••••
••••
"Kata gue lo ditolak."
Bryan mendengus kesal ketika mendengar apa yang baru saja Daffa katakan padanya. Setelah sampai di ibu kota dan beristirahat di rumah esok harinya Bryan pergi menghampiri teman-temannya di cafe milik Jevan.
Mereka hanya bertiga. Kini ketiganya tengah membicarakan untuk malam nanti, tapi Daffa masih bersikap menyebalkan padanya.
Entah ada dendam apa pria itu padanya menyebalkan sekali.
"Masalah Raka beneran udah beres?" tanya Jevan.
Bryan mengangguk sebagai jawaban.
"Mau nikah dia sama selingkuhannya," kata Bryan sambil tertawa pelan.
"Masalah orang tua Laura sama orang tua lo?" tanya Daffa yang kini kembali serius.
"Udah, gue enggak bakal ngelangkah sejauh ini kalau semuanya belum selesai," jawab Bryan.
"Iya sih bener," ujar Daffa.
"Sebenernya gue masih agak ragu karena takut Laura masih trauma setelah batal nikah, tapi setelah gue pikir enggak ada gunanya juga nunda-nunda kayak gini," kata Bryan sambil mengambil rokok yang ada di atas meja.
Memang benar jika Bryan sempat ragu, tapi setelah berulang kali memikirkannya dia rasa tidak ada gunanya menunda-nunda. Bukankah membuat Laura bingung dengan hubungan mereka akan semakin membuat wanita itu takut untuk menikah?
Dan bodohnya lagi mereka sudah melakukan hubungan yang seharusnya dilakukan oleh pasangan suami istri itu beberapa kali.
"Tapi, gue yakin lo bakal diterima kok Bry enggak usah dengerin Daffa dia masih dendam karena lo pernah ciuman sama Teressa," kata Jevan yang membuat Bryan tertawa pelan.
Daffa sendiri langsung memasang wajah kesalnya. Padahal dia tidak pernah mempermasalahkan hal itu karena saat itu pun memang dia yang salah.
"Jujur gue mau maksa kali ini," kata Bryan sambil tertawa.
Pria itu menyesap rokok miliknya dan menghembuskan nafasnya secara perlahan.
"Sejak awal niat gue cuman mau hibur dan nenangin Laura yang baru batal nikah, tapi makin sering gue bareng sama dia gue malah suka," ungkap Bryan disertai dengan senyuman manis diwajahnya.
"Dulu lo kalau gue bilang cocok sama Laura malah marah anjir," kata Daffa protes.
"Situasinya beda anjing! Lo ngomong gitu pas dia masih jadi pacar orang," kata Bryan ngegas.
"Halah harusnya lo setuju kata gue terus rebut dia dari Raka, jadi dia enggak perlu patah hati gini," ujar Daffa tidak mau kalah.
"Meskipun gue deketin Laura belum tentu dia bakal mau lepas dari Raka meskipun hubungan mereka berdua toxic," kata Bryan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Move On (OPEN PO)
RomanceSederhananya ini adalah kisah tentang Bryan yang ditinggal menikah dan Laura yang gagal menikah.