Jarak (1)

3.1K 416 48
                                    

••••

••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••••

Laura hanya diam setelah mendengarkan penjelasan Bryan mengenai kejadi kemarin. Tidak ada tanggapan apapun yang ia berikan hingga tiga puluh menit lamanya.

Hal itu membuat Bryan gelisah sendiri. Dia mengusap punggung tangan Laura dengan ibu jarinya dan membuat istrinya itu beralih menatapnya.

Seulas senyum Laura berikan. Dia benar-benar tidak tau harus menanggapi apa.

Maksudnya niat Bryan baik ingin mengantar wanita itu pulang, tapi Laura merasa kesal dan tidak terima ketika keduanya malah pergi ke toko mainan bersama-sama.

"Sayang?"

"Aku.. harus nanggepin apa ya?" tanya Laura bingung.

Laura melepaskan tangannya yang ada dalam genggaman Bryan lalu menatap lagi wajah pria itu.

"Kayaknya kita butuh waktu Bryan..."

Helaan nafas terdengar selama beberapa detik sesaat setelah Laura mengatakan hal itu.

"Dari dulu kamu memang selalu enggak bisa lihat orang lain kesulitan, jadi harusnya bukan hal aneh kalau kamu memang hanya sekedar nolong Asya kemarin. Aku tau kok baik kamu ataupun dia udah punya pasangan masing-masing, tapi bukan berarti aku enggak boleh cemburu kan?" tanya Laura.

"Kejadian kemarin buat kepala aku enggak bisa sedikitpun berpikiran positif tentang kalian berdua. Kalau dulu kamu pernah bilang bahwa kamu enggak pernah menyesal pernah mencintai dan menjalin hubungan sama Asya... boleh enggak aku tanya sesuatu?" ujar Laura.

Bryan mengangguk sebagai jawaban. Dia menanti pertanyaan yang ingin Laura ajukan padanya.

"Apa kamu pernah menyesal karena putus sama Asya?" tanya Laura.

Untuk beberapa detik Bryan hanya diam, tapi setelahnya dia menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Enggak."

Bryan tidak pernah menyesali keputusannya yang menerima keinginan Asya untuk mengakhiri hubungan mereka.

"Kita butuh waktu Bryan. Kayak yang kamu tau sejak dulu aku itu hobinya lari dari masalah kan?" kata Laura sambil tertawa kecil.

"Laura aku minta maaf.. aku sama sekali enggak bermaksud untuk buat kita dalam keadaan kayak gini. Kamu boleh marah, kamu boleh tampar aku atau pukul aku sepuasnya..."

"Untuk apa? Memang dengan ngelakuin itu aku bakal lupa? Enggak kan?" kata Laura.

Laura tersenyum kali ini senyumannya lebih lebar dari sebelumnya.

"Nanti malam aku tidur di ruang.."

"Laura don't do this to me. Kamu boleh pukul aku sepuasnya atau maki aku semau kamu, tapi jangan kayak gini," kata Bryan dengan cepat.

Move On (OPEN PO) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang