Pertengkaran (2)

2.7K 364 63
                                    

••••

"Maaf

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf..."

••••

Bryan tau dan sadar bahwa apa yang dia lakukan kemarin adalah salah. Dan pria itu juga memahami penyebab istrinya itu marah padanya hingga saat ini.

Padahal hari ini adalah akhir pekan dan biasanya mereka akan bersenang-senang. Entah dengan pergi ke taman atau menonton film seharian, tapi sepertinya hari ini mereka tidak akan melakukan apapun.

Bahkan seusai membuat sarapan Laura malah pergi meninggalkan Bryan yang membuat pria itu menghela nafasnya pelan. Dia bahkan tak memiliki nafsu makan sekarang dan Bryan memutuskan untuk menghampiri Laura.

Dia mengikuti wanita itu hingga ke halaman belakang rumah. Bryan meraih tangannya dan membuatnya berhenti melangkah.

"Jangan kayak gini kita omongin lagi baik-baik. Maaf, semalam aku terlalu emosi sampai bentak kamu, tapi aku beneran takut dan khawatir karena kamu pergi sendirian tengah malam." Bryan berusaha membujuk Laura agar mau bicara dengannya.

"Jangan memperpanjang masalah kan? Yaudah enggak usah dibicarakan lagi," kata Laura yang membuat pria itu menghela nafasnya lelah.

"Laura.."

Laura melepaskan tangan Bryan yang menggenggamnya lalu beralih menatap pria itu dengan senyuman tipis.

"Aku enggak akan membela diri aku sama sekali karena aku memang sepenuhnya salah, tapi aku mohon meskipun kamu marah jangan pergi sendirian apalagi malam-malam begitu... kamu bisa suruh aku kalau kamu memang enggak mau bicara kamu bisa chat aku..."

"Enggak mau nanti kamu lupa lagi," kata Laura sambil tertawa kecil.

"Sayang.."

"Aku beneran enggak akan marah kalau kamu memang temani dia, tapi enggak harus dengan mengantar dia pulang dan pergi ke toko mainan kan? Kamu bisa temani dia sambil bantu dia untuk menghubungi suaminya atau temannya atau mertuanya." Laura mulai menyampaikan apa yang ingin dia katakan semalam.

Terlalu banyak hal yang ingin dia katakan semalam, tapi emosinya terlalu besar hingga Laura tak bisa menyampaikannya karena bukan bicara dia hanya akan menangis ketika berbicara dalam keadaan marah.

"Enggak harus kamu kan? Kenapa? Kamu terlalu khawatir sama dia?" tanya Laura.

Bryan tidak menjawab dan hanya diam sambil menatap Laura dengan raut wajah sedih. Dia benar-benar tidak berpikir untuk membantu Asya menghubungi seseorang hingga satu-satunya hal yang terlintas dalam benaknya hanya mengantar wanita itu pulang.

"Aku enggak tau banyak hal perihal hubungan kamu dan dia, tapi aku tau kalau kalian putus dengan cara yang sangat baik. Hubungan kamu sama dia berakhir bukan karena kalian berhenti mencintai satu sama lain kan?" tanya Laura.

Move On (OPEN PO) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang