Chapter 19

174 9 0
                                    

Lisa Pov

"Mau berkencan denganku malam ini?" dia berkata dengan menatap mataku.

Ya tuhan.

Apa ini mimpi?

Aku terkejut dan tidak memberikan reaksi apapun saat aku sadar bahwa aku sedang minum, aku tersedak saat dengan tidak sadar aku membuat minuman bersoda itu terlalu banyak masuk ke dalam mulutku.

"Uhuk.. uhukk.. Y-Ya tuhan" aku panik dan menepuk dadaku dengan keras untuk menghentikan batuknya.

jennie menghampiriku dengan panik dan menepuk-nepuk punggungku untuk membuatku tenang.

"Kamu baik-baik saja?" katanya dengan khawatir.

Aku batuk terlalu keras dan itu mulai menyakitkan.

"Lisa.." jennie berkata dengan khawatir, menyingkirkan kaleng minuman yang ku pegang dan menarikku untuk berhadapan dengannya.

Dia berlutut di depanku dan tangan kanannya mengelus dadaku serta tangan kirinya mengusap punggungku.

oke itu cukup berhasil karena batukku mulai mereda, dan jantungku mulai memompa dengan cepat dan berdetak dengan kecepatan yang tidak normal.

Deg

Deg

Deg

"aku tidak bisa, ini terlalu dekat" pikirku.

"Jennie.." lirihku saat aku menatapnya

jennie mendongak dan menatapku dengan raut wajah yang tidak bisa di definisikan. apakah dia sangat khawatir padaku?

"Kamu sudah baik-baik saja, lisa?" katanya bangkit.

Aku tersentak dan segera bangun juga, mundur beberapa langkah darinya.

Jantungku tidak benar-benar bersahabat denganku jika berada di dekat jennie. Sialan  kau. Ini berdetak cukup kencang, dan aku tidak ingin jennie mendengarnya.

"Y-Ya, Aku baik-baik saja" kataku meyakinkannya.

"Kamu yakin?" dia bertanya memastikan.

aku mengangguk dan kembali duduk lalu dia hanya mengikutinya.

Kami berdua duduk dengan rasa canggung yang tiba-tiba menyelimuti kami. Aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa dengan ucapannya tadi, aku senang. Apakah hanya senang? tidak, aku sangat bahagia dia yang mengajakku untuk berkencan. Tapi, apakah dia bersungguh-sungguh? atau dia akan melupakannya lagi seperti kemarin.

"Jadi, apakah kamu menerimanya?" dia akhirnya bicara setelah beberapa menit diam.

Aku tidak menjawab dan hanya menatapnya. Dia juga menatapku dengan kerutan di keningnya.

"Aku.. tidak bisa" aku berkata selirih mungkin berharap dia tidak mendengarnya.

Aku menatapnya dengan was-was, takut akan reaksinya.

"Memiliki janji dengan orang lain?" katanya menatapku dengan rasa sedih di matanya.

Aku hanya mengangguk tidak menatapnya.

"Boleh aku tahu dengan siapa?" dia berkata tanpa ekspresi.

Apa yang harus aku katakan? Irene menemuiku sebelumnya yang aku tidak tahu mengapa. Dia mengajakku untuk bertemu dan aku sempat ragu untuk menyetujuinya tetapi dia mengatakan padaku bahwa dia memiliki sesuatu yang penting untuk dikatakan, jadi aku segera menerimanya. Aku tidak akan sendiri tentunya. Saat dia mengajakku untuk bertemu, disana juga ada jisoo unnie dan seulgi yang mendengarnya. Mereka memutuskan untuk ikut denganku menemui irene tetapi dengan catatan jika mereka berdua tidak boleh mengganggu ketika kami bicara dan mereka setuju.

Why Should You? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang