💫SeGian-16💫

21.6K 2.4K 105
                                    

Oke, votenya ya jangan lupa, 200 vote dan 70 komen.

Seara-Hagian

Hagian berjalan kembali ke taman belakang setelah membelikan Sea minuman dingin, guna meredakan emosi karena tingkah Hanifa tadi.

"Lo tumben marah-marah Se." tanya Gian seraya duduk disebelah Sea.

Sea mendengus malas, dia menerima minuman yang Gian belikan lalu meminumanya pelan, entah kenapa suasana hatinya memang sedang buruk.

"Lagi gak mood aja."

"Oh gitu, cerita sini sama gue."

"Males."

Hagian memutar otaknya untuk membuka percakapan, kalau diam-diam seperti ini jadinya canggung, Hagian mau memperlama Sea bersamanya.

"Kalau gitu gue kasih pertanyaan, lo jawab."

"Hm? Tanya apa?"

Hagian duduk menghadap Sea lalu menatapnya lama "Tipe ideal lo yang kaya gimana?"

"Tipe gue? Oh gue mau dapat pasangan yang penurut, lemah lembut, manis, bisa masak dan pastinya yang manja."

Hagian menahan debaran dijantungnya saat apa yang Sea bilang adalah persis seperti Hagian.

Hagian mengangguk pelan, berarti tipe Sea itu anak manja dan Hagian akui dia memang anak manja yang persis seperti kriteria Sea.

Senyum terbit diwajah Gian "Semisal nih, ada anak manja yang mau sama lo, lo bakal terima?"

"Tergantung sih."

"Tergantung apa?"

"Gue suka yang cengeng, lucu, lugu, mudah merona, kalau dia kaya gitu ya gue mau aja."

Hagian menahan teriakannya, sial, kenapa mirip kaya Gian sih.

Tapi Hagian teringat kalau mereka segender, pupus sudah kebahagiaan barusan yang Hagian rasakan.

Sea menyadari perubahan wajah dan suasana hati Hagian, tapi Sea tak mau bertanya.

"Gue balik ke kelas dulu, lo jangan bolos Gi, thanks buat minumannya."

Gian mengangguk, senyum tipis dia berikan "Iya Sea."

Setelah Sea pergi dari taman belakang, Hagian menangkup wajahnya dan menahan tangis, semua kriteria Sea persis seperti Hagian tapi yang menjadi masalah adalah gender.

"Huh, andai gue perempuan.." lirih Hagian sedih.

Ya dia hanya bisa berandai-andai karena itu tak mungkin jadi kenyataan.

.....

Malam tiba, Sea akan berangkat ke Melbourne bersama Xean, dan saat ini Sea sedang menyiapkan pakaian Xean di koper.

Xean sendiri hanya duduk dipinggir kasur sambil nontonin Sea merapikan pakaiannya, sesekali Xean akan bersenandung pelan.

"Sea."

"Hm?"

"Kita berapa lama di tempat Nenek dan Kakek?"

"6 hari Xean."

"Sea gak sekolah?"

"Enggak, Sea udah izin."

Xean mengangguk paham, dia memeluk boneka larva kesayangannya dan bergumam pelan.

"Sea, sebenarnya pelaku yang udah bully Xean bukan cuma Hanifa sama temen-temennya." lirih Xean.

Sea berhenti merapikan pakaian Xean lalu menatap kearah saudara kembarnya itu.

"Maksudnya?"

"Iya, jadi dulu pas kejadian itu, aku ditarik sama cowok yang aku lupa namanya dan setelah ditarik aku didorong masuk ke dalam gudang, dan setelah itu pintu ditutup dan Hanifa mulai..gituin aku.."

Sea tak pernah tau kalau sebenarnya masih ada satu pelaku lagi.

"Ciri-cirinya kaya gimana?"

"Aku lupa.."

"Gak usah diingat, biar nanti Sea yang cari pelakunya, Xean tenang aja ya."

Xean mengangguk, dia turun dari kasur lalu memeluk Sea lembut, dia menyayangi saudarinya ini, dan Xean tak mau kalau suatu hari Sea menikah dan meninggalkan Xean.

"Jangan tinggalin Xean..."

"Sea gak akan ninggalin Xean, jadi tenang aja."

Xean mengangguk, Xean percaya kalau Sea tak akan meninggalkannya.

Itu pasti.

💫Bersambung💫

SWITCH [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang