Chapter 16

163 11 0
                                    

Lisa Pov

Aku pergi berpamitan pada seulgi, ten dan bobby sebelumnya. Jisoo unnie sudah pergi sejak 30 menit yang lalu. Seulgi meminta ten dan bobby untuk datang kerumah karena dia sendiri disana. Sebelumnya dia tampak kesal karena kami pergi berkencan sedangkan dia tidak, dan dia merasa di khianati karena itu. aku menyarankannya untuk mendekati irene karena sebelumnya dia bercerita betapa cantiknya irene saat dia melihat fotonya di akun media sosialnya. dan dia menolak dengan keras karena dia tidak mau mati dengan cepat. aku sudah mengetahui akun media sosial milik jennie dan segera mengikutinya. aku sangat senang. benar-benar kebahagiaan yang melimpah.

"Rumah jennie cukup jauh jaraknya dari rumahku" kataku saat melihat arlojiku dan ini sudah 7.50 malam.

"aku akan terlambat" aku melajukan mobil dengan sedikit cepat agar aku tidak terlambat menjemputnya.

Aku melihat bunga itu lagi di jalan dan memutuskan membelinya untuk jennie.

"aku akan sampai dalam 10 menit menurut arah yang di tunjukkan oleh maps ini" kataku membagi fokusku pada petunjuk arah dan jalanan.

Saat sudah sekitar 5 menit lagi dalam perjalanan kerumah jennie, mobil di depanku tiba-tiba berhenti yang membuatku terkejut dan langsung menginjak rem.

"Ya tuhan. hampir saja" kataku memegang dadaku. jantungku memompa sangat cepat karena kejadian tadi.

aku menunggu mobil itu untuk bergerak tetapi sepertinya dia hanya diam saja. aku menekan klakson untuk memberitahunya dan mobil itu seperti tidak terganggu sama sekali. mobil di belakangku juga ikut membunyikan klakson. kemacetan panjang terjadi saat mobil di depanku ternyata mogok dan ada beberapa orang yang membantu untuk mendorong.

"Ya tuhan ini sudah pukul 8, dan aku sudah terlambat" kataku dengan kesal.

aku menunggu beberapa menit sampai mobil di depanku sudah menepi dan aku melaju dengan segera ke rumah jennie.

"Ya tuhan" aku terus mengerang saat melihat pukul berapa sekarang, dan ini sudah sangat terlambat.

aku melihat rumah besar dengan nuansa serba hitam, dengan halaman yang luas. aku menghentikan mobilku tepat di depan gerbang saat aku melihat kembali ponselku untuk melihat pesan dari jennie, tetapi tidak ada balasan.

Sudah dari sejak sore aku menghubunginya dan tidak ada balasan sedikitpun, aku mengira dia sedang bersiap-siap dan hanya menunggu balasan darinya sejak tadi. tetapi sampai saat ini, tidak ada telpon dari jennie dan bahkan balasan dari pesanku.

aku kembali menghubunginya dan tidak di angkat. aku kembali mengiriminya pesan dan terus berusaha menghubunginya.

"Kemana dia?" kataku saat melihat ponselku.

"Aku harus bertanya" saat aku melihat seorang penjaga di gerbang rumah jennie.

aku menghampiri pria itu dan memberanikan diri untuk bertanya.

"Permisi, pak?" kataku berusaha mendapatkan perhatiannya.

"Ada apa?" dia menghampiriku.

aku sedikit takut karena dia memiiki badan yang besar dan kekar. aku mundur untuk menjaga jarak dengannya sebelum bertanya.

"Apakah ini benar ini kediaman jennie kim?" aku bertanya padanya.

Dia mengangguk tanpa ekspresi yang membuatku semakin takut.

"Apa jennie ada di dalam?" kataku dengan gugup.

Dia menatapku dari kepala sampai kaki yang membuatku sangat rentan.

"Ada perlu apa?" dia bertanya dengan tegas.

aku menelan ludah dengan susah payah dan berusaha berdiri dengan benar.

Why Should You? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang